Wolu - Berantem

8.8K 1.1K 129
                                    

            Sekarang Ucil punya agenda sendiri. Sejak kejadian Pambudi menceritakan tentang status Ucil di hatinya, Ferdi dan Ucil jadi dekat. Dekat yang super dekat. Ucil selalu BBMan, teleponan, lalu juga sesekali Pambudi dibuat bersyukur. Ucil nggak nebeng dia. Akhirnya setelah sekian lama Pambudi mupeng ingin maen dulu sepulang sekolah, kini kesampaian juga mimpi itu. Biasanya Pambudi nggak bisa maen gara-gara Ucil selalu mengeluh untuk pulang lebih cepat.

Sekarang?

Pambudi bebas mau maen kemana sepulang sekolah. Nggak usah ngantarin barang belanjaan dulu. Eh? Maksudnya nggak usah mengantar Ucil dulu. Ucil jadi sibuk bersama Ferdi. Sepertinya pedekate mereka berdua berjalan lancar banget!

"Kamu sekarang udah nggak ngasuh anak bayi lagi?" Uul menunjuk Pambudi. Entah sejak kapan cewek buluk ini sudah duduk di depan Pambudi sambil makan bakso. Pambudi menyuapkan bakso ke mulutnya.

"Dia udah gede. Anakku udah bahagia bersama dengan suaminya. Aku sebagai bapak harus melepasnya..." Pambudi mengangguk paham. Uul mingkem dan ikut menyuapkan bakso di depannya dengan penuh takzim.

"Dia jadi sibuk banget. Pas pelajaran, dia sibuk lihat HP mulu. Nanya jam istirahat berapa lama lagi..." Uul menggaruk ujung hidung peseknya. Pambudi mendongak.

"Wah...! Keren! Cinta mengubah segalanya!" Pambudi menjawab ironis.

"Dia jadi sibuk sama gebetannya..."

"Semoga aja mereka baik-baik aja! Ucil itu alay, jadi kalau ada apa-apa selalu aja hebring nggak karuan..."

"Tau, dia kan temen sebangkuku! Ribet amat hidup si cadel itu..."

"Kita berdua udah dilupain oleh si cadel..." Pambudi mengangguk pelan. Sok melankolis, meskipun dalam hatinya dia bersyukur.

"Dia emang homo nggak tahu diri!" Uul mengangguk membenarkan, meskipun dalam hati dia merasa bete juga.

"Lalu? Temen-temen sekelas dia bilang apa soal mereka berdua? Pada curiga, nggak?"

"Yang tahu si cadel itu homo cuma kita berdua, ya?"

"Kayaknya sih iya..."

"Anak-anak sekelas kagak peduli, sih! Mereka cuma godain si cadel, katanya si cadel punya bapak baru..."

Pambudi tersedak. Dia terbatuk-batuk setelah itu. Pambudi ngakak, lalu menepuk kedua pipinya kencang. Nggak nyangka kalau reaksi teman-teman sekelas Ucil akan jadi koplak begitu. Lagipula, Ucil juga bisa beralasan kalau Ferdi juga anak sanggar. Mereka dekat karena sama-sama tertarik dengan seni tari.

"Mereka kayaknya bakalan jadian, deh!" Uul menggumam. Uul adalah sepupu Pambudi. Jadi mereka sudah biasa dekat dan mendiskusikan tingkah alay Ucil bersama. Kalau Prahardi dan Ucil ikut, mereka berempat akan jadi kombinasi kehancuran dunia. Pambudi yang iseng dan jahil, Ucil yang alay dan pecicilan, Uul yang pedes dan tengil, juga.. Prahardi yang cuek dan nakal. Mereka berempat ditakdirkan untuk saling membully. Ah, nggak.. mereka bertiga ditakdirkan untuk menjahili si cadel.

"Yakin amat?" Pambudi masih cuek dan menyuapkan baksonya lagi.

"Lihat aja, kalau sampe jadian nggak kabar-kabari... dia bakalan aku telanjangi!"

"Kayak yang berani aja!"

"Berani, lah!"

"Cewek itu nakutin!"

Nih, Upil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang