Kelompok ku gini?

80 5 0
                                    

Hari ini tepat pukul 15.00 WIB bus yang ditumpangi oleh seluruh murid SMA DEAF berangkat menuju Malang tempat mereka akan study tour dan belajar pra-KKN agar siap mental saat mengikuti kegiatan KKN di kampus pilihan ketika sudah lulus.

Wah, untungnya aku dan keempat sahabat ku satu bus jadi ada teman untuk mengobrol sepanjang perjalanan.

Aku dan para sahabat berada di bus nomor 2. Sepanjang perjalanan kita terus tertawa, ada yang menyanyi dan ada pula yang stand up.

Study tour kali ini seluruh kelas satu sampai kelas tiga wajib mengikuti kegiatan ini.

Yah, tadinya ku pikir aku tidak akan bertemu Rey selama beberapa minggu. Tapi kenyataannya malah begini.

Setelah hampir 12 jam perjalanan kita pun sampai di Desa Kesatrian, Blimbing, Malang. Aku dan para sahabat ku harus berpisah karena mereka berada di kelompok desa lain.

Sebagian rumah disini 80% masih menggunakan kayu hanya beberapa saja yang sudah menggunakan material semen. Jalanannya pun masih bebatuan. Dan banyak sekali kebun dan sawah disini.

Di desa ini kita akan dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 6 orang.

Kelompok 2
1. Afarenizla Armenia
2. Arya Jafar Aldofo
3. Andini Lesmana
4. Reza Pratama
5. Shawn Alexander
6. Karina Queen

Setelah membaca nama kelompok aku hampir gilaaaa.. Aku ga percaya kalau aku harus satu kelompok sama Rey dan Queen. Ah, benar-benar sial. Tahu gitu aku buat surat izin sakit saja agar tak usah mengikuti kegiatan tekanan batin ini. Haft. Tapi untungnya ada Dini yang akan jadi teman ku satu satu nya disini. Sedangkan Iyasa, Rita, dan Anzel berada di desa Purwodadi.

"Aaaff, untung ajaaa kita satu kelompookk!!" Girang Dini.

"Untung banget! Kalo ga mampus aja gue." Balasku.

"Ada si queen itu ya? Males banget deh." Ujar Dini.

"Makanyaa, tekanan batin mulu deh gue." Kata ku lesu.

"tenang, Af. Ada kak Aryaa! Hahaha.. " Ledek Dini sambil menyenggol lenganku pelan.

"Ihh, apaan sih.. Elo kali tuh ada si Shawn Mendes KW super! Hahaha.." Balasku.

Dini memang dari dulu sangat mengidolakan si Shawn Mendes KW super itu alias Shawn Alexander, kakak kelas kita yang jadi mualaf karena dengar Dini ngaji setiap hari jumat bersih. Tapi mereka berdua sama sama pendiam. Jadi aku ga tau sih seberapa dekat hubungan mereka. Habis Dini jarang banget cerita tentang cowok. Dia bilang mau langsung nikah aja. Hahaha.. Aamiin ya din..

"Kelompok dua! Sini ngumpul!" Teriak Queen. Oh No! Jangan bilang dia ketua nya. Pliz banget deh siapa sih yang milih. Atau dia nyalonin diri sendiri? Huh.
Aku dan Dini menghampirinya dengan ogah ogahan, sumpah langkah kaki ku terasa berat apa lagi setelah menyadari disamping Queen berdiri ada Reza yang sedang memandangku. Yup. Anggap aja saitan, Af!

"Lokasi tempat kita nginep itu rumah pakde Ali, ayok kita cari! Dan jangan lelet ya." Ujar Queen dengan gaya songong.

Menye menye. Dini meniru gaya bicara Queen sambil berdengus kesal. Haha.. Si Dini yak-,-

"Bu, tau rumah nya pakde Ali ga?" Tanya Queen kepada salah satu Ibu-Ibu yang sedang duduk bersantai didepan rumah.

"Arep direwangi ora? (Mau dibantuin ga?)" Tanya Ibu itu.

