|| 04. ||

2.4K 150 7
                                    

"Maomkhanaegiulukya." Ucap Rana masih menggunyah makanannya.

Mom hanya tertawa melihat anaknya yang satu ini.

" Kalo ngomong di telen duh, ih, jadi perempuan kok serampangan! Gak malu apa sama Mom yang masih anggun begini?"

Sekarang Mom memutar mutar tubuhnya memperlihatkan lekuk tubuhnya yang masih 'kencang' padahal umurnya yang sudah memasuki kepala empat.

Rana memutarkan bola matanya, lalu melihat jamnya.

"Astaga, udah telat! Mom, aku pergi dulu yaaa, byee. Assalammualaikum" dengan tergesa-gesa Rana pamit kepada Mom, tidak lupa mencium tangan serta pipi.

Ketika sampai, Rana memasuki kelas. Sungguh ia tidak menyadari sedari tadi ada yang membututinya dari ia berangkat sekolah.

" Ngapain sih kita dari tadi?"

Yang di tanya hanya diam, dia hanya sibuk memandangi Rana dari kejauhan.

" Udah kayak stalker aja, lo, bro. Apasih yang ngebuat pak Ketos sampe ngelakuin hal begini cuma buat adek kelas gak jelas?" umpat Panji kepada sahabatnya.

Namun Reno tidak menggubris omongan Panji, menurutnya Rana adalah segalanya.

" C'mon, mending lo sama Agnes aja, lo bersanding sama Agnes tu bagaikan emma stone and andrew garfield, beeh cakep ." lanjut Panji lagi.

Reno kemudian menatap Panji dengan tatapan bengisnya, mungkin apabila mata Reno ada kekuatan laser tubuh Panji sudah ter-iris tipis-tipis menjadi daging cincang.

Mati deh gue bakal bangunin macan tidur, batin Panji dalam hati.

" Oke. Terserah lo mau apa terserah, what ever." Kata Panji mengangkat tangan. Menyerah.

Reno hanya tersenyum tipis melihat Panji. Lalu ia fokus kembali pada suatu objek yang tidak pernah lepas dari pengawasannya.

***

RANA POV

" Ngapain lo disini?" Aku heran kenapa makhluk tengil ini duduk di sampingku. Bukankah ada bangku kosong di belakang?

" Ya dudukla, lo gak bisa liat apa pakek mata lo? Perlu ya gue pinjemin mata gue?" godanya di pagi hari yang 100% membuat moodku ancur.

" Argh, gue tau lo lagi duduk, tapi kenapa disini? ini tempat gue!" kataku emosi.

" Emang ada hak patennya ini tempat lo? Kalo lo mau, lo aja sana yang duduk dibelakang." Katanya menantangku. Wah cari mati.

Ketika aku ingin membalas ucapanya suaraku terpotong oleh teriakan temanku yang tak tau apa sebabnya.

" Kyaaa, Kak Reno ngapain kesini?" Pekik salah satu temanku. Aku pun buru-buru menoleh ke sumber suara.

Ngapain pagi-pagi dia udah absen?

" Gue nyari Rana.  Ada gak?" Tanyanya yang tidak lepas dari senyum formal kakunya.

"Ada kok kak itu tu disitu." Temanku acungkan tangannya ke arah ku namun kepalanya masih mentapa Reno tanpa berkedip. Huh! ganjen.

"Oke. Makasih." Reno tersenyum irit membuat seluaruh siswi dikelas menahan napas. Minus aku dong, yah.

Dan ia menghampiri meja aku dan -Indra.

" Ngapain kamu disini?" Tanyaku ketus.

" Kangen aja sama kamu, lil princess." Jawabnya enteng sambil mengacak-ngacak rambutku. Menyebalkan.

Aku bisa mendengar hampir seluruh kelas-kali ini cowok juga ikut- menahan napas. aku merasakan punggungku panas oleh tatapan semua orang. Mungkin banyak orang yang ingin diposisi ku sekarang.

" Kamu sengaja, ya, buat tontonan gratis disini?" Kataku sebal.

Emangnya enak kalau kita menjadi bahan tontonan? Tidak. Mereka kira ini drama korea apa harus ditonton?!

" Not, im not. Seperti yang ku bilang aku kangen sama kamu."

"Arghh." Teriak ku frustasi, Mood ku benar-benar hancur karena dua cowok beda umur ini.

Sekarang, aku tak menghiraukan teman-temanku yang beruntung mendapat tontonan gratis di pagi hari.

Indra menyikut bahu ku lalu berbisik di telinga, " Ran, bilang kalo gue budeg . Ada cowok yang bilang kangen sama makhluk bar-bar kayak, lo." Sialan. Bener-bener cari mati Indra.

" Enggak, lo gak salah denger. Kuping lo bagus." Ini bukan aku yang ngomong tapi Kak Reno. Kak Reno yang kini menatap Indra dengan tatapan tidak suka.

" Begitu juga kuping, lo." tak kalah Indra menatap sinis kepada Reno.

Kok bau-baunya ada aura permusuhan, ya?

"Thanks," Reno tersenyum fake. " Terus lo siapa? Kok, gue baru liat lo?"

Indra lalu menggosok gosokan tangan ke celananya lalu mengulurkan tangannya ke depan Reno.

"Gue Indra, calon imam Rana masa depan, ibu dari anak-anak gue." ucap Indra dengan percaya diri tidak lupa senyum pepsodentnya.

Mataku membulat sempurna.  Amit-amit cabang bayi dia jadi imam aku! Kepikiran aja enggak ih, aku bergidik ngeri. Lihat! Bulu kuduku saja sampai berdiri!

" Langkahin gue dulu kalo lo mau ambil Rana dari gue!" Geram Kak Reno kini rahangnya mengeras. Matanya berkilat penuh kemarahan. Tidak menyambut uluran tangan Indra.

Oke. Sekarang kelas lain pun ikut menonton kami dari luar.

" Boss udah masuk, cepet keluar." Pekik sahabat Kak Reno dari luar.

Ketika Reno meninggalkan kelas aku baru bisa bernafas lega.

" Atas dasar apa lo berani ngomong gitu ke Reno?" sekarang aku bertanya pada Indra.

" Atas nama cinta... " jawabnya dengan nada lagu ost. Cinta Fitri lalu duduk di bangku. Hampir dia berantem sama Kak Reno dan dia masih bisa bercanda?

" Gak usah bawa cinta. Cintanya udah balikan sama Rangga" celetuk ku tambah asal.

" Gue gak minta cintanya Rangga, gue cuma mau cintaanya elo" balasnya dengan nada gombal. Gak mempan!

" Sampe matahari jadi warna ungu, gue gak bakalan suka apalagi cinta sama lo"

" Bukan enggak, tapi belum." Jawabnya mematahkan omonganku.

"In your dream! " aku memutarkan bola mata lalu mulai fokus dengan pelajaran yang baru saja dimulai.



KiRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang