CHAPTER 10

491 35 9
                                    

Putar musik diatas sembari membaca ^^

Kedua mata Jihyo berlahan terbuka. Langit-langit kamar rumah sakit menyambut penglihatannya. Disisi kirinya terlihat botol infus yang mengalir menuju punggung tangannya. Selang oksigen kecil menutupi saluran pernapasannya. Dan suara mesin deteksi denyut jantung terdengar memenuhi ruangan.

Jihyo memiringkan kepalanya kekanan dan ia menyadari jika sesuatu tengah membungkus lehernya dengan cukup ketat. Dengan suara parau, Jihyo berusaha memanggil ibunya yang tengah duduk disana sembari membaca sebuat buku.

"I...ibu." Lirihnya nyaris tak terdengar.

"Jihyo, kamu sadar nak?" Tanya ibu Jihyo dengan panik. Ia senang karena putrinya sadar namun kekhawatirannya pada kondisi Jihyo membuatnya dirundung panik.

Ibu segera memencet bel darurat sambari mengusap-usap kepala Jihyo dengan sayang.

"Syukurlah kamu akhirnya bangun sayang. Dokter akan segera datang. Kamu tau betapa khawatirnya kami dengan keadaanmu? Tuhan terimakasih." Ucap ibu diiringi air mata yang mulai mengalir dipipinya.

Jihyo sangat ingin bicara dan mengatakan kalau dia baik-baik saja. Tapi tenggorokannya terasa sangat sakit dan seperti terbakar, membuatnya mengurungkan niatnya dan hanya mengangguk.

Tak lama seorang dokter dan dua orang perawat datang untuk memeriksa keadaan Jihyo.

"Syukurlah anda baik-baik saja nona Jihyo. Untuk sementara anda jangan berbicara dan terlalu banyak bergerak dulu. Luka dalam dan cedera tulang leher anda masih belum membaik. Nanti kita akan lakukan pemeriksaan lanjutan." Jelas dokter yang menangani Jihyo.

Jihyo mengangguk pelan diikuti jawaban dari ibu. Jihyo dan ibunya tau kondisi Jihyo cukup parah, jadi mereka tak memprotes perintah dokter. Dokter kembali menjelaskan semua larangan selama Jihyo sakit lalu berpamitan setelahnya.

"Ibu akan menghubungi ayah dan Kyung Soo. Mereka sedang pulang." Ucap ibu sembari mengambil ponselnya dan segera menghubungi ayah juga Kyung Soo.

Jihyo menatap ibunya sembari tersenyum lalu menoleh kesegala arah. Tentu saja kalau bukan mencari Jun Ki. Sejak ia sadar, Jun Ki belum terlihat batang hidungnya. Lalu Jihyo berasumsi bila Jun Ki ikut pulang bersama Kyung Soo.

Tidak lama setelah ibu selesai menelfon sosok Jun Ki langsung muncul dari arah pintu. Ia berjalan cepat menghampiri tempat tidur Jihyo dengan wajah cemas. Jihyo hanya tersenyum menyambut kedatangan Jun Ki.

"Ya Tuhan syukurlah akhirnya kau sadar Jihyo-ya. Syukurlah." Ucap Jun Ki. Ia tersenyum senang namun terlihat jelas jika air matanya mengalir, menunjukkan betapa ia sangat khawatir dan bersyukur secara bersamaan.

Ia mengusap punggung tangan dan kepala Jihyo penuh sayang. "Lihat dirimu, tubuhmu penuh luka. Aku bahkan tak bisa melindungimu dengan benar. Maafkan aku, sungguh maafkan aku. Aku tak berguna." Lirihnya penuh sesal.

Jihyo menggeleng lalu menoleh pada ibu dan menggerakkan bibirnya mengatakan "ponsel". Ibu segera memberikan ponsel milik Jihyo yang ada di dalam nakas. Jihyo segera mengetikkan kata-kata yang ingin ia ucapkan disana.

"Tidak paman, ini bukan salahmu. Kau yang terbaik. Jadi jangan salahkan dirimu. Aku baik-baik saja sekarang." Jihyo segera menunjukka ponselnya pada Jun Ki sembari tersenyum cerah. Ia ingin menghibur Jun Ki dan meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja.

"Jihyo akan segera sembuh. Jadi kamu tak perlu khawatir Jun Ki-shii." Ucap ibu ikut menenangkan Jun Ki.

"Terimakasih sudah membantuku." Ucap Jun Ki sembari membungkuk pada ibu Jihyo.

In My Eyes [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang