Semenjak kejadian kehujanan itu. Abangku yang ganteng banget itu jadi sering sekali membicarakan tentang Reza, yang sepertinya menyukai aku, bla bla bla. Aku sangat ragu akan hal itu. Jelas, siapa aku? Hanya salah satu cewek diberibu cewek, loh?-,-
Ohhh beberapa hari belakang ini kenapa aku merasa sedih dan seperti kehilangan sosok menyebalkan laki laki itu. Sekarang berpapasan saja ia tak mau memandangku. Apa yang salah? Kenapa dia harus mendadak berubah seperti itu disaat perasaanku padanya mulai bisa aku terima. Aku sadar sekuat apapun aku mencoba mencegah rasa itu datang tetapi ternyata rasa itu lebih kuat dibanding pintu hatiku.
Namun, aku akan diam tanpa menunjukkan perasaanku. Biar saja ia yang menyadari dengan sendiri nantinya. Lagipula aku terlalu takut. Aku benar benar bukan tipe cewek yang kekinian, yang sexy, yang cantik, yang langsing. Yaa tapi aku bersyukur aku sering dibilang imut, ya cuma imut ga lebih. -,-Disekolah kali ini aku jadi topik terkini lagi setelah sebelumnya digossipkan dekat dengan kak Reza sekarang mereka menggosipkan kalau aku dan kak Reza tidak dekat lagi. Yah apa pentingnya bagi mereka? Masa mereka kalah dengan gadis seperti ku. Hahaha lucu sekali.
"Eh, kasian ya! Udah dijauhin ya sama Reza? Haha.. gatel sih lu!" Ujar kakak kelas yang setau ku bernama Arra.
Ha? Apaan nih kakak kelas aneh banget. Sebenarnya yang gatal itu siapa?-__-
"Heh! Diem aja! Sedih yaa? Haha.." Ujar Arra sekali lagi.
"Ha? Engga." Balasku.
"Malu kan lu? Sekarang mah udah ga deket sama Reza lagi. Haha.." Kata Arra dengan tatapan merendahkan.
"Ga penting ya nanggepin kakak cantik yang kekinian bingits." Emosiku mulai terpancing. Habis kalau aku diam saja pasti dia akan berkoar yang tidak tidak.
"Heh! Belagu banget lo!" Marah Arra sambil menunjuk hidungku.
Tiba tiba seseorang datang dan menepis jari Arra dari hadapanku. Kali ini bukan Reza. Aku tidak kenal siapa laki laki ini. Yang jelas ia berparas tampan mirip sekali dengan aktor tampan Rayn Wijaya. Hanya saja ia berkulit coklat.
"Ih! Ngapain sih lo, Ar? pake belaan dia segala?" Tanya Arra tak terima dengan perlakuan laki laki itu.
"Kampungan lo." Ucapnya dan meraih lenganku sembari mengajakku ke kantin. Setelah sampai ia menyuruhku untuk duduk. Aih, bingung. Kelakuannya mirip banget kak Reza deh suka narik narik sembarangan. Huh.
"Mau minum apa?" Tanyanya.
"Hah? Hmm, es teh aja deh." Duh canggung.
Dia pun beranjak pergi memesan minuman. Sementara aku masih sibuk penasaran sendiri. Setelah beberapa menit ia kembali membawa dua gelas es teh.
"Nih, minum." Ucapnya seraya memberiku satu gelas es teh.
"Ohh iya iya makasih." Aih salting nih akuuuu. Kalau aku perhatiin dia ganteng banget sih.-.
"Gue Arjuna panggil aja Arju." Ucapnya sambil memandangku. Duh duh ga kukuh.
"Ohhh... ohh iya, gue Afa." Duhh sumpah memalukan. Kenapa jadi gagap begini sih aku.
"Deket sama Reza?" Tanyanya.
Wah, wah, wah. Kenapa nih dia bertanya masalah itu.
"Hmm, ga juga." Jawabku.
"Gue sahabatnya Reza." Ujar Arju.
Hah? Mati aku. Tapi perasaan aku ga pernah lihat deh.
"Gue pindahan dari Aussie." Kata Arju seakan tahu apa yang sedang aku pikirkan.
"Ohh, pantesan."
"Emang dulu sempet deket sama Reza?"
Sumpah, itu pertanyaan terhorror yang pernah gue denger.-.
"Iyaa kita temenan.-." Jawabku sebisa mungkin.
Lagi pula aku tidak berbohong kok. Memang kan selama ini status ku dan kak Reza kan hanya teman biasa. Ah, aku menyesali itu.
"Emang dasar Arra itu envy sama lo." Ucap Arju sambil tersenyum kecut.
"Mungkin dia suka sama kak Reza?" Ujarku.
"Yaa udah pasti lah. Keliatan banget kalo dia suka sama Reza." Balas Arju.
Entah ada angin apa, bibir bawahku mendadak maju, sehingga membuat wajahku cemberut. Kenapa sih, aku ga boleh nunjukkin kecemburuan aku ini.
"Jealous?"
"Ha? Apa? Yaa enggaa lah." Jawabku. Wah, wah, bahaya.
Arju yang tadi sibuk menginterogasi ku kini beralih sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang sedang ia lakukan, lagi pula aku tak berhak tahu.
Selang beberapa menit akhirnya laki laki itu berbicara lagi tapi perkatannya membuat jantungku lari, kemana kau jantung(?)
"Reza mau kesini. Eh itu dia!" Ujar Arju.
Sontak saja aku langsung menoleh dan benar ia persis dibelakang ku. Mata dan jantung ku sama sama keluar dari tempatnya-,-
Aku mencoba bersikap biasa saja dan mulai tersenyum kepadanya. Namun apa? Ia justru membalas dengan tatapan dingin. Aih, kenapa sih cowok ini(?)
"Reza, Afa. Kok kalian diem dieman? Bukannya kalian temenan ya?" Tanya Arju kebingungan.
Aku tidak berani menjawab sungguh. Aku sendiri tidak tahu kenapa Reza berubah menjadi sosok yang sedingin ini. Iya sih, sewaktu awal masuk sekolah ini sikap Reza memang seperti es batu yang ada di film frozen. Tapi kan waktu itu dia pernah mencair sedikit. Siapa yang membuatnya membeku lagi(?) Aku ga ngerti lagi deh sama dia.
"Ar, gue balik dulu." Ujar Reza kepada Arju. Hah? Hanya kepada Arju? Padahal kan jelas jelas ada aku juga disini. Sumpah nyesek.
Reza pun beranjak pergi meninggalkan diriku yang mempunyai seribu tanya dihati. Huh.
Aku ga ngerti Reza kenapa dia berubah. Yang jelas ini nyakitin banget buat aku. Yaa, aku tau dia bebas berubah sesuka hati dia karena pada dasarnya kita tidak memiliki ikatan tapi jangan seperti ini. Dia benar benar dingin. Aku tidak suka itu. Aku merasa sakit dengan sikapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRETS
Подростковая литератураMungkin saat ini kita belum ditakdirkan untuk bersama atau mungkin memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Entahlah, yang aku tahu aku menyayangi dirimu melebihi apapun. Sayang? Huft, kurasa ini lebih dari sekedar sayang tepatnya aku mencintaimu. Se...