|| 09. ||

1.6K 112 0
                                    

" kamu cantik." ia tersenyum hangat menampilkan kedua lesung pipitnya itu.

Tanpa sadar Rana menahan napas. Seakan kata yang Indra keluarkan tertuju untuknya. Mata hitam pekatnya melihat ke arah Rana.

Mentega di dadaku rasanya lumer, deh.

" Gue tau kalo gue cantik," tutur Rana sembari menghembuskan napas yang tertahan.

Disentil kembali jidas Rana oleh Indra. " IH, INDRA SAKITTTT!" Ia pukul bahu Indra berkali-kali.

hobi banget sih nyetil anak orang?

" heh, gue gak bilang elo cantik, gue bilang kuntum bunga mawar sepuluh pesannya 'kamu cantik' kata kamu disini bukan buat lo! GE-ER banget."

Rana berdecak kesal sementara Indra tersenyum setan. Kurang ajar.

" Kan sa- " kalimat Rana terpotong karena tiba-tiba ada seorang anak kecil datang ke arah mereka berdua, mukanya pucat dan bibirnya pias.

" Hei manis, kamu ngapain disini?" Sapa Indra manis kepada anak kecil ini.

Indra bermain dengan gadis kecil itu. Tidak sama sekali merasa risih dengan anak kecil.

Wow, satu sifat Indra yang baru Rana ketahui. Matanya berbinar ceria bermain dengan gadis kecil itu. Rana di kursi roda melihatnya jadi ikut bahagia.

" Aku boleh gak ikut om ganteng?" Tanyanya di sela-sela ketika mereka bermain.

"Emang kenapa kamu mau ikut sama om ini cantik?" Kini giliran Rana yang bertanya dengan lemah gemulai. Indra sepertinya sudah siap untuk muntah.

"Kata om doktel yaya sakit te, terus katanya umul Yaya ndak lama Lagi,"

Oh, nama gadis ini yaya.

kemudian ia menangis sesegukkan, " telus mama nangis.Yaya jadi cedih om,Yaya kan gak mau liat mama nangis, yaya mau pelgi aja bial mama gak cedih lagi,"

Rana melihat pelukan Indra makin erat ke anak kecil ini tak lupa dengan mengusap-ngusap punggung kecil itu dengan lembut. Mata Rana sudah merah siap untuk menangis.

Dokter mana yang tega bilang itu pada pasiennya? Apa dokter itu tidak punya hati? Lihat saja kalau aku bertemu dengan dokter itu. Kujadikan perkedel jagung! Kata Rana emosi dalam hati.

" Sini coba liat om," otomatis yaya memandang wajah Indra begitu juga Rana. Indra menghapus air mata Yaya memakai kedua ibu jarinya.

" Sekarang liat mata om," perintahnya kemudian kepada Yaya, begitu juga Rana.

" Om dokter bukan tuhan," ia membelai lembut rambut yaya yang lurus.

" Semua orang bakal meninggal, termasuk kamu, om dan tante ini," tunjuk Indra ke arah Rana.

" Kita gak tau kapan saatnya kita akan ma- meninggal. Nikmatilah hidup yaya dengan senyuman. Karena tersenyum bisa membuat hidup Yaya lebih indah. Lihat tante ini, kalau dia senyum cantik, kan?"

Yaya mengangguk.

" Yaya gak mau mamanya sedih, kan?" Lanjut Indra bertanya tidak henti membelai kepala yaya.

Yaya mengangguk lagi menurut perkataan Indra.

" Kalo gitu janji satu hal sama om. Kamu harus bertahan hidup untuk orang yang kamu sayang, bertahanlah untuk mereka, Karena mereka lah yang membuat arti hidup yaya lebih berarti."

Entah kata-kata ajaib dari mana yang berhasil keluar dari bibir tipis Indra, Sekarang yaya tak menangis lagi bergantian dengan senyum lebar yang memperlihatkan gigi ompongnya itu.

" Jadi , apa Yaya janji sama om gak sedih lagi?" Indra mengacungkan kelingkingnya di udara.

disambut dengan kelingking yang lebih kecil ukuranya dari kelingking Indra. "Yaya Janji."

Kamu harus bertahan hidup untuk orang yang kamu sayang, kata itu selalu terngiang-ngiang dikepala Rana layaknya kaset rusak.

Kamu harus bertahan hidup untuk orang yang kamu sayang, Tapi bagaimana aku bisa hidup, kalau tak ada orang yang menyayangiku? lirih Rana dalam hati menahan sakit.

KiRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang