Side : 12

1.1K 60 16
                                    


Danar celingukan mencari seseorang yang ditemuinya kemarin. Jam istirahat sudah berdering lima menit yang lalu. Suasana kelas sebelas IIS 1 kini tampak lengang, hanya terdapat beberapa murid di dalamnya.

Kedua tangannya menggaruk rambutnya yang tak gatal. Ia bingung harus mencari orang itu lantaran tak tahu namanya. Dan Ia hampir menjerit kesal sebelum seseorang keluar dari kelas tersebut dan menarik penuh perhatiannya.

"Chelsea."

Gadis yang merasa di panggil itu pun menoleh seketika. Wajah yang semula berbinar kini berubah menjadi pias. Hingga, kesadaran seolah menyentaknya, membangunkan gadis itu dari keterkejutan. Buru-buru, Chelsea melarikan diri dari Danar.

Ia belum siap bertemu dengan laki-laki itu.

Danar yang melihat gelagat aneh dari Chelsea, kontan saja langsung mencekal lengan mungil milik gadis itu. Hingga penolakanlah yang ia dapatkan. Disentaknya tangan kekar Danar yang berhasil memicu amarahnya. Dan Chelsea memilih diam untuk selanjutnya, membiarkan apa yang akan laki-laki di hadapannya itu lakukan.

"Chels. Dengerin gue," kata Danar pelan, sarat akan keseriusan. Seolah melupakan niat awalnya untuk mencari seseorang tadi. Berfokus pada apa yang akan dijelaskannya kepada gadis masa lalunya itu.

Untuk sesaat, Chelsea membiarkan Danar melanjutkan perkataannya. Sedari tadi, kedua matanya seolah tak bisa tenang, menelisik semua yang ada pada sekitarnya, berusaha sebisa mungkin untuk tidak membalas tatapan tajam sekaligus lembut dari kedua mata hazel di depannya.

"Gue--"

Teett!! Teettt!! Teettt!!

"Shit," umpat Danar yang mendengar bel tanda masuk berbunyi. Sedangkan Chelsea, ia bisa bernapas lega sembari mengelus dada karena itu. Dewi Fortuna seolah berpihak padanya kali ini.

"Udah bel. Gue mau masuk," seloroh Chelsea yang lagi-lagi ditahan oleh Danar.

"Gue belum selesai."

"Lo budeg?! Lo nggak denger apa bel udah bunyi?!"

"Lima menit aja."

"Nggak bisa."

"Tapi, Chels. Gue bener-bener mau jelasin semua ke elo. Biar lo nggak salah paham dan ngehindarin gue terus."

"Lo yang salah. Masih nggak mau ngaku?" tuding Chelsea seraya melipat kedua tangannya dan menampilkan senyum miring yang jarang diperlihatkannya.

"Fine. Gue emang salah. Dan gue tahu, cowok selalu salah di mata cewek, bukan? Dan cewek sendiri selalu bener. Hah, pernyataan konyol macam apa itu?" balas Danar sarkas.

"Terus mau lo apa?!" kata Chelsea tak mau kalah. Bola matanya berotasi sesuai arah jarum jam.

"Mau gue? Mau gue cuma mau lo dengerin penjelasan gue!"

"Nggak ada yang perlu di jelasin lagi. Gue udah tahu semuanya. Jadi, sekalipun lo ngejelasin, nggak bakal bisa mengubah apapun presepsi gue ke elo. Ngerti?!"

"Lo itu terlalu egois, Chels," sentak Danar yang seolah berhasil mencubit hati serta perasaan gadis di depannya itu.

"Gue realistis, lo yang egois," Chelsea menyadari bahwa suaranya melemah dan bergetar di akhir kalimat. Hatinya benar-benar tercubit setelah mendengar ucapan Danar tadi.

Egois? Bagian mana dari dirinya yang egois?

Gadis itu bersiap masuk ke dalam kelas bersamaan kehadiran seseorang yang menginterupsi langkah kakinya.

Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang