Ups, maaf.

5.5K 140 17
                                    

Hari Senin, hari yang mematikan dan menenggelamkan mimpi-mimpi setiap orang untuk lebih lama berada di tempat tidur. Tak terkecuali aku. Hari ini aku ada kelas pagi dan supaya tidak terlambat sampai kampus, aku harus berangkat pagi buta.

"Mbak, bangun deh, udah jam berapa ini", ku goyangkan badan kakakku yang masih saja bergelung di balik selimut.

"Hmm", huh, itu saja jawabannya? Dasar kebo.

"Ayo dong, bangun. Ntar kita telat sampai kampus nih", aku dan kakakku berbeda kampus, tapi kami lebih sering berangkat bersama untuk menghemat ongkos. Karena jadwal dia sedikit lebih siang, jadi dia harus mengantarku lebih dulu sebelum berangkat ke kampusnya sendiri.

"Mbak Melody Nurramdhani banguuun!", teriakku tepat di samping telinganya.

"Argh, iya iya bangun. Berisik amat sih ah", aku tertawa puas lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah mandi, kulihat kakakku kembali rebahan di atas kasur. Akhirnya aku memutuskan untuk menarik tangannya supaya dia bangun, tapi bukannya posisi duduk yang kudapat, malah dia jatuh terjerembab ke lantai.

"Frieskaaaaa", teriaknya kesal sambil mengelus punggungnya yang mencium kerasnya lantai.

Aku menahan tawa yang ingin membuncah ini, "Eh, maaf maaf mbak. Hehe. Makanya buruan bangun, ntar aku telat"

Dengan masih mengelus-elus punggungnya, dia pun pergi ke kamar mandi.

Aku menuju dapur untuk setelah membereskan perlengkapan kuliah. Dan aku cukup kaget ketika melihat beberapa potong roti yang sudah di olesi selai tersedia di atas meja makan.

"Itu tadi aku yang bikin pas kamu mandi, buruan di makan, katanya gak mau telat", tiba-tiba saja kakakku sudah berada tepat di belakangku.

"Eh, makasih mbak. Di bawa aja ya, di makan di mobil", ujarku lalu memasukan roti-roti itu kedalam tepak makan.

Aku dan kakakku memang tinggal berdua di kota ini, anggota keluargaku yang lain tinggal di belahan kota yang lain, hehe.

"Ayo mbak"

"Eh, bentar deh, kayaknya barangku ada yang ketinggalan di kamar. Kamu duluan aja deh masuk mobil, panasin mobilnya dulu ya", Mbak Melody pun bergegas menuju kamar.

Aku melangkah cepat menuju halaman depan, membuka gerbang dan memanaskan mobil. Betapa terkekutnya aku saat melihat jam tanganku menunjukan jarum pendeknya berada di angka 6 dan yang panjang berada di angka 3, sedangkan kuliahku dimulai pukul 7. Kota ini sangat macet di pagi hari, dan kampusku cukup jauh dari rumah. Tanpa berpikir panjang, segera ku pacu mobilku keluar rumah dan menuju kampus.

Aku menghela napas cukup lega karena aku sampai di kelas dua menit sebelum jadwal 'dosen ontime' itu datang.

Aku merasakan handphoneku bergetar menandakan sms masuk. Dan ketika ku buka, ternyata sudah ada 30 missed call dan 20 pesan yang masuk. Dan semuanya itu dari mbak Melody.

"Eh, mbak Melody? Yaampun, dia masih ada di rumah ya tadi"

-END-

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang