|| 15. ||

1.5K 75 2
                                    

Rana POV

Aku dan Reno menghabiskan waktu di ruang musik. Ketika Reno harus pergi karena ada rapat Osis. Aku memutuskan untuk keluar dari Ruang musik menuju toilet. Namun, tak sengaja bahu ku menumbur- atau di tumbur seseorang? Ah, entahlah. Yang pasti kini aku tersungkur dilantai. Obatku berhamburan kemana-mana.

" Ups.. Sorry gue gak liat ada lo disitu." Ucap nada dingin milik seorang perempuan.

Aku tidak memangdangnya. Aku lebih sibuk mengumpulkan obat-obat yang berserakan.

Hingga satu tablet lagi yang tersisa.

Tap.

Obatku di injak-oleh orang yang sama.

Aku mendongak ingin melihat wanita macam apa yang tega menumbur seseorang dan tidak meminta maaf lalu menginjak obat orang seenak jidadnya.

Mataku bertemu pandang dengan mata Nyiloro Kidul itu. Setidaknya itu panggilan Reno untuk Agnes-Cewek yang selalu ngejer Reno dari SD sampe sekarang namun di acuhkan.

Cewek cantik seantreo sekolah, huh? Hasil Oplas saja bangga! Aku terus memandangnya sebal.

" Gue tau gue cantik. Tapi, ngeliatinnya biasa aja, bisa?" Dengan nada angkuh ia memuji diri sendiri.

Hingga selesai memungut obat,aku berdiri dan tidak menggubris Nyiloro kidul satu ini.

Balik aja lo ke laut!, umpat ku dongkol dalam hati.

Tiba-tiba tanganku di tarik sama Agnes.

Geez, benar-benar ni cewek.

" Apa lagi, sih, Kak?" Tanya ku frustasi melepaskan cengkraman yang ditarik oleh Agnes.

Dengan suara yang tegas ia menjawab dengan nada kuasa, "Gue minta lo jauhin Reno. he-is-mine." Ada nada penekanan pada tiga kalimat terakhir.

Emang lo siapanya Reno? Dasar, gila!

" Udah berapa kali saya bilang. Kalo mau sama Kak Reno ya sana kejer. Tapi jangan maksa kalo Kak Renonya gak mau." kataku enteng. Karena ini sudah seper-kian kalinya Agnes memperingatiku untuk menjauh dari Kak Reno.

"Elo!" Teriaknya geram menujuk diriku lalu tangannya di ubah menjadi kepalan, " Tunggu pembalasan gue!" Ia mengentakan tangannya sendiri lalu pergi meninggalkan ku.

Aku menatapnya heran. Apasih tuh cewek? tadi marah-marah. Sekarang, ngeluyur gitu aja. Geez ,gak jelas. Pantes sama Reno dibilang Nyiloro Kidul.

Satu kata buat Agnes. Psycho.

***

" Bukan saya Bu! Demi allah saya tidak pernah memegang barang itu." Sanggahku saat ini di dalam kantor BK.

Tadi, ketika keluar dari toilet Dea mencari ku. Ia bilang kalau aku di suruh menghadap ke ruang BK.

Dan disinilah aku sekarang.

" Jangan bawa-bawa nama tuhan ya kamu! Kalo maling ngaku penjara penuh!" Hardik guru BK ini kepada ku. Ibu Mira ini memang dikenal galak dan kejam kalau menghukum anak muridnya.

Satu saran ku apabila kalian menemukan guru seperti ini. Larilah sekencang-kencangnya!

" Sungguh, bukan saya bu pelakakunya." Kata ku hampir putus asa.

" Kamu, panggil orang tua kamu kesini."

Mata ku melotot. Panggil Mom? Hidupnya saja sudah berat untuk membiayaiku. Bagaimana aku tega mengecewakan Mom?Tidak, Mom tidak boleh tau soal ini.

" Jangan bu, please. Sungguh saya tidak merokok." Pinta ku sekali lagi mencoba meyakini Bu Mira.

Bu Mira memberikan amplop ke arahku. Dengan tangan bergetar aku mengambil amplop itu lalu membacanya.

Air mata yang sedari tadi aku tahan luruh sudah saat aku membaca bahwa diriku di skors selama seminggu.

Bu Mira melihat kearahku, beliau menarik napas teratur, "Maafkan Ibu, Rana. Tapi disini tidak ada bukti kalau kamu bukan pemilik rokok ini. Ini sudah peraturan pihak sekolah. Ibu harap kamu memakluminya." Ibu ini berbicara sedikit lembut kearahku.

Mungkin pembawaanya yang tidak menyudutkan ku membuat diriku menerima keputasan ini. Benar kata Bu Mira, aku tidak punya bukti. Akhirnya, aku mengangguk dan meninggalkan ruangan BK dengan langkah gontai.

Sesampainya aku di depan kelas. Aku berhenti dan menyapu sudut kelas. Razia telah selesai. Anak-anak sekarang sedang bermain di dalam kelas. Aku mengumpulkan keberanian untuk melangkah memasuki kelas.

Kegiatan anak-anak seketika berhenti melihat aku memasuki kelas. Dea langsung menghampiriku dan merangkul ku, " Maaf, Na. Gue gak bisa bantu tadi. Maafin gue, ya?"

" Gak papa, kok. Its okay." Kata ku tulus dan mencuri pandang melihat Ami.

Ia hanya duduk di bangkunya dan mengobrol dengan yang lain. Tidak meliri ku sama sekali.

Aku menghembuskan napas. Dan langsung mengambil tas. Ku jalankan kedua kaki ku untuk meninggalkan kelas. Aku berdiri di ambang pintu. Berbalik lagi menatap ke dalam kelas.

Aku akan merindukan ke gaduhan kelas ini. Akan rindu celoteh Ami yang super berisik. Rindu ucapan Dea yang menyuru aku dan Ami belajar.

Setidaknya ada hikmah di balik kejadian ini. Sekarang aku tau yang mana kawan dan yang mana lawan.

***
YEAY BALIK LAGI :"
Dikit? Cuma ini yang bisa aku tulis, maaaaf*ini kalo masih ada yang baca wkwk.

Don't forget for votemments!

Salam cinta,
Afa

KiRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang