Me VS Queen

316 29 3
                                    

Mau itu verbal ataupun non verbal, yang namanya bohong mah tetep aja bohong. Dan bohong, dampaknya nggak akan pernah bagus buat diri sendiri.

Sukses ngerjain si Queen pake acara akting sakit depan Alian, nyatanya malah bikin hari liburku jadi nggak sukses. Apeeees #tepokjidat.

Alian begitu khawatir ngeliat aku yang lemas sampai2 dibela2in ngegendong aku. Dan kalo dia tau aku hanya pura2 sakit, dia pasti marah banget. Siapa coba yang bakal terima kalo diboongin. Bukan nggak mungkin dia bakal nyuekin aku lagi.

Dan inilah bayarannya. Akting sakit harus tetap dipertahanin. Alhasil malam minggu, berikut segala rencana liburanku dihari minggu terpaksa dicancel. Padahal, hari minggu ini pengen banget ke Bandung temu kangen sama sahabat2ku.

Huuufff...but it's ok...hari berganti moodpun harus berubah. Saatnya bersemangat di senin yang cerah ini. Terlalu larut dengan hal yang sudah lewat hanya akan membuat kita stak di titik yang sama.

Jam istirahat pertama aku dan sahabat2ku bergerak ke kantin. Buset dah, rame banget. Tapi melewatkan sesi sarapan di rumah tadi udah ngebuat perutku benar2 keroncongan. Dan sekarang desak2anpun hayo ajalah demi penghuni kampung tengah.

Kursi kebesaran kami di sudut kantin udah terisi sama kakak kelas, jadinya terpaksa harus duduk di tempat kosong yang masih tersisa.

Beberapa menit ngantri, akhirnya dapat makanan juga. Aku memasukkan bakso ukuran besar ke dalam mulutku dan mengunyahnya dengan angkuh. Lapar bisa bikin orang kalap juga rupanya.

"Deuh yang anggun dikit neng makannya!" Tegur Vara.

"Gue lapar banget." Sahutku dengan suara tak jelas gegara bakso nyumpel di mulut.

"Heh!" Bentak seseorang. Hampir aja aku keselek.

"Dibolehin siapa kalian duduk disini?"

Sontak Tita dan Nadia langsung berdiri. Aku mendongak melihat mereka. Ternyata si Queen dan dayang2nya. Aku memutar mata males. Lalu kembali menyuap bakso terakhir ke dalam mulutku dengan nikmat.

"Ini wilayah teritorial gue. Sana!" Queen mendorong tubuh Nadia.

Tita sama Nadia kayaknya segan banget sama si Queen. Ya wajar sih, sepengetahuanku Queen itu seperti selebriti di sekolah ini. Dia punya banyak fans baik cowok maupun cewek, mulai dari junior sampai yang seniorpun nggak kalah banyak.

Selain secara fisik dia termasuk kategori nyaris sempurna, latar belakang keluarganya juga nggak lepas jadi alasan kepopularitasannya. Ayahnya seorang pejabat pemerintahan sementara ibunya pendiri sekolah ini.

Banyak anak yang memilih diam saat ditindas olehnya, dari pada harus melawan dengan resiko bakal terusir dari sekolah ini. Miris sih, hari gini masih banyak orang yang pasrah dibully.

"Lo apa2an sih, Queen!" Tegur Vara.

Ada yang menarik dari adegan yang terjadi di depanku ini. Vara terlihat biasa aja di depan Queen. Sorot matanya tenang tak terlihat pasrah apalagi takut. Malah terlihat Queenlah yang rada gimana gitu sama Vara.

"Ini meja gue!" Ucap Queen lagi. Tetap tegas tapi sudah nggak terkesan membentak.

"Selain orang2 yang gue izinin, nggak ada yang boleh duduk di sini."

Izin? Huh...ni cewek, mentang2 namanya Queen dan aku menjulukinya ratu drama, dia pikir dirinya beneran RATU apa??? Semuanya harus atas izinnya. Sok berkuasa.

Biar ibunya pemilik sekolah juga nggak berarti hanya dia yang punya hak di sekolah ini. Dan aku bukan dari golongan orang2 tak berdaya yang hanya pasrah diinjak2.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Luphy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang