Bel pulang sekolah sudah terdengar sejak tadi. Pelajaran terakhirpun sudah bubar. Teman2 sekelasku juga sudah pada berhamburan keluar kelas. Hanya tinggal beberapa orang teman yang masih sibuk ngeberesin buku2nya.
"Cengo aja, gak niat pulang neng?" Tegur Nadia mengagetiku.
Aku hanya nyengir lalu kembali membereskan buku2ku. Mengingat Mama dan Papa gak ada lagi di rumah itu rasanya malas pulang ke sana.
Walau dulu aku juga sering nginap di rumah om Permana tapi setelah bertahun2 gak ketemu rasanya sudah berbeda. Apalagi gak ada Kanchi di sana. Yang ada hanya si patung es.
"Yuk ah pulang. Kelamaan di kelas digondol kucing garong lo!"
Nadia menarik tanganku begitu aku selesai memasukkan semua buku ke dalam tasku.
Aku berjalan di koridor berdua dengan Nadia. Tita sudah pulang duluan tadi. Dia kebagian tugas ngejemput adiknya pulang sekolah. Sedangkan Vara, katanya ada rapat di ruang osis.
Disepanjang perjalanan menuju gerbang sekolah, Nadia banyak cerita tentang anak2 di sekolah ini, termasuk kepopuleran cewek yang bernama Queen dan teman2nya, serta sikap Alian yang selalu bikin cewek2 penasaran.
"Neng Ily!"
Pak Umar sudah standby di depan gerbang sekolah. Papa sengaja minta pak Umar untuk tetap jadi supir pribadiku di Jakarta, biar aku gak susah mau kemana2. Dan untungnya Om Permana dan Tante Regi tidak keberatan nampung kita berdua.
"Nadia ikut kita aja yuk. Gue anterin pulang!"
"Gak usah Prill, makasih. Udah biasa kali gue naik bus".
"Ya udah kalo gitu gue anterin sampe halte mau yah. Gak boleh nolak!" Ajakku tak terbantahkan.
Jarak gerbang sekolah ke halte bus gak bisa dibilang dekat apalagi siang bolong kayak gini. Aku naik ke mobil diikuti Nadia yang pasrah atas ajakanku.
Bahkan tadinya aku sempat kepikiran buat ngajak Nadia ke rumah om Permana. Lumayan kan ada yang bisa diajak ngobrol. Tapi apa jadinya kalau Nadia sampai tahu aku serumah dengan cowok yang dia taksir.
Biarkan ini menjadi rahasiaku dan Alian saja. Entar pada heboh lagi kalo ada yang tahu.
***
Siang berganti malam, malam berganti pagi. Saatnya kembali menjalani hari yang baru. Aku keluar kamar setelah siap dengan segala perlengkapanku untuk bersekolah.
Mataku melirik sejenak ke pintu kamar sebelah yang tertutup rapat. Itu kamar si patung es. Entah dia masih di dalam sana atau sudah berangkat sekolah duluan.
Sudah dua hari tinggal serumah dan bersekolah di sekolah yang sama tapi aku dan Alian sama sekali belum pernah ngobrol.
Jangankan ngobrol, negor aja gak pernah. Dia mungkin menganggapku tak pernah ada jadinya aku juga diam saja. Dari pada malu, negor duluan tapi dicuekin yah mendingan diam.
Aku menuruni anak tangga dengan pelan. Bukan takut jatuh, aku hanya sedang menikmati barisan foto2 keluarga om Permana. Ada banyak foto Kanchi di sana.
Sesaat mataku tersita pada satu foto. Seorang anak laki2. Wajahnya mirip banget sama Alian. Tapi dia berbeda. Senyumnya manis, tatapannya terlihat hangat. Dia gak sedingin si patung es.
"Ngapain disitu? Ayo sayang sarapan dulu!" Ucap tante Regi lembut.
"Iya tante". Aku tersenyum lalu mempercepat langkahku menuju meja makan.
Di atas meja sudah tersedia roti isi selai kacang dan segelas susu coklat favoritku. Mungkin mama yang sudah ngasi tahu tante Regi apasaja makanan kesukaanku atau bisa jadi tante Regi masih ingat semua tentangku saat masih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Luphy Love
FanfictionCinta adalah anugerah terindah dari Sang Maha Pencinta. Hadir dihati siapapun yang diingini. Tak memandang usia, status, derajat, atau apapun itu.