Sinar matahari meredup dan kini langit dipenuhi dengan awan gelap tanda akan turun hujan. Dan aku masih menunggu abangku untuk menjemput. Aihh abangku yang satu ini sifat ngaretnya melekat banget sih.
"Baymax?" Panggil seseorang. Ya siapa lagi yang memanggilku dengan sebutan baymax selain Reza.
"Kak Reza?" Balasku. Sedang apa dia disini? Bukannya seharusnya ia sudah pulang dari tadi.
"Lu kenapa belum pulang ujan ujan gini?" Tanyanya. Aku bisa menangkap wajah khawatirnya. Ah, perasaanku saja.
"Nunggu abang jemput. Lu sendiri?"
"Gue lagi nunggu grab." Jawab Reza.
"Lah? Motor lu?" Tanyaku bingung. Bukannya setiap hari ia mengendarai sepeda motor setiap ke sekolah?.
"Di bengkel. Oiya btw lu nunggu abang siapa? Abang ojek?"
"Iyaa." Jawabku sengaja. Biar saja. Lagi pula abangku itu menyebalkan sekali.
"Ohh kang ojek. Dari tadi?"
"Iya! Udah 20 menitan gue nungguin ga nonggol nonggol." Curcolku.
"Gimana sih nih abang ojek, pecat aja kerja ga bener gitu." Kesal Reza. Lohh? Kok jadi dia yang kesal begitu yaa.
Setelah tepat 30 menit Afa menunggu yang ditemani oleh Reza akhirnya sang abang yang dinantipun datang.
"Buruan! Malah pacaran dikantin." Teriak seseorang pria dengan postur tubuh tinggi dan wajah mirip Lee Min Hoo KW.
"Itu abang ojeknya?" Tanya Reza sambil menunjuk pria itu.
"Iya, dia tuh." Adu ku.
"Bang, kalo kerja tuh yang bener pelanggan dibiarin nunggu sampe 30 menit gitu." Cerocos Reza kepada pria itu.
"Haa? Pecat? Pelanggan? Lu pikir gue kang ojek!" Ujar pria itu.
"Lah? Iya kan? Kata Afa lu kang ojek langganannya." Jelas Reza.
Pria itu langsung memandang Afa buas.
"Peace bang." Kataku sambil mengangkat kedua jariku.
"Adeee!!" Geram abangku sambil menjitak kepalaku.
"Lagian elu lama sih bang. Gempor gue nungguin lu." Ujarku kesal.
"Ya sabar kali nunggunya juga duduk kan lu." Balas abangku itu. Huuhh..
"Jadi lu abangnya afa?" Tanya Reza kepada Lee Min Hoo KW itu.
"Iyee..." Jawab abangku sambil memajukan bibirnya.
"Maaf kak Reza aku bercanda doang hehe.." Terangku disertai cengiran kuda.
"Yeeh dasar baymax." Serunya sambil mengacak acak kerudungku.
"Lu berdua pacaran yaa?" Tebak abangku.
"Eh? Enggaa kook." Jawabku sedangkan Reza hanya terdiam.
"Abis cocok sih." Lanjut abangku.
Tiba tiba Reza memandangku lekat membuat jantung ku lagi lagi memompa dengan sangat cepat.
"Ah, udah deh bang ayok balik!" Pintaku buru buru karena diriku bisa tak berdaya jika lama lama disini.
"Kak Reza gue balik duluan yaa!" Seru ku seraya berjalan menjauh.
"Eh, lu ga pulang?" Tanya abangku kepada Reza. Astagaaa abangku iniiiii..
"Nunggu hujan reda bang soalnya mesti nunggu grab." Jawab Reza.
"Ohh, ngapain sih nunggu grab? Balik bareng kita aja, gue bawa mobil kok." Tawar abangku. Aiih dia semakin menggilaa...
"Abaangg.." Kode ku sambil mencubit lengannya pelan.
"Ga usah bang ngerepotin." Tolak Reza.
"Udah sih, ayok buru!" Perintah abangku dan Reza pun akhirnya luluh juga.
"Gue dibelakang deh, biar kak Reza yang didepan sama lu." Ujarku seraya membuka pintu mobil belakang.
Saat perjalanan menuju rumah Reza abangku melontarkan banyak pertanyaan kepada Reza. Dari mulai tentang bola, film dan pacar (pertanyaan yang seolah mewakilkanku).
Setelah sampai dirumah Reza. Ia pun turun dari mobil abangku.
"Thank yaa bang, baymax makasih ya abang lu baik." Kata Reza sebelum turun dari mobil.
"Selo sih, oiya gue Giyan." Ujar abangku memperkenalkan diri.
"Reza, bang." Balas Reza sambil menyengir. Asli baru kali ini aku lihat Reza nyengir persis seperti yang suka aku lakukan. Hmm, Manis.
Kedua laki laki itu terlihat sangat akrab. Membuatku senang. Mereka layaknya sahabat. Pasti bahagia banget berada ditengah tengah mereka. Walau mereka sedikit mirip sih, sama sama humoris bin nyebelin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRETS
JugendliteraturMungkin saat ini kita belum ditakdirkan untuk bersama atau mungkin memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Entahlah, yang aku tahu aku menyayangi dirimu melebihi apapun. Sayang? Huft, kurasa ini lebih dari sekedar sayang tepatnya aku mencintaimu. Se...