Hii, author kembali lagi nih. Hehe:) maafyaa judulnya diganti tapi ini tetap ada sangkut pautnya kok. yap! Sudah cukup berkeluh kesahnya mari membaca:)
Oiya author mau wish disini gapapa kan? Kalian aminin yaa. Ga muluk muluk kok permohonannya. Cuma satu, yaitu semoga author bisa belajar mengikhlaskan. Karena rasanya sakit kalau tidak dilepas."Hahaha..." suara lima gadis terdengar menggema didalam kelas. Menertawakan setiap lelucon yang mereka bicarakan.
Sudah hampir satu bulan aku bersekolah di SMA DEAF ini selama itu pula aku menjalin persahabatan dengan Iyasa, Anzel, Dini dan Rita.
Bagiku mereka sempurna, para sahabat yang mampu menemaniku, memahamiku, selalu ada disaat aku butuh dan rela berkorban untukku. Padahal aku sendiri yakin kalau aku belum menjadi sahabat yang baik untuk mereka. Tapi tenang, aku akan berusaha!"Eh, tau ga? Tadi gue ketemu kak Heryan. Ganteng banget!" Ujar Rita, dengan nada sedikit berlebihan.
"Yeee, terus si fadlan gimana? Hahaha..." Tanya Iyasa.
"Gatel banget nih rita" Kata Dini dengan tatapan meledek.
"Iya nih, mending kak Heryan nya suka" Sahut Anzel sambil menjulurkan lidahnya.
"Hahaa.. rita rita satu aja belum dapet udah nyari lagi" Tambahku.
Rita hanya memajukan bibir bawahnya, tanda merajuk.
"Ah, gue ngambek." Ujar Rita manja sambil melipat tangannya di dada.
Aku, Iyasa, Anzel dan Dini saling bertatapan. Lalu dengan kompak kami membalas, "BODOAMAT! hahahahaha..."
Rita pun ikut tertawa mendengar gelak tawa kami. Aku yakin ia tidak benar benar marah karena memang kami senang bercanda biar tidak bosan.
"Misi, girls." Ucap seseorang laki laki yang membuat tawa kami terhenti. Yap, laki laki itu adalah Reza.
"Boleh pinjem Afa nya bentar?" Izin Reza.
Ha? Dia mau minjam aku? Memangnya aku barang apa.
"Iya kak, pinjem aja." Ujar Anzel.
"Bawa pulang juga gapapa kak." Kata Iyasa.
"Kita mah ikhlas kak hahaha.." tambah Dini yang disertai tawa.
"Eh???" Ucapku bingung. Seenak jidat. Yakali aku mau gitu dibawa pulang sama laki laki ini.
"Udaah sanaaa aff!" Usir Rita.
Reza pun menarik tanganku dan membawaku ke taman. Lagi lagi taman. Sepertinya ia menyukai tempat ini.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Temenin gue." Ujar Reza mendadak sendu.
"Apa?" Tanyaku lagi untuk memastikan. Reza memintaku untuk menemaninya. Ya Tuhan kenapa tiba tiba jantungku berdegup keras sekali saat mendengar perkataan itu.
Reza memegang kedua bahuku lalu memposisikan badanku agar berhadapan dengannya. Haftt rasanya jantungku sudah lompat kesana kemari.
Reza menatapku lekat lekat. Dari sorot matanya aku bisa melihat ada duka. Entah duka seperti apa.
"Temenin gue. Disini. Please. Sebentar aja." Nada bicaranya juga sedikit aneh. Seperti orang yang sedang kehabisan nafas.
"Lu gapapa kak?" Tanyaku dengan tatapan lembut.
"Gatau." Jawabnya singkat.
"Yeh, malah gatau gimana sih." Sewotku. Reza tak membalas perkataanku ia hanya terdiam membisu. Aku lupa kalau dia sedang sedih saat ini. Aku pun berniat untuk mendengarkan ceritanya. Ya itu pun jikalau ia mau menceritakan masalahnya kepadaku.
"Hmm, mau cerita? Gue pendengar yang baik kok. Suerr.." Ujarku sambil menunjukkan kedua jariku membentuk huruf V.
Reza hanya menaikkan sebelah alisnya tanda meragukan.
"Serius taauu... yaudah kalo ga percaya mah." Kataku dengan manyunan bibir.
Entah kenapa tiba tiba Reza tersenyum. Seolah masalahnya sudah berlalu. Apa yang membuatnya tersenyum ya? Aneh.
"Thank you, baymax." Ucapnya masih sambil tersenyum.
"Ha? Untuk apa?" Tanyaku tidak mengerti.
"Untuk manyunan bibir lu." Jawabnya kali ini sembari tertawa kecil.
"Manyunan?"
"Iyaa manyunan bibir lu itu lucu banget, hmn sexy gituu deh. Hahahahaha..." Jelas Reza dengan tatapan menggelikannya.
"Ihh!!" Ambekku.
"Tuh kan manyun lagi. Lucu deh emesh gitu." Ledeknya sambil tertawa lepas.
Aku menatap Reza yang sedang tersenyum lepas. Hmm, rasanya hatiku sejuk sekali. Seperti sedang melihat pangeran, senyumannnya sangat manis. Membuatku ikut tersenyum melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRETS
JugendliteraturMungkin saat ini kita belum ditakdirkan untuk bersama atau mungkin memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Entahlah, yang aku tahu aku menyayangi dirimu melebihi apapun. Sayang? Huft, kurasa ini lebih dari sekedar sayang tepatnya aku mencintaimu. Se...