"Hah? Ibu ini ngomong apaan sih?" Tanya Queen dengan bingung.

"Enggeh, kita arep kanggo yen ibune ora keganggu." Jawabku. Aku memang tidak fasih berkata Jawa tapi setiap tahun aku selalu mudik bersama keluarga ku ke Solo. Jadi aku bisa walau hanya sedikit-sedikit.

"Yo wess, Ayo, padha melu." Ajak Ibu itu.

Ibu itu pun menuntun kita menuju kerumah pakde Ali. Waah setidaknya aku berguna dari pada si Queen itu yang bisanya memerintah saja.

"Kamu bisa bahasa Jawa?" Tanya Arya sambil berjalan disampingku.

"Iya, sedikit hehe." Jawabku sambil menyengir.

Ku perhatikan dari tadi Dini cemberut. Aku tahu pasti dia merasa seperti obat nyamuk karena posisi nya tergantikan oleh Arya.

"Ini siapa nama temennya?" Tanya Arya sambil melihat kearah Dini dan tersenyum.

"Dini kak." Jawab Dini sambil tersenyum juga.

"Ohh, Dini.. Afa nya sama gua dulu boleh ya?" Tanya Arya dengan sok manis.

"Hah? Yaudah deh boleh." Ujar Dini kembali cemberut. Dini maafkan aku.

"Eh iya, Shaun! Temenin si Dini yak!" Suruh Arya kepada Shawn Mendes KW super. Dini pun langsung salah tingkah karena kini Shawn berjalan disampingnya. Hahaha.. Rasakan kau din!

"Inggih, wis munggah. (Ini, sudah sampai)" Ujar Ibu itu setelah sekitar 10 menit kita berjalan.

"Maturnuwun Ibuu.. " Ucapku sambil tersenyum manis.

"Sami sami." Balas Ibu itu sambil pergi berlalu.

Kami sampai disebuah rumah yang ukurannya bisa dibilang paling besar di desa ini. Dan sepertinya pakde Ali ini sangat terkenal disini.

"Oke gengs akhirnya kita nyampe dirumah yang seenggaknya lebih bagus dari yang lainnya." Ujar Queen.

Apasih. Gengs? Alay.

"Assalammualaikum.." Ucap kami berbarengan.

"Waalaikumsalaam.." Keluarlah seorang bapak bapak dengan baju kokoh dan sarung serta tak lupa peci dikepalanya.

"Ini pakde Ali?" Tanya Queen. Haduh anak ini gaada sopan sopannya.

"Iya saya pakde Ali. Kalian pasti murid murid dari SMA DEAF yg di Jakarta ya?" Tanya Pakde Ali balik.

"Iya, Pak. Boleh kita masuk? Kita capek nih." Kata Queen.

"Queen.." Tegur ku.

"Apaan sih? Yang sopan dong panggil gue kakak. Lagian emang lo ga capek apa!" Marah Queen.

Aku hanya memutar bola mataku. Malas juga nanggapin cewek itu. Terserah dia saja lah.

"Ya wis, ayo masuk!" Suruh Pakde Ali.

"Nah gitu dong." Ucap Queen.

"Terimakasih pakde." Ucapku, Dini, Arya dan Shawn.

Aku heran sedari tadi Reza sama sekali tidak membuka mulut. Ia seperti menurut saja dengan semua tindakan dan perkataan Queen. Segitu terbius nya.

"Cuma ada 3 kamar yang kosong disini. Silahkan kalian tentukan." Ujar Pakde Ali.

"Gue tidur sendiri! Pokoknya satu kamar itu buat gue sendiri jadi sisanya dua. Terserah deh kalian mau tidur dimana." Ujar Queen.

Apa-apaan masa ketua kelompok egois gini. Amit amit deh.

"Aku sama Dini satu kamar ya." Ujarku.

"Yaudah gue, Reza sama Shawn satu kamar." Ujar Arya juga.

"Nah, Baguus.." Ucap Queen.

"Kalian beres beres saja dulu. Saya mau pergi sebentar." Ujar Pakde Ali.

REGRETSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang