Prilly membuka pintu lokernya. Memasukkan beberapa buku tulis dan tempat pensil kedalam sana. Matanya beberapa detik menatap lama isi loker tersebut.
Lokernya rapih. Bersih.
Tidak seperti loker disekolahnya dulu, penuh sampah, surat-surat dengan tinta merah dan tak jarang ada minuman yang ditumpahkan dengan sengaja ke buku-bukunya.Prilly menggeleng, berusaha menetralkan pikiran negatif yang hinggap di benaknya. Nggak ada untungnya juga mengingat masa lalu kelam, kan?
Lagipula, Prilly sudah cukup beruntung bisa menjauh dari kehidupan sekolah lamanya. Dan yang paling penting, ia jauh dari mereka.
Ketika Prilly menutup pintu loker. Ekor matanya tak sengaja menengok ke arah kanan. Dalam dua detik, mulutnya terkatup rapat.
Cowok itu lagi.
Berdiri di depan loker dengan tangan kiri memegang sebuah cermin kecil, dan tangan yang satunya memegang sehelai kertas minyak untuk wajah. Ia memoles wajahnya yang kusam karena aktifitas sekolah hari ini.
Prilly berkedip beberapa kali, melihat fenomena yang sangat nggak wajar untuk ukuran cowok.
Lagi. Pandangan mereka bertemu. Ali menghentikan aksinya lalu melirik Prilly sinis. Cowok itu langsung memasukan barangnya ke dalam loker dan mengambil beberapa buku.
Suara pintu loker yang dibanting membuat Prilly berjengit. Prilly menghela nafas karena ia merasa kesempatannya untuk berteman dengan cowok itu hilang beberapa persen.
Prilly yakin, Aliandra tidak menyukai keberadaannya.
Tidak sama sekali.
Bahkan sejak hari pertama Prilly duduk di bangku barunya.Nggak ada yang aneh dengan Ali, kecuali tingkah lakunya yang lebih condong ke sisi feminim. Bahkan cara berjalannya pun tidak bermasalah. Gesturnya tidak terlalu gemulai dan masih seperti anak cowok pada umumnya.
Mungkin hanya style-nya? Entahlah.
Prilly menyipitkan matanya, memperhatikan Ali dari jauh, ketika cowok itu melewati kerumunan siswa yang ada di koridor;
Mereka semua tertawa.
Dan yang membingungkan, Ali justru hanya tersenyum, melambaikan tangan seolah ia bangga terhadap gelak tawa yang ditujukan padannya. Prilly nggak ngerti pola pikir cowok itu.
Aneh, tapi... nge-gemesin.
Ah, ralat. Dia nggak aneh, Dia unik.Ketika Prilly hendak mengambil beberapa langkah untuk melenggang pergi, sebuah pantulan cahaya dari benda mengkilap yang terjatuh di lantai membuat langkahnya terhenti.
Prilly berjongkok untuk memperhatikan sekaligus mengambil benda kecil tersebut.
Sebuah kunci.
Dan Prilly yakin ini adalah kunci loker. Karena memiliki bentuk yang sama dengan kunci loker miliknya. Kuncinya diberi gantungan sebuah plat nama kecil yang wajib ada untuk setiap kunci loker siswa. Tambahan lain, gantungan kunci yang berupa miniatur sebuah kucing berbulu oranye yang membuat Prilly tersenyum gemas.
Garfield. Ini kartun kesukaannya.
Ketika ia melirik plat nama mungil yang juga gantungan dari kunci tersebut. Prilly membeku.
Aliandra.
Ini milik cowok itu.
Prilly menenggelamkan benda tersebut dalam kepalan tangannya. Lalu memilih pergi dan menyimpan kunci tersebut jika sewaktu-waktu Ali mencarinya.
***
Suasana kantin cukup ramai siang ini. Bel istirahat baru berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, dan masih tersisa dua puluh menit lagi untuk mengisi perut yang keroncongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautifull Boy
Hayran Kurgu"Kasih gue satu alesan aja, kenapa lo tertarik sama dunia perempuan?" "Karena perempuan itu selalu penuh kasih sayang," "Se-simpel itu?" "Iya, sesimpel itu." ••• Sepotong kisah sederhana. Tentang Aliandra. Cowok dengan tingkah feminim yang diam-diam...