Terabai Olehmu

83 10 0
                                    

Setengah berlari ku ikuti langkah lebar Yuna. Entah kemana saudara cantikku ini akan membawaku, firasatku dia akan membawaku ke kamar Ayah? mengapa aku yakin? karna ketika Yuna punya keinginan tak seorangpun yg bisa menghalanginya. Dia pemberani berbanding terbalik denganku yang sangat rapuh.

tok tok tok...

tak ada sahutan, lama hingga bunyi decit pintu terdengar. "Ada apa say.?" kalimat Ayah menggantung saat melihat Yuna tak sendiri.
"Aku ingin Anna hadir diacara wisudaku nanti malam" ucap Yuna tak terbantahkan. Ayah masih diam, entah mengapa jantungku berpacu saat ini. Aku takut, amat sangat takut. Bukan takut tak dibolehkan melainkan aku takut hatiku tertohok ucapan Ayah.

"Yuna, bukankah kamu lebih baik sendiri? atau mungkin dengan kekasihmu?" tanya Ayah dengan lembutnya, tak ada amarah sedikitpun dalam nada bicaranya.

Sakit. kata itu cukup meraup semua luka dalam hatiku. tak pernah sekalipun Ayah berbicara selembut itu pada, tidak semenjak kejadian 8 tahun lalu.

"tidak Yah, aku akan pergi bersama Anna. Diizinkan ataupun tidak, aku akan tetap pergi!" kuyakini sekarang bibir Yuna tengah mengerucut membentuk piramida. Andai aku bisa melihatnya.

"Tidak Na, Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri jika mengajaknnya" Lagi hatiku sakit. Bahkan untuk menyebut namaku saja Ayah tak sudi.

"Tidak Ayah, aku yang akan menjaganya. Mungkin ini akan menjadi permohonan terakhirku pada Ayah. Jadi kumohon biarkanlah aku menghabiskan waktu bersamanya, walau hanya semalam saja" tunggu Yuna mengatakan menghabiskan waktu bersama? Apa dia akan pergi? Namun kemana? hatiku mulai gelisah, aku tak siap ditinggal Yuna. Aku tak siap sendirian. Dunia ini terlalu kejam untukku.

"Baiklah, terserahmu. Jagalah dirimu baik-baik sayang." Ayah mengecup kening Yuna dan perkataannya begitu manis. Terlalu manis untuk kubayangkan. Jangankan marah, bahkan untuk membantah Yuna Ayah tak mau. Aku tersenyum miris. Ayah tak mungkin menyadarinya, tapi Yuna? dia kembaranku. Bagaimana bisa dia tidak peka?????

"Makasih Ayah"

tanpa babibubebo lagi aku merasakan tanganku tertarik lagi entah kemana kali ini. Sepanjang jalan Yuna tak hentinya bersenandung, begitu ceria hingga tawaku terurai.

"Apa yang lucu An?" tanyanya dengan wajah sebal.

"Kau lucu Na, aku beruntung memiliki kakak sepertimu. Terima kasih" ucapku tulus.

"Sudah menjadi kewajibanku membahagiakanmu. Maafkan perlakuan Ayah, aku yakin Ayah sangat menyayangimu" kubendung cairan itu diambang mataku. Mengapa perkataan Yuna begitu pas dihatiku? apa iya Ayah menyayangiku? Aku tak yakin soal itu.

"Nah kan, kamu malah bengong. Udahlah sekarang mending kita ubah kamu jadi putri tercantik di dunia. Horeee" Yuna begitu bahagia, entah kenapa aku sangat bersyukur memilikinya. Meski dia jarang menjengukku aku tak apa. Dia mau datang sekarang saja aku sudah bersyukur.

Dengan sisa waktu yang ada, Yuna melakukan segala treatment padaku. Mulai dari yang simpel sampai yang tetek bengek dah. Sudah berapa jam kami habiskan hanya untuk berdandan. Tapi aku bahagia melihat Yuna sebahagia ini.

"Akhirnya selesai juga mahakaryaku. Dan, BINGO! Kau cantik sekali An" tuturnya dengan nada berbunga-bunga. Aku tersenyum,
"Begitupun denganmu Na"

Yuna memilihkan dress selutut berwarna peach tanpa lengan yang mampu memamerkan kulit putihnya dengan An. Yah gaun mereka sama, dipadukan dengan highheels senada yang semakin mempercantik kaki jenjangnya. Rambutnya terurai panjang dengan sedikit gelombang diujungnya, warnanya yang keemasan membuat semua begitu sempurna.

"Mari kita berfoto An, dengan gaun sama seperti ini aku yakin kita bagai pinang dibelah dua. Ayo fotografernya sudah menunggu...."

satu
.
dua
.
tiga

Cekrek.

Selesai sudah foto itu diabadikan, berlatarkan taman belakang rumah sepasang gadis remaja tengah tertawa dengan lepasnya. Membiarkan segala beban terlepas tak berbekas. Meski tersimpan sejuta duka, mereka tak goyah. Jari yang saling bertaut membuat kerapuhan itu musnah. Dan benang merah itu membuat segalanya lebih terlihat nyata.

"Ayo An, kita berangkat. Hari ini akan aku tunjukan padamu apa dunia yang sesungguhnya" tuturnya penuh janji dan ketulusan. Aku bahagia, setidaknya aku tak sendiri hari ini.

*****

Mwehehehehhe. Akhirnya kelar juga. Freak ya? Atau abal abal? Au ah, authornya udah ngambang terbawa kantuk. Fix ini lebay, tapi thanks udah mau baca. Votenya jangan ketinggalan ya, kasihanilah author ini. Hiks

tears AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang