SIX(Berusaha)

100 13 11
                                    

Halooo...saya balik lagi dengan cerita yang masih gajhe :v maaf kalo cemistry nya belum dapet T.T(katanya doang Romance)//plakk

BRAKK

Kami semua mencari arah datangnya suara yang ternyata dari jendela yang sepertinya tertiup angin. Tiba tiba wajah nenek Carolie menjadi amat ketakutan dengan keringat yang membahasahi dahi, di tutupnya semua daun jendela dan pintu dengan cekatan—atau lebih tepatnya terburu buru.

"Ayo ikut aku"katanya pelan—lebih mirip bisikan namun masih bisa didengar oleh kami.

Aku melihat wajah kai untuk meminta persetujuan dan dia memberiku kode dengan matanya.

Sambil masih mengekori kai dengan memegang belakang bajunya aku memperhatikan setiap sudut ruangan walaupun remang remang. kalau kau pernah memasuki rumah hantu mungkin pondok ini sebelas duabelas karena  debu dimana dimana, sarang laba laba ditiap pojok ruangan, benda benda seperti boneka yang menyeramkan,toples toples berbagai warna yang entah isinya apa tertata didalam etalase yang berdebu semakin menjelaskan siapa pemilik pondok ini.

Kreeet

Kai sudah berhenti dan si nenek sudah bersimbah di lantai sedang berusaha membuka sesuatu yang sepertinya pintu ruang bawah tanah. Dilihatnya kesulitan, kai membantu nenek carolie dan akhirnya memperlihatkan anak tangga untuk turun kebawah.

Oh sekarang aku tahu satu satunya tempat paling nyaman disudut pondok ini, tungku api masih menyala menghangatkan setiap ruang dibawah tanah—bukan tanah, tapi awan. dengan sofa didepannya yang ber-alaskan karpet berbulu nan halus.

Nenek carolie pergi kesisi kanan tungku dimana terdapat meja cukup besar untuk menaruh keperluan hidup—lebih tepatnya makanan.

"kalian duduklah, aku akan menyiapkan teh"katanya dengan suara lebih tenang

Aku duduk tepat disebelah kai dan didepanku tungku api berharap bajuku yang agak basah dapat kering.

Nenek carolie menghampiri kami dengan dua cangkir teh dan memberikannya kepadaku dan kai, dia duduk bersandar disofanya dan tepat didepan kami, nenek itu menghela nafas cukup panjang seakan mengeluarkan bebannya. dan agaknya kai sangat menunggu nenek carolie untuk bicara dilihat dari sorot matanya yang sangat serius .

"Dengar, aku bingung memulainya darimana—" terdengar nada frustasi nenek carolie

"ceritalah.."tegas kai

"kau ingat adik ayahmu yang bernama Henry Herles?" nadanya mulai serius

"ah! aku sudah lama tak bertemu dengan pamanku" kata kai mencuba mengingat sesuatu

"ya, dia diasingkan beberapa tahun yang lalu akibat dari perbuatan kotornya—kau tahu sejak dahulu dia ingin menguasai kerajaan ini, tapi rakyat terlalu mencintai ayahmu"

"permasalahannya?"tanya kai penasaran

"itu dia, pamanmu sudah bebas dari masa pengasingannya, dan sekarang dia ingin membalaskan dendamnya kepada ayahmu dan menguasai kerajaan ini—"helaannya sejenak

"dia beserta orang orangnya menyandera sebuah desa kecil diperbatasan—dia tahu kelemahan ayahmu, ayahmu selalu ikut turun tangan mengenai masalah rakyatnya dan inilah yang terjadi, orang tuamu menjadi alat pertukaran demi bebasnya rakyat didesa itu..."lanjutnya dan kini raut wajah nenek carolie menjadi sangat sedih.

"setelah orangtuamu dibawa kerajaan menjadi kacau, tidak ada lagi perintah perintah penjagaan sehingga dengan mudahnya orang orang pamanmu menguasai istana dan disanalah aku merasa harus melindungimu dari pamanmu dan pengaruhnya..dan yang terpikir olehku hanya—menyihirmu menjadi kucing dan diasingkan kebumi agar aroma tubuhmu tak dapat ditemukan penyihir jahat pamanmu—"katanya sedih

Aku tak bisa membaca raut wajahnya kai sekarang, dan aku tak berniat mengatakan sesuatu kepada kai karena memang aku sama sekali tak mengerti permasalahnnya.

Author Pov

Setelah Diskusi—perdebatan yang cukup panjang lebih tepatnya akhirnya nenek carolie memberitahu dimana markas paman Henry dengan syarat dia ikut pergi walaupun kai berkali kali menolaknya melihat banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk membawanya selain faktor usia.

"sudah siap?"tanya kai memastikan.

Kai membawa barang milik nenek carolie sedangkan Ryoko membantu nenek carolie menaiki sampan dengan perlahan.

Kai mulai mengayuh dayung perlahan lahan dengan sedikit was was sedang Ryoko dengan naluriah memegangi tubuh nenek carolie dan melindunginya seakan mendapat firasat aneh kini Ryoko terlihat lebih was was melindungi nenek carolie dengan tubuhnya.

"Ada apa?"tanya kai melihat tingkah Ryoko

"entahlah, mungkin terdengar gila—aku merasa sedang dibuntuti"katanya parau

"tidak—itu tidak gila, mengingat siapa musuh kita"kata kai tajam

"kalau begitu ...kita harus ekstra hati hati"kata Ryoko pelan

Sampan berguncang pelan menandakan sudah sampai didaratan, Ryoko mengendurkan pelukannya ditubuh nenek carolie dan kai turun terlebih dahulu lalu membawa barang milik nenek carolie turun dan tangannya ter-ulur memegang tangan nenek carolien sedang dibelakang dibantu Ryoko membopoh tubuh rentanya, dirasa sudah aman kini giliran kai membantu Ryoko turun karena sendiri sampan lebih mudah bergerak akibat kurangnya keseimbangan

"Nenek!!"teriak Ryoko histeris

Kai berbalik badan melihat arah pandang Ryoko dan ternyata tak jauh histerisnya dari Ryoko melihat tubuh nenek Carolie bersimbah darah dengan anak panah dikepalanya. sangat halus—terlalu halus untuk membunuh seseorang, bahkan tanpa suara atau apapun.

Ryoko menangis, menyesali dirinya yang kurang mengawasi nenek carolie—bahkan ketika firasat itu datang, sedang kai...dia hanya mematung terpaku ditempatnya tidak percaya apa yang baru saja terjadi—sangat dekat, kai hanya berdiri tak lebih dari dua meter dari nenek carolie beberapa detik yang lalu.

"sihir macam apa yang mereka gunakan"erang kai.

Perjalanan tetap dilanjutkan walaupun tanpa nenek carolie, berbekalkan petunjuk petunjuk yang diberikan nenek carolie untuk mencapai tempat itu.

Kali kelima kai menghela nafasnya membuat Ryoko tak nyaman disampingnya, mengingat hal yang baru saja terjadi membuat perjalan ini cukup canggung, bahkan Ryokopun tak berniat berbicara ataupun menghibur kai karena diapun terlalu sedih—dan pada dasarnya Ryoko adalah orang yang pendiam—kecuali ada yang memulai dan itu selalu kai. Tapi kini kai pun diam entah apa yang dipikirkannya.

Dentuman cukup keras membuat kedua orang itu terhenti, kai menatap Ryoko bingung, dan Ryoko mengalihkan pandangannya kekaki kai. Oh tidak, sudah kali berapa kai tersandung? Pikir Ryoko—sedang kai sendiri tak menyadari apa yang telah dia lakukan.

Dengan perlahan jari jemari Ryoko menelusup diantara celah celah jari kai yang besar dan meremasnya cukup erat, kai menatap Ryoko dengan tatapan bertanya dan hanya dijawab senyum tipis Ryoko dengan Genggaman tangan yang lebih erat.

'mungkin ini akan membantu'pikir Ryoko

Mereka melanjutkan perjalanan canggung itu sambil bergenggaman tangan berusaha menguatkan diri satu sama lain.

terimakasih yang udah nyempetin baca cerita ini dan ngikutin dari awal hiks :'v saya terharu ada yang baca apalagi vote :'v saya akan berusaha lebih baik lagi :'v '3')/

Marhaban ya Ramadhan~Selamat Menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan~ >.<

My Cat StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang