Telu - Pagelaran

11.1K 1.4K 207
                                    

Pambudi menguap panjang. Ucil masih duduk ayem di depan kaca. Hari ini Pambudi harus mengantarkan tuan muda Raden Ucil Hardianingrat. Itu nama lengkap asli si Ucil, lho! Dia nggak mau dipanggil Raden karena dia malu. Hardianingrat itu nama bapaknya. Jadi yang paling aman ya Ucil. Hari ini Pambudi mengantarkan Ucil potong rambut. Selama ini rambut Ucil sudah hampir sepanjang bahunya. Guru di sekolah nggak berani menegur karena sudah tahu profesi si Ucil. Beliau memperlakukan Ucil dengan spesial, asalkan Ucil juga bisa membanggakan sekolah. Menurut isu, Ucil juga masih keturunan darah biru. Ada ningrat-ningratnya gitu. Bangsawan Jawa.

"Dibikin ganteng aja, mbak..." Ucil request macem-macem. Mbaknya hanya tertawa. Ucil sibuk menunjuk model-model rambut yang tertempel gagah di atas cermin. Pambudi pura-pura nggak tahu. Dia sibuk dengan HPnya. Latihan futsal hari ini dibatalkan, jadi dia sibuk mengirim SMS pada teman-temannya. Pambudi kan kapten tim.

"Pam.. Pam...! Aku ganteng pake model yang mana?" Ucil nanya ke arahnya dengan nada antusias dan wajah menggebu. Pambudi menoleh ke arahnya dan mikir panjang. Ucil sudah manis begini. Yang paling cocok untuk anak itu...

"Gundul aja, mbak!" Pambudi menjawab semangat. Ucil sudah siap menjerit nista.

"Temen macam apa kamu? Nggak, nggak! Kamu pasti iri dengan ketampananku, makanya aku mau dibikin jelek!"

"Aku nggak bilang kalo kamu cakep, lho!"

"Mbak, aku mau potong apa aja! Asal nggak gundul!"

"Kalo gitu jangan gundul, mbak! Sisain separuh di depan."

"Paaaammmm...!!" Ucil jadi marah dari sebelumnya. Pambudi nggak tahan untuk nggak ngakak. Mbak di sana juga ikut tertawa. Dua pelanggannya kali ini cowok yang agak cerewet. Tadi mbak itu anggap mereka berdua kakak adik. Soalnya akrab gitu, juga seperti saling menyayangi satu sama lain. Ternyata bukan kakak adik, ya!

"Sudah, ya mas...! Duduk yang tenang..." Mbak itu akhirnya menengahi. Ucil menatap horor kaca depannya.

"Mbak beneran mau gundulin saya??"

Untuk ke sekian kalinya, Pambudi dan mbak salon itu ngakak nista.

***

Ucil sudah manis dengan tampilan rambut barunya. Potongan rambutnya biasa saja, tapi karena itu Ucil jadi tampak lebih sesuanu. Bukan karena Ucil punya tampang cimit-cimit mirip anak SD, bukan! Ucil sudah punya kumis tipis di atas bibirnya kok! Tapi karena potongan rambutnya itu terlihat lucu dengan kombinasi gigi gingsulnya, jadi mau nggak mau Pambudi mengacungkan kedua jempolnya. Terpaksa.

"Jadi mau langsung ke sanggar?" Pambudi setengah bertanya. Nggak minat. Rencananya, setelah mengantarkan sahabat kecilnya ini dia harus segera pulang. Dia kurang tidur semalam. Ucil nginep lagi di kamarnya.

"Iya...! Pam nggak latihan futsal, ya?"

"Nggak, lagi libur!," sahutnya cepat. Ucil mengangguk semangat.

"Pam ikut lihat latihanku aja!"

Pambudi meliriknya dengan wajah horor. Dia nggak tahu harus setuju atau nggak dengan usulan Ucil. Dia ingin lihat latihan sahabatnya karena memang lagi nggak ada kesibukan. Tapi dia juga ingin pulang. Ingin bokep. Bobok cakep. Sayangnya ketika melihat wajah berharap dan berbinar sahabat kecilnya itu, Pambudi luluh juga. Dia terpaksa ngikut dan nonton latihan Ucil di sanggar. Sekalian mau lihat tingkah bodoh Ucil di dekat gebetannya itu.

Pambudi memarkir motornya lalu berjalan beriringan bersama Ucil ketika sampai di sanggar. Orang-orang di sana sudah banyak yang latihan. Ucil melepas sandalnya, lalu melangkah ke arah balai sanggar. Mbak Yus sedang memberikan pengarahan untuk para binatang. Maksudnya orang-orang yang berperan jadi binantang di sendratari ini. Termasuk Ferdi juga di sana.

Nih, Upil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang