Setelah salam perpisahan sama Mama di depan ruang kepala sekolah, aku mengikuti langkah pak Ridwan yang diminta Kepala Sekolah untuk mengantarku ke ruang kelas yang akan aku tempati belajar.
Kelas XI Fisika. Ruangannya di lantai dua. Pak Ridwan memintaku menunggu sejenak di depan pintu kelas. Beliau kemudian masuk meminta izin kepada guru yang sedang mengajar.
"Sudah boleh masuk, bapak tinggal yah!" Ucap pak Ridwan
"Terima kasih, pak!"
Pak Ridwan mengangguk lalu pergi meninggalkanku.
"Anak2, kita kedatangan teman baru di kelas ini. Ayo perkenalkan dirimu". Pinta Ibu guru muda nan cantik yang terlihat dari nametag diatas saku bajunya bernama Anissa itu lembut.
Aku menarik nafas sejenak mencoba mengatur debaran jantungku yang seperti mau loncat keluar.
Dari pertama kali kaki kananku melangkah masuk ke kelas, semua mata tertuju padaku. Rasanya seperti maling ayam yang ketangkap basah. Sumpah, jadi murid pindahan itu gak nyaman banget.
"Nama saya Prilly Aprilia, pindahan dari Bandung". Ucapku singkat, lalu menoleh ke arah ibu Anissa.
Ini kali pertama aku jadi murid pindahan. Jadinya gak tau mau memperkenalkan diri seperti apa. Toh yang terpenting dari sebuah perkenalan adalah nama, jadi sepertinya ini cukup.
"Oke Prilly, silahkan duduk disana".
Dengan perasaan deg2an aku berjalan menuju bangku kosong yang ditunjuk oleh Bu Anissa. Berbagai pikiran buruk tiba2 gentayangan diotakku.
Kata Diandra, anak baru selalu jadi target kejailan dan pembullyan. Bagaimana jika ada yang sengaja menyandung kakiku. Membuatku terjatuh dan ditertawakan seisi kelas. Ya Tuhan..ditatap seisi kelas aja sudah bikin gemetar apalagi diketawain.
"Hai, gue Tita" teman sebangkuku tersenyum mengulurkan tangannya.
"Prilly!" Ucapku menjabat tangannya ikut tersenyum.
Lega rasanya sudah sampai dikursiku dengan aman. Apalagi teman sebangkuku sepertinya orang yang ramah. Dia juga cantik. Kulihat rambutnya panjang, diurai tapi gak terlihat berantakan. Persislah kayak iklan shampo di tv2.
***
Teet..teeett..
Bu Anissa mengemasi buku2 di mejanya dan mengakhiri pelajarannya.
"Kalian boleh istirahat". Beliau keluar kelas sambil tersenyum, ramah.
"Gue Vara dan ini Nadia". kedua murid cewek yang duduk didepanku memperkenalkan diri.
"Prilly". Ucapku singkat sambil tersenyum seramah mungkin.
Vara dan Nadia mengingatkanku pada Valeri dan Diandra sahabatku. Selalu menggunakan eyeliner dan lipbalm. Ditangan Nadia juga banyak gelang tali persis dengan Valeri.
"Hai Prill, gue Arbani. Tapi panggil aja Bani. Kalo lo butuh apa2, lo bisa nyari gue ". Seru seorang murid cowok dengan suara yang agak diperbesar karena jarak duduknya memang cukup jauh dariku.
Aku hanya balas tersenyum sambil mengangguk pelan. Dia ikut tersenyum lalu kembali sibuk dengan buku2 yang ada di atas mejanya.
"Bani itu ketua kelas kita". Jelas Tita.
"Dia juga idola kelas. Udah ganteng, baik hati, pinter lagi" tambah Vara dengan nada suara yang agak dikecilkan. Sepertinya dia naksir deh sama Bani.
Wajahnya manis. Ramah dan terlihat sopan. Melihatnya bergaul dengan buku pelajaran dijam istirahat seperti ini, kayaknya dia memang pintar. Tapi cukup ganteng untuk golongan "kutu buku" yang biasanya berkacamata setebal pantat botol.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Luphy Love
FanfictionCinta adalah anugerah terindah dari Sang Maha Pencinta. Hadir dihati siapapun yang diingini. Tak memandang usia, status, derajat, atau apapun itu.