Birthday Cake

1.9K 106 15
                                    

Sudah beberapa hari ini Melody vakum dari kegiatan peridolan demi menyelesaikan sebuah tugas mulia, pencapaian dan harga diri yang bernama skripsi.

Seperti saat ini, Melody sedang duduk di lantai menghadap laptop yang ia letakkan di meja. Sepiring nasi goreng menu sarapan ia biarkan dingin di samping laptopnya, padahal waktu sudah menunjukan pukul 1 siang. Susu coklat yang tadinya panas juga sudah menjadi dingin. Dan semua itu masih utuh tanpa tersentuh tangan Melody sama sekali. Bahkan handphonenya yang masih berada di kamarpun kini sudah tak bernyawa kehabisan baterai.

Tadi pagi sebelum berangkat ke Bandung, Frieska sempat menyiapkan sarapan untuk Melody bahkan memotongkan beberapa butir apel dan pear karena ia tahu tabiat buruk kakaknya saat fokus pada suatu hal. Bahkan Frieska menulis dengan huruf besar dan spidol merah berisi peringatan bahwa Melody harus makan yang ia letakkan di meja yang saat ini digunakan Melody. Tapi bukan tidak membaca, menyadari akan keberadaan kertas itu saja tidak.

Bahkan karena terlalu fokus, ia sendiri melupakan hari yang seharusnya penting baginya. Hari kelahiran. Hari berkurangnya usia. Dan hari dimana ia seharusnya merasa senang.

Merasa punggungnya pegal dan kakinya kesemutan, Melody bangkit dari duduknya dan meregangkan tubuh. Di lihatnya piring dan gelas yang masih terisi penuh dan juga secarik kertas dari Frieska. Tanpa sadar, bibirnya melengkung menunjukan senyum cantik.

Lalu kemudian kembali datar ketika mengingat seharian ini ia akan berada di apartemen sendirian karena Frieska pasti pulang saat hari sudah petang. Padahal ini hari ulang tahunnya.

"Apa aku telpon Haruka aja ya, suruh kesini"

"Eh, Haruka kan lagi di Jepang, gimana sih ah"

"Atau Ve aja ya yang disuruh kesini"

"Eh, jangan deh, ntar aku malah ngrepotin dia lagi"

Begitu saja seterusnya hingga ia selesai mengabsen para member tim J hingga trainee.

"Mana sih handphone ku? ck" decaknya kesal

"Ah ya, kan di kamar" entah karena merasa kesepian atau stres Melody malah berbicara sendiri.

Dilangkahkannya kaki menuju kamarnya untuk mencari keberadaan benda mungil kesayangannya itu. Dan dia berhasil menemukannya di bawah ranjang, hebat bukan? Entah apa saja yang sudah diperbuatnya semalam.

"Yah lowbat," gumamnya lagi.

Sambil menunggu baterai handphonenya terisi, Melody berbaring diatas ranjang dan tanpa sadar terlelap.

Sudah cukup malam ketika Frieska sampai di apartemen. Tubuhnya meronta minta diistihatkan, maka dengan langkah gontai, ia menuju kamar tamu. Mengapa bukan kamarnya dengan Melody? Karena dilihatnya Melody sedang tidur dengan di kelilingi buku-buku dan Frieska malas membereskan itu semua.

"Eh? Jam berapa ini? Yah ketiduran. Frieska belum pulang?" ujar Melody ketika ia membuka mata. Ia berjalan dengan langkah setengah menyeret menuju dapur, ruang tamu dan balkon tapi ia tak menemukan keberadaan Frieska sama sekali.

Sudah dihubunginya adik tersayangnya itu berkali-kali, namun hasilnya nihil. Teleponnya sama sekali tidak diangkat.

Jdaakk..

"Huaaa" teriak Melody ketika mendengar suara seperti benda jatuh dan lampu apartemennya mati seketika. Handphonenya terjatuh saat ia terkejut dan kini ia tak dapat menemukan benda itu membuatnya harus melangkah perlahan menuju tempat yang ia duga adalah saklar lampu.

"Hmmm" suara berat dari belakang punggungnya membuat bulu kuduknya berdiri. Kakinya tiba-tiba terasa berat. Tubuhnya menegang seketika.

"Si-siapa?" tanyanya dengan suara bergetar

"Hhhhmmm" hanya suara dehaman yang lagi-lagi ia dengar.

Dengan jantung yang berdegup cukup kencang, Melody memberanikan diri untuk melihat ke belakang punggungnya.

"Hai mbak Imel, selamat ulang tahun!" ujar Frieska ceria saat Melody dengan suksesnya menghadap belakang. Wajah Frieska terlihat benderang karena lilin yang menyala diatas kue ulang tahun bertuliskan,

"Mba Imel makin tua"


"

Mpriiiss, bikin jantungan ih, nyebelin adik durhaka" gerutunya tapi sedetik kemudian, senyumnya merekah

"Dih Mba Imel mah gitu, bukannya bilang makasih malah ngedumel" kali ini giliran Frieska yang ngedumel

"Hehe, makasih Mpriskucintaahh"

"Eits, jangan peluk-peluk! Tiup dulu ini lilinnya. Capek tau" protes Frieska saat Melody merentangkan tangan hendak memeluknya. Melody pun mengerucutkan bibirnya, kesal tapi tak ayal ia pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Frieska.

Melody pun memejamkan mata untuk melafalkan dalam hati harapannya untuk tahun ini dan ucapan syukurnya atas apa yang sudah ia terima selama ini. Dibukanya mata lalu dengan perlahan ia meniup semua lilin yang berpendar itu.

"Yah jadi gelap lagi deh" ujarnya lemas.

"Eits gak jadi" ujar Frieska sesaat setelah lilin yang ditiup oleh Melody kembali menyala.

Melody pun meniup lagi lilin-lilin itu, tapi tak cukup berhasil. Semua lilin itu kembali menyala sesaat setelah Melody tiup. Frieska tertawa keras melihat kekesalan tercetak jelas di wajah kakaknya.

"Tauk deh, gamau mati yaudah!" ujarnya kesal. Frieska berjalan ke arah saklar lampu dan menekan tombol on. Lalu meniup lilin-lilin itu dan ajaibnya, tak ada yang menyala kembali. Melody yang melihat itupun menjadi bengong, "Kenapa bisa?"

"Dah ah, gausah bengong gitu ih, jelek" ujar Frieska sambil melangkahkan kakinya menuju meja makan.

"Yok Mba dimakan. Dari pagi belum makan kan? Bandel emang" Frieska memotong spongecake tersebut sesuai dengan batas toppingnya. Jadi, topping kue tersebut beraneka ragam, membentuk kotak-kotak kecil.

Frieska menyerahkan potongan pertamanya pada Melody dan tanpa disuruh, Melody sudah melahap potongan itu dengan lancar tanpa tersedak dan Melody masih tetap hidup, yang artinya kue tersebut tidak mengandung sianida maupun arsenik.

"By the way, tadi suara apasih? Apa yang jatuh?"

"Jatuh? Oh enggak, itu tadi kakiku kepentok meja pas mau matiin lampu, hehe" Melody menatap adiknya heran lalu menggeleng kecil

"Ceroboh"

"Dah ah lupain, nih potongan kedua. Makan yang banyak, habisin sekalian"

Dahi Melody mengerut setelah memasukan potongan kecil kue kedalam mulutnya karena lidahnya merasakan ada yang berbeda dari kue tersebut.

"Ah, mungkin rasa lemon"

Kini Frieska menyerahkan potongan ketiga, potongan paling menggiurkan karena bertopping green tea.

Sedetik setelah suapan pertama dari potongan ketiga itu masuk ke dalam mulutnya,

"Frieskaaa, huaaah apaan ini! Buset! Air mana air?" teriak Melody lalu bergegas mencari air. Frieska menyerahkan segelas air dengan tawa yang masih menyembur dari bibirnya

"Huahahahahaha wajahnya Mba Imel lucu banget, hahaha"

Tanpa menghiraukan tawa Frieska, Melody dengan sigap meminum air dari gelas yang di sodorkan Frieska. Tapi kemudian ia langsung menyemburkan air itu.

Terang saja, potongan kue ketiga itu memiliki rasa brotowali atau jamu pahitan berwarna hitam yang pahitnya Naudzubillah. Sedangkan air yang ia minum adalah perasaan lemon murni yang bercampur bubur washabi dan sedikit taburan garam. Bayangkan saja sendiri bagaimana rasanya.

Jadi, pesan yang dapat kita petik disini adalah.....

-END-

A/n

Maaf ya absurd gak jelas.
Tapi yang jelas #HappyGMeloDay24 ehehehe.

Ah ya, sekalian #TGIFrieskDay20 ehehehe

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang