Partner In Crime

306 29 3
                                    

Saturday morning...yeaaah menghitung harinya kita mulai...nggak lama lagi aku akan ketemu Kanchi. Dadaku rasanya deg2 serrr banget hihihi.

Sejak semalam semangatku benar2 diatas rata2. Senyum nggak bisa lepas dari bibirku. Dari subuh tadi, aku sudah siap ke sekolah. Nggak sabar rasanya pengen cepat2 ketemu sahabat2ku dan nyeritain kabar gembira ini pada mereka.

Tapi yang namanya orang nebeng mah kudu sabar. Sabar nunggu sampai orang yang mau ditebengin bergerak.

Hari ini untuk pertama kalinya aku ke sekolah bareng Alian. Pak Umar lagi izin pulang ke Tasik. Anaknya lagi sakit, jadi aku minta pak Umar bawa aja mobilnya siapa tau anaknya mau dibawa ke rumah sakit. Kan biar nggak susah.

Alian tu ngalah-ngalahin cewek deh. Mau ke sekolah aja dandannya lamaaaa banget. Dari sejam yang lalu aku nungguin dia keluar kamar dan sampai sekarang belum nongol juga.

"Lama banget sih lo. Entar telat tau!" Omelku begitu Alian keluar kamar.

"Bukan gue yang lama, lo tuh yang kecepetan. Baru juga setengah tujuh."

"Kalo entar jalanan macet gimana? Telat kan! Jadi berangkat lebih awal itu lebih baik."

"Motor mah jarang kena macet!"

"Jarang bukan berarti nggak mungkin kan!"

"Iye..iye, bawel!" Alian nggak ngebantah lagi.

Kujulurkan lidah, lalu berjalan mengikuti Alian yang sudah lebih dahulu menuju garasi tempatnya memarkir motor.

"Duduknya jangan nyamping, nggak stabil." Ucap Alian begitu aku menaiki motornya.

"Duh ribet lo ah!" Aku terpaksa menuruti perintah. Maklum orang nebeng mah, selain sabar kudu nurut juga.

Motor Alian melesat membelah jalanan ibu kota. Aku terpaksa memegang pinggang Alian, takut jatuh.

Ditengah perjalanan, aku sempat mikir gimana reaksi fans2nya Alian kalo entar mereka ngeliat aku diboncengin sama idolanya?!

"Ntar di sekolah, lo jangan nyuekin gue yah!" Ucapku diantara deru suara kendaraan.

Malu kali kalo orang2 pada ngeliat aku diboncengin sama Alian tapi pas nyampe disekolah malah dikacangin. Kesannya kayak cabe2an nggak dikenal yang sekedar dikasih tumpangan. Haddewwh...mau ditaro dimana wajah imutku ini??

Alian mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf O yang berarti oke. Aku jadi lega. Kueratkan peganganku melingkari pinggangnya.

Dan seperti kata Alian, naik motor nggak akan bikin telat. Kurang dari sejam aja kami udah sampai di depan sekolah.

Sekolah sudah cukup ramai. Motor Alian mulai melambat melewati gerbang menuju parkiran. Semua mata mengarah padaku yang begitu anteng duduk diboncengan Alian sambil MELUK.

Tatapan2 sinis kembali mengepungku, seolah siap mencabikku dengan sadis. Tapi biarlah, aku nggak perduli. Toh aku dan Alian bersahabat.

Dari jarak beberapa meter, mataku bisa menangkap dengan jelas seorang cewek baru saja turun dari mobilnya tak jauh dari tempat Alian memarkirkan motornya. Itu Queen! Matanya menatap tajam ke arahku.

Tiba2 muncul ide jail di otakku. Kusandarkan kepalaku dipunggung Alian dan mengeratkan pelukanku di pinggangnya. Aku sengaja melakukannya sambil menatap Queen dan tersenyum padanya.

Dia terlihat begitu kesal. Matanya melotot dan sepertinya tangannya dikepal.

"Molor lo ya?"

My Luphy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang