#12

201 20 0
                                    

***

Kelas XII IPA.

Disinilah aku berdiri. Di ambang pintu kelas XII.

Ada beberapa pasang mata yang mengamatiku sejak tadi.

Menjadikan diriku bak seorang pengemis yang berada di lingkungan cafe mewah.

"Cari siapa?" tanya seorang siswa yang muncul dari dalam kelas.

"Kak Dean, Kak," jawabku lirih.

"Oh, bentar."

Tak lama kemudian, orang yang barusan menyapaku itu langsung pergi ke dalam kelas.

Dan, kini keluarlah seorang Dean Indrawan.

Dean yang memiliki mata hazel dan rambut acak-acakkan namun tetap terlihat menawan.

"Katanya, lo cari gue. Ada apa?"

Akhirnya, aku dapat mendengar suara yang sejak dulu ingin ku dengar.

Percaya atau tidak, suaranya masuk ke dalam dinding-dinding telingaku menembus gendang suara dan bergeming di dalam kepala.

Aku menarik nafas dalam sekali tarikkan.

"Kak, ini bukunya jatuh," balasku dengan nada yang ku coba untuk netralkan gugupnya.

Ia meraih buku itu dari tanganku seraya mengembangkan senyumnya,"Oh, iya. Makasih, ya."

Aku mengangguk.

"Iya, Kak. Sama-sama."

Tak lama kemudian, aku berbalik badan untuk menjauh darinya. Berjaga-jaga kalau tiba-tiba aku sesak nafas dihadapannya.

"Eh, tunggu. Siapa nama lo?"

Aku menoleh dengan cepat,"Siena, Kak."

-

Kamu tahu rasanya mengagumi orang yang bahkan tidak tahu akan dirimu?

Sulit.

Bahkan, ia tidak tahu namamu.

Sakit.

Lantas, kenapa masih mengagumi kalau sudah tahu itu menyakitkan?

Bodoh.


EspressoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang