Oh God...malam mingguku kelabu banget sih. Mau keluar tapi pak Umarnya lagi izin pulang ke Tasik.
Mau ngajak sahabat2ku, Vara sama Tita lagi ada urusan keluarga. Sementara Nadia, katanya tiap malam minggu bantuin bokapnya kerja di cafe.
Yang nganggur dimalam minggu palingan si Bani. Tapi masa iya aku mau jalan berdua sama Bani, malam minggu pula. Bisa ditalak tiga aku sama Vara.
Sedangkan di rumah ini, nggak ada yang bisa di ajak ngobrol. Sudah lebih dari seminggu tinggal di rumah ini rasanya bentar lagi aku akan mati kebosanan.
Tante Regi sama om Permana sih baik. Tapi mana nyambung ngobrol sama orang tua. Mending kalo ortu sendiri, lah ini sama calon mertua => itu juga kalo jodoh sama Kanchi sih..hehehe.
Sedangkan Alian? gimana mau ngobrol, dianya aja ngerem mulu di dalam kamar. Udah kayak ayam bertelor aja.
Ngobrol lewat telpon sama sahabat2ku di Bandung nggak bisa lama2, berat di ongkos ciiiin. Yang ada bengong lagi bengong lagi.
Belajar juga rasanya rada malesin kalo bukan lagi musim ulangan. Mau nonton tv juga males. Baca komik dan novel, udah berulang2, sampai2 letak titiknya saja aku hafal.
Kulirik jam weker di atas nakas samping ranjangku. Baru juga jam 9 malam. Saat2 bete kayak gini, waktu terasa lambaaaat banget. Sampe bosen nunggu detik berganti detik.
Semua lampu yang ada di dalam kamar sudah kumatikan. Mendengarkan lagu2 galau binti supermellow juga sudah kulakukan. Ceritanya sih biar cepat ngantuk. Tapi mata ini tetap enggak mau terpejam.
Kubuka pintu kamar yang terhubung dengan balkon. Pemandangan dari sini lumayan bagus. Bisa liat bulan dan bintang2 di langit. Sedangkan di bawah ada kolam renang dan gazebo di taman belakang.
Aku duduk bersila di kursi di balkon. Menikmati sinar rembulan dan hembusan angin malam.
Rahasia perubahan sikap Alian tak lagi mau kupikirkan. Kepalaku sudah benar2 mumet. Aku nggak tahu harus mencari info dari mana. Toh bukan urusan aku ini. Orang tuanya saja kayaknya fine2 aja sama sikap dinginnya, kenapa aku harus kepo? Bodo amatlah.
Masih dari tempatku di balkon, aku seperti mendengar suara petikan gitar. Karena rada penasaran, aku beranjak dari dudukku mendekati pagar balkon.
Suara gitar itu berasal dari arah bawah. Di gazebo taman belakang dekat kolam renang kulihat Alian duduk seorang diri disana. Kayaknya dia deh yang main gitar.
"Mungkin ini kesempatan baik buat nyoba ngajak patung es itu ngobrol. Toh dicuekinpun gak akan bikin aku kehilangan muka. Gak ada orang lain ini yang liat". Batinku.
Takut kesempatan langka ini terlewatkan, buru2 aku keluar kamar menuju taman belakang. Dari jarak beberapa langkah kudengar dia sedang menyanyi. Suaranya cukup merdu. Gak kalahlah sama Afgan.
Segenap hatiku selalu memujamu
Seluruh jiwa ku persembahkan untukmu
Sepenuh cintaku merindukan dirimu Seutuh gejolak membakar hatiku
Seperti cahaya hadirmu diduniaku Seperti ribuan bintang
Yang menghujam jantungkuKau membuatku merasakan
Indahnya jatuh cinta
Indahnya dicintai
Saat kau jadi milikkuKau takkan ku lepaskan
Dirimu oh cintaku
Teruslah kau bersemi
Di dalam lubuk hatikuTak ingin mengganggu, aku melangkah mengendap2. Kudengarkan baik2 lirik yang sedang dinyanyikannya. Bisa jadi lagu itu mewakili perasaannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Luphy Love
FanfictionCinta adalah anugerah terindah dari Sang Maha Pencinta. Hadir dihati siapapun yang diingini. Tak memandang usia, status, derajat, atau apapun itu.