Chapter 17

4.5K 450 47
                                    

Seira POV

Alaina menjentikkan jarinya lalu kabut hitam menyelimuti kami semua, saat kabut itu menghilang kami sudah berada ditempat yang berbeda.

Mataku menatap lurus kedepan, sebuah kabut tebal menutupi kawasan itu hingga membuatnya gelap dan terlihat mengerikan terlebih dengan dua patung mahkluk kerdil dengan telingga runcing, wajah mengerikan dengan seringai licik, kukunya yang panjang itu tampak memegang bola bening. Aku tahu mahkluk apa itu, goblin.

Dua patung goblin itu menjaga sebuah pintu kayu besar berukiran burung gagak yang sedang melebarkan sayapnya dengan mata semerah darah. Dan di samping pintu besar tersebut, aku melihat dinding tinggi terbuat dari semak berdiri kokoh sepanjang mataku dapat memandang, kabut ini benar - benar membuatku tak dapat memprediksikan seberapa luas kawasan rumit itu.

"Labirin," ucap Selena dan Angela bersamaan.

"Garret, Zoe, Kent, kalian adalah pemain," Ketiga pemuda berwajah pucat itu melangkah maju dan berdiri disamping Alaina.

Aku memperhatikan ketiganya dengan seksama, entah mengapa aku merasa curiga dengan permainan yang di adakan Alaina. Dan penawaran pembebasan itu yang membuatku semakin tidak yakin, seorang Alaina yang sangat ingin menjadikan kami semua monster pembunuh menawarkan pembebasan?

Aku kembali melirik labirin, tempat yang selama ini menjadi harapan kami untuk keluar dari death mountain, tempat yang membuat kami kuat hingga hari ini, entah mengapa sesuatu mengelitik pikiran dan hatiku. Aku mengelengkan kepalaku, membuyarkan beberapa asumsi yang muncul begitu saja.

"....dan Seira." Aku menoleh dan melihat beberapa orang yang sudah berdiri disamping Alaina dengan wajah yang tak terbaca, aku menghitung jumlah mereka, 14.

"Seira...berhati - hatilah di dalam sana. Aku menunggumu kembali," Selena menahan tanganku, suaranya menunjukan rasa cemasnya.

Aku mengangguk sambil tersenyum agar ia merasa sedikit tenang walaupun sangat berbeda dengan apa yang kurasa. Aku bergabung dengan yang lainnya, Alaina terlihat menjelaskan kembali aturan dan entah apalah itu sedangkan aku tenggelam dalam pikiranku.

Aku mengambil obor dan pedang dari prajurit, berdiri di antara Oliver dan Gon yang terlihat sangat waswas.

Seorang pemuda berjalan mendekati dua patung goblin, menunggu pintu kayu besar itu terbuka. Mata dan bola beningnya seketika mengobarkan api, membuat si pemuda itu sedikit terperanjat. Oliver terkekeh kecil.

Waktu berlalu dengan cepat, giliranku akhirnya tiba, aku berjalan mendekati dua patung goblin yang menyeramkan itu. Kurasakan jantungku berdegup kencang, napasku sedikit memburu. Aku berulang kali menghirup lalu menghembuskan napas perlahan.

"Semoga berhasil, Seira, aku akan senang bila kau kembali," bisik Alaina di belakangku. Kuabaikan dia.

Pintu kayu itu berderak terbuka,aku melangkahkan kakiku memasuki pintu kayu tersebut dan bergabung dengan gelapnya labirin.

***

Kira - kira aku sudah berjalan sejauh 30 meter sebelum benar - benar tersesat. Aku bahkan tidak tahu dimana posisiku berada saat ini ditambah dengan penerangan yang tidak mampu menembus kabut tebal yang menyemuti seluruh labirin, semua pandangan menjadi terbatas dan aku tersesat sendirian. Dan semua ini membuatku merasa tidak nyaman, benar - benar tidak nyaman.

Sebuah suara aneh menembus pendengaranku, mengema diseluruh labirin. Aku berkidik sambil menatap sekeliling dengan waswas, entah suara apa itu aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya tapi percayalah dalam situasi seperti ini, itu sangat menyeramkan.

Aku memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan tanpa tujuan dan arah yang pasti tetapi langkahku terhenti oleh suara 'grek' yang kian mendekat, karenanya aku menoleh pelan kebelakangku, mataku melebar ketika hanya beberapa langkah saja dinding labirin yang terbuat dari semak ini menghimpitku, aku berlari sekuat tenaga tanpa mempedulikan protes keras dari kakiku, aku berbelok dan melewati lika - liku labirin yang memusingkan.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang