Chapter 2

12K 839 44
                                    


Seira POV

Seira.....
Seira....
Seira....

Aku menaiki sebuah tangga, mencari suara yang memanggil namaku. Ketika aku mencapai puncak tangga, aku melihat seorang wanita cantik berdiri mengenakan gaun yang sangat indah berwarna putih. Aku mendekatinya, dapat kulihat warna matanya sama denganku, ia tersenyum.

Mataku terbuka perlahan, aku menyisir ruangan yang gelap itu. Bisa kurasakan udara lembap dan dingin merayapi tubuhku yang terbaring di lantai yang keras dan dingin. Sebuah lentera kecil menerangi ruangan itu seadanya, membuatnya menjadi remang - remang. Kucoba untuk bangun, tapi kepalaku berdenyut sehingga aku meringis pelan.

"Kau sudah bangun?" Suara itu membuatku mengalihkan pandangan kesudut kananku, seseorang duduk disana, karena pencahayaannya kurang jadi aku tak bisa melihatnya dengan jelas.

Aku mencobanya kembali, kuhiraukan rasa pening itu lalu aku merubah posisiku hingga terduduk, kusandarkan kepalaku ke dinding.
"Kau tak sadarkan diri selama 3 hari setelah kau datang," jelasnya.
Aku mengerutkan keningku, kucoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Seperti ratusan pisau mengiris hatiku, aku tersenyum pahit mengingat kalau Clara tewas dan aku meninggalkan 2 sahabatku di desa itu.

Aku menelan ludah. "Dimana ini?" Suaraku serak.

Pemuda itu diam sejenak lalu menjawab, "penjara bawah tanah."

Aku berusaha mencerna kata - katanya, memang kami dikepung oleh orang - orang berjubah hitam yang wajahnya tertutup tudung mereka. Yang kuingat mereka membawa Selena... Astaga! dimana Selena?

"Apa kau melihat adikku?" tanyaku panik.
Pemuda itu terkekeh kecil dan menjawab, "adikmu... disudut ruangan ini, sepertinya dia berada disebelah kirimu belum sadarkan diri."

Aku menoleh kesisi kiriku, merangkak menghampiri sosok yang terbaring tak sadarkan diri itu. Kutepuk pelan pipinya dan kupanggil dia. Ia bergerak sedikit namun terdiam kembali.

"Selena...kau dengar aku?" Suaraku bergetar, namun aku berusaha menyembunyikannya.

"Emmm..." gumamnya rendah.

Syukurlah paling tidak ia bisa menyahutku. Aku membelai rambut brunettenya. Ia bergerak sedikit.
"Sebentar lagi makanan datang," Pemuda itu memberitahuku. "Namaku Cedric."

"Aku Seira dan adikku, Selena," ucapku."Bagaimana kau bisa sampai disini? Dan tempat apa ini?" lanjutku.

Cedric kembali terkekeh. "Pertanyaan yang panjang. Well, aku sedang berburu dihutan dan mereka menangkapku. Dan untuk pertanyaan terakhirmu aku pun tidak tau," jawabnya santai.

"Sei..ra," gumam Seira pelan. "Dimana kita?"
Aku membelai rambutnya sambil menjawab,"penjara bawah tanah."
Bisa kurasakan tubuh Selena menegang dan sesaat itu juga ia mencoba untuk bangun dari posisi tidurnya dengan perlahan. Setelah berhasil terduduk, ia menyisir sekeliling lalu menghela napas.

Suara langkah kaki terdengar, sebuah cahaya datang dari arah kiri kami. Dua penjaga berpakaian zirah mengantarkan makanan, ia meletakan dibalik jeruji besi tersebut lalu mendorongnya hingga masuk melewati celah dibawah. Prajurit itu pun berlalu.

"Sebaiknya kita makan," ajak Cedric yang sudah menuju nampan berisi makanan dan minuman. Kami menyantap makanan kami dalam diam, suara langkah kaki kembali terdengar kali ini bukan hanya satu atau dua, mungkin empat?

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang