Chapter 29

5.5K 481 72
                                    

Dimana ini? Aku mendapati diriku berdiri di sebuah taman bunga peony yang cukup luas. Aroma wangi yang terhembus bersama angin mengelitik hidungku.

"Aku tahu kau di sana, keluarlah." Suara itu membuatku membalikkan tubuh, seorang gadis kecil berumur sekitar 5 tahun duduk di atas kursi batu tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri.

Aku menyipitkan mataku, meneliti gadis itu dengan saksama. Bagaimana mungkin...aku melihat diriku sendiri? Bukan, lebih tepatnya melihat diriku yang masih kecil. Tempat apa ini? Mataku teralih saat sesosok anak laki-laki berambut abu-abu dengan wajah yang terbilang rupawan muncul begitu saja di jalan setapak, seakan ia muncul dari ketiadaan. Ku kerjapkan mataku beberapa kali sambil mengeleng tidak percaya, tak salah lagi bocah itu penyihir.

"Ah...kau mengetahuinya." Bocah laki-laki itu berkata dengan santai sambil tersenyum.

Selena kecil--menurutku panggilan itu cocok untuk situasi saat ini--menutup buku yang tadi di pegangnya lantas menoleh ke belakang. "Aku selalu tahu kalau kau datang."

"Dan aku selalu bisa menemukanmu, pai." Kulihat Selena kecil memutar bola matanya, terlihat kesal sedangkan bocah laki-laki itu tertawa.

"Kepala apel."

"Hei, jangan memanggilku begitu!"protes bocah itu.

"Kepala apel, kepala apel, kepala apel," ulang Selena kecil sengaja lalu tertawa, tampak menikmati ekspresi kesal yang terlukis di wajah bocah laki-laki itu.

"Hentikan tawa jelekmu, pai." Suaranya terdengar jengkel.

Selena kecil menghentikan tawanya, mengembungkan pipi sebelum akhirnya tawa itu kembali meledak. Raut wajah bocah itu tampak semakin kesal, tetapi sebuah senyuman jail segera mengantikannya. Dengan gerakan kecil tangan si bocah laki-laki, buku yang di pegang Selena kecil mengayun kearah dahinya, memberikan sentuhan manis dengan bunyi 'bukk' pelan.

"Ouch..."

Bocah laki-laki itu mengulum senyum sambil berkata, "oopss...tidak sengaja."

"Kepala apel..."geram Selena kecil sambil melirik tajam.

"Itu teknik dasar sihir," ucapnya tanpa dosa.

"Aku tahu," ucap Selena kecil dengan nada datar.

Bocah itu berjalan mendekati Selena kecil lantas duduk di sampingnya, sikapnya benar-benar seakan tidak terjadi apapun meski ia terus mengulum senyum. "Bagaimana kalau kita berlatih?"

Selena kecil mendengus. "Dasar kepala apel,"gerutunya.

Melihat itu tanpa sadar aku ikut tersenyum, ada sebuah perasaan yang tidak bisa kujelaskan saat melihat semua ini. Rasanya begitu familier, begitu menyenangkan, begitu...lama.

"Sudah berapa lilin yang berhasil kau nyalakan?"Bocah itu menunjuk dengan dagunya.

Keningku berkerut, lilin? Rasa penasaranku mendorongku untuk mendekat tetapi baru saja aku melangkah, sepuluh batang lilin melayang ke udara hanya dengan gerakan kecil tangan Selena. Aku membuka mulut lantas kembali menutupnya, aku bisa mengunakan sihir pada umur sekecil itu?

"Baru 20 lilin, kau?" Selena kecil kembali melayangkan sepuluh batang lilin lagi ke udara, menjentikkan jari, lalu kobaran api muncul bersamaan membakar sumbu-sumbu itu.

Aku bisa menyalakan semua lilin itu bersamaan dengan sihir? Aku membelalak lalu menunduk menatap kedua telapak tanganku.

"Aku baru 25 lilin,"ucap bocah laki-laki itu.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang