Seira POV
Aku berjalan mengendap - endap dibalik sebuah tembok, kulihat gerbang hitam besar mulai terbuka perlahan dan menampilkan ratusan bahkan ribuan prajurit berpakaian zirah yang berlambangkan burung gagak. Keningku bertaut ketika kulihat penunggang kuda berjubah hitam keluar dari gerbang hitam itu, kurasa mereka adalah furcas. Aku menghitung penunggang kuda itu, mereka ada 10 orang.
Mataku menangkap sosok ogre dalam pasukan itu, mereka berpakaian zirah lengkap dengan senjata mereka. Aku membalikan tubuhku dan menyandarkan tubuhku ditembok, pikiranku melayang jauh.
Perang. Aku yakin sekali mereka mengirim pasukan untuk berperang disuatu tempat, kegelapan sudah mulai menampakan kekuatannya secara perlahan. Kurasakan jantungku berdebar kencang rasa takut merayapi diriku, sebanyak itu prajurit dengan 10 furcas menyerang sebuah kerajaan? Aku tidak yakin kerajaan itu tetap berdiri ketika fajar tiba. Aku berkidik membayangkannya. Aku merangkak menjauh dari tempatku berdiri namun langkahku terhenti ketika melihat sebuah bayangan melayang mendekatiku, aku menoleh perlahan dan kulihat grif berdiri dibelakangku.
Aku membalikan tubuhku dan terduduk napasku berburu, kulihat grif itu mendekat tangan tengkoraknya terulur kearahku hendak mengapaiku. Aku merangkak mundur menjauh dari tangan tengkorak yang mencoba mengapaiku. Kurasakan tubuhku menyentuh tembok dibelakangku. Aku menelan ludah saking tegangnya, mataku melirik kanan dan kiri dengan cepat berharap menemukan cara untuk melarikan diri tapi sepertinya aku tidak beruntung karena grif itu membawa beberapa temannya, memblokir jalanku.
Grif itu mulai mendekat dan dapat kurasakan udara semakin dingin membuat tubuhku sedikit mengigil kedinginan, aku masih tetap berusaha untuk menyelamatkan diri tapi seakan lumpuh aku hanya terdiam ditempatku dan tak melakukan apapun bahkan otakku tidak bekerja dengan baik. Aku menghela napas dengan keras, aku memaksa tanganku yang gemetar terangkat, kobaran api yang besar berhasil keluar dari tanganku yang gemetar. Untung saja grif itu menjauh sedikit namun tak kusangka ia menerobos kobaran apiku dengan mudah dan mengunciku ditempatku terduduk.
Aku menatap kerudung hitam yang menyembunyikan wajahnya dan kurasakan tubuhku terisap kedalam kerudung itu, kebahagian, kesedihan, kekecewaan, amarah semua emosi yang kurasakan terasa terhisap meninggalkan tubuhku yang semakin melemah. Aku berusaha untuk melawan namun nihil, aku benar - benar merasakan kegelapan menelanku perlahan, memeluk diriku. Aku berteriak dalam hati meminta pertolongan siapapun biarpun aku tahu itu sia - sia.
Ketika kurasakan jiwaku seperti hendak meninggalkan ragaku, sebuah cahaya terang menyinari tempatku terduduk dengan grif yang menghisapku. Grif itu memekik lalu melayang menjauh dariku, aku jatuh terkulai ditanah napasku terputus - putus perlahan mataku tertutup.
Mataku terbuka, napasku tersengal - sengal aku menatap sekelilingku kamar jerami, aku menghela napas lega. Kuubah posisiku menjadi terduduk, kuusap keringat yang membasahi keningku dengan punggung tangan. Mimpi, tapi mimpi itu terasa begitu nyata. Dan siapa yang membawa cahaya itu?
***
Aku duduk dipinggir lapangan memperhatikan Patrick dengan lincah dan cekatan itu mengalahkan boneka raksasa mengerikan yang dibuat Roper. Ia berhasil menjatuhkan lawannya.
Roper menyungingkan senyumnya yang mengerikan dari seberang lapangan, ia membuat sebuah test untuk kami dan melihat bagaimana perkembangan kami dalam bertarung. Dan Patrick tentu saja berhasil membuat decak kagum disekitarku dan memang kuakui Patrick memang hebat.
Aku berjalan ketengah lapangan dan berdiri dihadapanku sepasukan boneka tanah lengkap dengan senjata ditangannya. Mimpiku semalam tak pelak muncul dipikiranku dan segera kuabaikan ketika kulihat pasukan boneka itu sudah bersiap menghadapiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ljosalfar : The Light Elves
Viễn tưởngSebuah penyerangan dari mahkluk mitos; Ogre, membuat kakak beradik ini pergi meninggalkan desa untuk menyelamatkan diri. Namun, sekelompok pengejar berhasil menangkap dan membawa mereka ke suatu tempat yang tidak pernah terbayangkan oleh mereka. Te...