kututup buku Geografi dengan penuh pasrah. Sebagian kelas ini sudah keluar menuju kantin, adapula beberapa murid—ralat, maksudku gadis-gadis yang sedang membenarkan penampilan mereka, seakan sudah menjadi kegiatan wajib. Aku hanya mendecih—sama sekali tidak tertarik ikut dengan komunitas mereka. Waktu seperti inilah yang sangat mengusikku, sebab hampir disemua tempat disekolah ini ramai, termasuk lorong lorong kelas yang seakan menjadi taman bermain mereka.
Ku percepat langkah kakiku menuju tempat yang sudah menjadi favorit selama ini. Pohon-pohon terus berhembus mengikuti gerakan angin menciptakan suara gemersik bagai alunan melodi yang menenangkan. Sepi seperti biasanya, dan tidak ada yang berubah di sini. Pohon Mahoni besar yang sudah kukunjungi lebih dari setahun lalu, tempat biasa aku memakan bekal siangku. Hanya disini tempat yang paling tenang.
Perkenalkan namanku Ryoko yang berarti cerah, sangat bertolak belakang dengan sifatku karena sampai saat ini aku belum mempunyai teman satupun—teman akrab lebih tepatnya. Orang-orang selalu melihatku hanya dari satu sisi, karena itulah Kata-kata flat selalu hinggap hidupku. Tapi aku tak mempermasalahkan semua itu, aku sangat berterimakasih kepada tuhan yang telah menciptakan mahluk menggemasakan yang paling-tidak ada yang kusuka dari dunia ini.
Di depanku seekor kucing hitam yang tengah duduk tegak menatapku tajam. Matanya mengingatkanku akan birunya dasar laut okinawa. Bulunya meremang siaga, aku membayangkan bulunya sekeras ranting cemara bila di sentuh oleh kulit tanganku. Kuulurkan tanganku mencoba mengelus kepalanya namun ia malah menghindar, seharusnya kucing liar senang diusap kepala atau lehernya dan ternyata dimemperhatikan makananku, kupotong telur gorengku dan aku letakan dirumput, tadinya dia kelihatan ingin tetapi sekarang enggan.
Kalau diperhatikan tubuhnya penuh dengan luka yang sepertinya dia dapat dari perkelahian kucing lain, dan biasanya kucing akan menjilati tubuhnya yang luka untuk menyembuhkannya namun dia tidak, dia hanya diam dan terus melakukan kontak mata dengaku..
KRINGGG
bel sudah berbunyi, segera kusudahi teori-teori kucingku.
"tunggu disini,aku akan kembali" kataku sambil beranjak dari tempatku untuk kekelas, sesekali aku menoleh dan kucing hitam tersebut masih diam dan memperhatikanku pergi.
"Ryoko!!"
aku tersentak tiba tiba ada yang memanggil namaku
"I-iya bu"
seluruh murid dikelasku menatapku tidak senang, kenapa?
"Kumohon jangan melamun dikelasku" lanjut bu rin, aku paham.
"Maaf bu, saya tidak akan mengulanginya lagi"jawabku ragu.
KRINGGG
Akhirnya—aku bisa terbebas dari tatapan teman-teman sekelasku, mereka membenci jika ada yang mengusik jam pelajaran kau-tahu kelas unggulan, kelas dimana semuanya berlomba lomba menjadi nomor satu dikelas, kelas yang berisi anak anak dengan nilai terbaik dan tentu saja banyak dari mereka yang dibarengi sifat egois, nilai adalah segala-galanya disini.
'Jadilah pintar dan kau akan dihargai disini' kira kira seperti itu deskripsinya, hanya aku yang sepertinya beruntung bisa masuk kelas ini.
'Ah! bagaimana dengan kucing hitam tadi?' pikirku lalu segera bergegas menuju belakang sekolah dan benar saja kucing tadi masih disana menungguku.
Aku berjongkok didepannya "Maaf membuatmu menunggu lama" kugendong dia tapi terus saja meronta ingin turun, bahkan cakarnya hampir saja mengenai wajahku.
"Baiklah! kau jalan sendiri,tapi ikuti aku" bodoh memang berbicara kepada kucing, tapi ini sudah menjadi kebiasaan lama yang memang sulit dihilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cat Story
RomanceBerawal dari Ryoko yang membawa kucing hitam kerumahnya,disertai kelakuan aneh si kucing.