Telulas - Pertunjukan

9.6K 1.1K 171
                                    

            Sepulang dari pemakaman kemarin, keduanya masih parno. Bahkan Ucil nggak berani ke kamar mandi sendirian. Emaknya sampai dibuat kesal karenanya. Ucil nggak segan-segan tengah malam telepon emaknya yang sedang tidur di kamar sebelah. Ucil minta antar ke kamar mandi. Oh? Awalnya Ucil punya niatan nginap di kamar Pambudi, namun Pambudi sudah booking Prahardi untuk tidur bersama lebih dulu. Ketika Ucil bilang lebih suka tidur bertiga, lagi-lagi.. kali ini Prahardi yang membuatnya parno. Prahardi mengatakan kalau tidur bertiga, yang di tengah bisa mati. Itu yang dia katakan. Meski itu mitos dan nggak jelas kebenarannya, tapi karena efek tadi siang itu.. keduanya nggak mau ngambil resiko. Gimana kalau Ferdi benar-benar ingin menjemput salah satu dari mereka? Ucil nggak mau! Pambudi juga nggak rela! Pambudi masih belum merasakan pacaran!

"Kamu udah tersadar kembali, Cil?" Mbak Yus bertanya iseng. Sudah beberapa hari ini Ucil nggak datang ke sanggar. Ucil tersenyum. "Mungkin kamu masih terpukul sama kepergian Ferdi. Mbak tahu kalau kamu deket banget sama dia..."

Lagi-lagi Ucil hanya diam.

"Aku mau latihan dulu, mbak..." Ucil melangkah ke arah balai. Iseng, diperhatikannya foto-foto yang tertempel di mading sanggar. Ada banyak keseruan dan kenangan di dalamnya. Termasuk saat Ucil jadi kijang untuk singa Ferdi.

Ferdi memang sudah pergi, tapi jiwanya akan selalu ada dalam hati Ucil. Ngomong-ngomong soal itu, Ucil jadi kepikiran sebuah ide. Ucil ingin menciptakan sesuatu! Karena Ucil nggak bakat menceritakan dengan kata-kata – ingat kan soal diary koplak itu?, maka dia ingin mengekspresikan ucapannya dengan tari. Dengan gerak tubuh. Ucil ingin menciptakan sebuah tarian yang melambangkan bagaimana kisah cintanya. Lalu sebuah ungkapan terimakasih dan juga ucapan selamat tinggal untuk Ferdi.

Namun, Pambudi nggak akan pernah bisa ngerti soal itu. Pambudi nggak tahu tari-tarian begitu. Yang Pambudi tahu adalah benda bundar yang bisa menggelinding dan masuk gawang.

"Aku kayaknya bakalan sibuk, deh Pam!" Ucil berbisik pelan saat mereka dalam perjalanan ke sekolah. Pambudi hanya berdehem.

"Masih sibuk meratapi nasib?"

Ucil menggeleng kencang.

"Bukan itu! Aku berencana buat benar-benar lepasin Ferdi..."

"Hah? Kamu bisa? Jangan-jangan kamu nemu gebetan baru lagi, Cil?" Pambudi melotot kaget, sampai motornya oleng. Ucil spontan memeluk pinggangnya.

"Hati-hati kalo bawa motor!"

"Nggak apa, dibanding cowok cadel yang gak paham gas dan rem!"

"Upil, nih!"

"Jadi, gimana cara kamu buat move on?" Pambudi menatap wajah Ucil, fokus pada pembahasan topik awal mereka. Ucil terkekeh.

"Aku pengen bikin tarian soal itu. Judulnya farewell..."

"Modern dance?" Pambudi menduga. Soalnya judul yang Ucil berikan gitu sih! Judulnya sok inggris banget gitu!

"Bukan, sih... tapi tari tradisional. Aku nggak nemu judul tariku..."

"Gimana kalau 'Selamat Tinggal Kekasih Pujaan Hatiku yang Telah Pergi dan Tak Akan Kembali'? Bagus, kan? Cocok?" Nggak tahu sejak kapan, Pambudi juga ikut memusingkan hal sepele namun rumit seperti ini. Ucil shock. Dia nggak mau judul tarian sepanjang itu! Meskipun judul yang Pambudi berikan cocok juga sih untuk tariannya.

"Terlalu panjang dan alay!" Ucil menggeleng.

"Ho... lihat siapa yang ngomong!"

"Tapi nggak sepanjang itu kali, Pam!"

"Oke, gimana kalau..."

"Nggak!" Ucil sudah menolak sebelum Pambudi memberikan ide kerennya. Ucil menggeleng cepat. Dia nggak rela kalau harus mendengarkan ide Pambudi yang taraf jahilnya nggak ketulungan itu.

Nih, Upil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang