"Wuuuattt?!" Teriakan gadis di sebelah Chelsea menggema di dalam mobil yang ditumpanginya."Kurang keras, Sha," sindir Chelsea lalu memutar bola matanya kesal.
Marsha. Sahabat Chelsea dari bangku sekolah dasar itu hanya cengengesan mendengar perkataan Chelsea barusan.
Ia hanya syok saat Chelsea menceritakan bagaimana sosok partner olimpiadenya. Marsha heran, bagaimana bisa sahabatnya itu tidak mengenal Bagas sebelumnya? Padahal, lelaki itu termasuk most wanted guy di sekolah mereka. Ya walaupun eksistensinya masih kalah dari sang kapten basket, Difaryansyah.
Mobil yang dikemudikan Marsha terhenti saat lampu merah menyala. Pandangan mereka menjelajah satu persatu pengendara disamping kanan kiri mereka.
"Chels!" teriak Marsha lagi, saat matanya tak sengaja menangkap sosok yang baru saja menjadi bahan pembicaraan mereka.
Dengan malas, Chelsea menoleh kearah Marsha, "Apa?" tanyanya kemudian.
"Itu si Bagas. Tapi kok keliatannya bareng cewek gitu, ya?" ujar Marsha sambil menunjuk kearah mobil sport di samping kanan mobil mereka.
"Ya terus?" kata Chelsea sok peduli.
"Sebelumnya, gue nggak pernah denger kalo Bagas deket sama cewek selama ini. Ya kecuali elo. "
"Gue nggak deket sama dia," sanggah Chelsea dan Marsha tak menghiraukannya karena lampu merah sudah berganti hijau.
•••
Hari ini, semua siswa disibukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler masing-masing. Sudah menjadi peraturan sekolah bahwa setiap hari Sabtu dijadwalkan untuk full ekstrakurikuler.
Bagas berjalan menuju ruang OSIS untuk menghadiri rapat rutin yang diadakan setiap minggunya. Ia sendiri menjabat sebagai wakil ketua OSIS yang telah melewati seleksi super ketat dari angkatan sebelumnya.
Suasana ruangan masih lengah. Terbukti dengan hanya ada beberapa orang di dalamnya. Bagas kemudian mengambil duduk di kursi yang biasa ia tempati. Tangannya mulai membuka map yang sedari tadi di bawanya dan mulai mengecek satu persatu kelengkapan yang dibutuhkan saat rapat nanti.
"Tumben udah dateng, Gas?" suara Arya --Ketua OSIS sekaligus sahabatnya-- membuat Bagas mendongak dan menampilkan senyum singkat.
"Oh iya, Ar. Gue pinjem soal-soal OSN tahun lalu, boleh?" tanya Bagas. Tahun lalu, Arya juga merupakan perwakilan dari sekolah untuk Olimpiade itu. Jadi tak salah ia meminta soal - soal tahun kemarin untuk dipelajarinya.
"Bolehlah. Besok gue bawain. Emangnya partner lo siapa?" ganti Arya yang kini bertanya.
"Chelsea. "
"Chelsea jadi perwakilan lagi?" Bagas hanya mengangguk.
Berbicara mengenai gadis itu, ia sendiri tak tahu mengapa jika di dekatnya perasaannya tak karuan. Melihat wajah dinginnya saat mendelik sebal adalah hal yang sangat Bagas sukai. Terlebih jika mata hitam legam itu menatap dirinya dengan sinis. Ada sebagian dari dirinya merasakan sesuatu hal yang tak biasa. Seperti gejolak aneh yang kian hinggap dalam benaknya.
Entahlah, semua masih terasa abu-abu untuknya.
•••
Hiruk pikuk para siswa di kantin membuat Chelsea mengusap telinganya panas. Menurutnya semua orang disini sangatlah cerewet. Terlebih dengan geng Reinka. Mulut mereka seperti mercon yang meletup-letup saat pergantian tahun. Berisik banget!
Chelsea menyedot jus alpukatnya dengan lesu. Sesekali menyuapkan salad kedalam mulutnya. Marsha yang kini asik dengan kekasihnya, Rafli, hanya mengacuhkannya. Seolah dunia ini milik mereka berdua. Ew--
"Kalau makan itu bagi-bagi," kata seseorang tiba-tiba sambil menggeser piring berisi salad milik Chelsea ke hadapannya.
That's man again. Batin Chelsea malas.
"Bagas?" itu suara keterkejutan Marsha. Oke, sekedar informasi, dia memang gadis yang lebay.
"Hai," sapa Bagas kepada pasangan di depannya.
Chelsea tak ambil pusing dengan itu. Ia langsung menyeruput habis jus alpukatnya dan berniat pergi dari sana. Ia sedang tak mau berdebat dengan laki-laki disampingnya itu.
"Loh? Mau kemana?" tanya Bagas sembari mencekal pergelangan tangan mungil itu. Membuat Chelsea yang sudah berdiri kini terduduk kembali.
"Kemana-mana," jawab Chelsea asal setelah sempat menyentak tangan Bagas. Lagi dan lagi.
"Ke hati gue aja gimana?"
Chelsea mendelik. "Alay lo!"
Yang dikatai alay pun hanya terbahak disusul tawa lain dari Marsha dan Rafli yang mungkin sudah melihatnya semenjak tadi.
"Cie Chelsea speechless," goda Marsha yang membuat Chelsea meliriknya tajam.
"Cie Chelsea baper," ini lagi. Pasangan itu harus diberi pelajaran nantinya. Awas saja.
"Cie Chelsea. "
Dan oh Ya Tuhan. Laki-laki disampingnya kini juga ikut-ikutan. Chelsea menggerutu pelan dan membuang jauh pandangannya dari ketiga makhluk disekitarnya.
•••
P.s.
Maaf pendek:"3
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side
FanfictionKatakanlah dia kaku, atau bahkan beku. Binar mata yang dulu terang benderang, kini redup seiring waktu berjalan. Senyum yang dulu pernah merekah, kini tak pernah lagi singgah. Hanya karena masa lalu, dia jadi begitu. Seolah takdir tak pernah berh...