Datang, kembali, membawa sebuah penyesalan yang sulit untuk dimaafkan.•••
Chelsea mengeluarkan uang selembar lima puluhan yang kemudian diberikannya pada seorang kasir yang bekerja di tempat mini market dimana ia berbelanja sekarang.
Ia menenteng dua plastik besar di kedua tangannya. Dan semuanya berisi makanan ringan dan beberapa kotak susu untuk persediaannya seminggu mendatang.
Setelah selesai dengan transaksi yang ia lakukan, langkah kaki Chelsea membawa serta dirinya kembali ke rumah. Berjalan menyusuri perumahan-perumahan di sekitar mini market dengan ditemani segelintir binatang-binatang malam yang tak bisa ditangkap matanya.
Mengingat jarak rumahnya dari mini marketpun tidak terlalu jauh--hanya sekitar satu kilometer. Ia memilih untuk berjalan kaki.
Sabtu malam ini, trotoar jalanan cukup ramai disambangi anak-anak muda, sekadar untuk bermain atau berkumpul bersama komunitasnya. Atau bahkan ada juga yang asik menikmati waktunya bersama sang kekasih. Chelsea yang melihat itu hanya mencelos, dan buru-buru melangkah lebih cepat agar cepat sampai di rumah. Ia sedikit malas melihat segelintir orang yang berkumpul itu, baginya, sabtu malam adalah waktu dimana ia bisa menonton film hingga larut pagi atau bisa juga ia gunakan untuk membaca tumpukan novel ataupun komik di rak bukunya. Itupun jika ia tidak memiliki pekerjaan rumah.
Langkah kakinya mulai memasuki pelataran rumah minimalis bercatkan putih gading di hadapannya. Rumah yang sudah dihuni lebih dari delapan belas tahun itu terlihat masih asri dan tertata. Halaman depannya pun cukup luas.
"Chels," suara berat seseorang menginterupsi langkah kaki Chelsea. Dan seketika, gadis itu menoleh dan mendapati sosok laki-laki yang selama ini dihindarinya. Danar.
"Lo?! Ngapain lo disini?" balas Chelsea yang terdengar agak tercekat. Kedua tangannya menggenggam kuat-kuat kantong plastik yang sedari tadi bertengger di telapak tangannya. Tempo jantungnya pun sudah tak terkontrol lagi.
Gadis itu tidak habis pikir, bagaimana bisa Danar datang tiba-tiba ke rumahnya malam ini? Dan beraninya laki-laki itu menginjakkan kakinya kembali di sana.
"Chels ... gue mau ngomong sama lo," mendengar itu, Chelsea membuang pandangannya kearah lain. Hatinya mencelos, dan terasa sedikit perih. Luka lamanya seolah terkoyak kembali sedikit demi sedikit. Dan itu membuatnya lebih membenci laki-laki yang kini tepat di depannya--yang hanya berjarak dua meter dari tempatnya berdiri.
"Gue nggak butuh."
"Lo salah paham, Chels," Danar masih mencoba meluluhkan kerasnya hati Chelsea. Ia maju, mendekati gadis yang kini tak mau menoleh kepadanya. Kedua tangan kokohnya berusaha menggapai tangan mungil milik Chelsea.
"Jauh-jauh dari gue!"
"Gue mohon dengerin penjelasan gue dulu."
"Lo tuli?! Gue nggak butuh! Gue nggak butuh semua omong kosong lo! Dan gue minta, sekarang lo pergi dari sini!" Chelsea menaikkan satu oktaf suaranya. Membuat Danar menghela napasnya pasrah.
Gue nggak tahu harus gimana lagi. Batin Danar.
"Chels ...."
"Pergi!"
"Gue minta maaf, Chels," suara Danar melemah di akhir kalimat. Dan kemudian, ia bergegas pergi meninggalkan Chelsea dengan sayatan baru di hatinya.
Sakit.
Setitik air matapun jatuh bebas dari sebelah matanya. Buru-buru ia mengusap air asin itu dan memilih bergegas masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side
FanfictionKatakanlah dia kaku, atau bahkan beku. Binar mata yang dulu terang benderang, kini redup seiring waktu berjalan. Senyum yang dulu pernah merekah, kini tak pernah lagi singgah. Hanya karena masa lalu, dia jadi begitu. Seolah takdir tak pernah berh...