Warning!
16 bulan nggak update!
Saya saranin untuk baca part sebelumnya.°°°
Chelsea dan Alex sama-sama menarik kursi ke belakang, lalu duduk di hadapan orang tua mereka.
Seperti keluarga pada umumnya, di hari Minggu ini mereka melakukan rutinitas sarapan, dengan berbagai macam hidangan lezat yang tersaji di atas meja oval di antara delapan kursi yang mengelilinginya.
"Muka kamu kenapa, Lex?" tanya sang papa sebelum meraih se-entong nasi di hadapannya.
Alex meringis, dan Chelsea ikut gugup menunggu jawaban yang keluar dari bibir adiknya itu.
"Kamu juga, Chels. Itu siku kamu kenapa diperban?" timpal sang mama menatap kedua anaknya penuh curiga.
"Uhm, itu--"
"Kemarin jatuh dari sepeda, Ma. Makanya ini muka pada bonyok semua. Terus siku Kak Chelsea juga lecet," sembur Alex dengan wajah tanpa dosanya.
Kedua mata mama mereka memincing ragu. "Kalian nggak coba buat nyembunyiin sesuatu dari mama sama papa, 'kan?"
Alex terbatuk, Chelsea tersedak, lantas mereka berdua terkekeh bersama. "Nggak ada, mama sayang."
"Paling juga berantem," celetuk sang papa angkat bicara setelah tadi hanya menyimak obrolan antara ibu dan anak tersebut.
"Eh?"
"Sebagai laki-laki, papa tahu jenis-jenis luka kayak gitu. Kamu berantem 'kan, Lex?"
Skakmat!
"Bener kamu berantem, dik?" tuntut mamanya penasaran sekaligus cemas.
"Eh itu ...," jujur Alex bingung harus menjawab bagaimana sekarang ini.
"Alex emang berantem, pa. Dia nolongin Chelsea dari preman-preman yang ganggu Chelsea kemarin," kini malahan Chelsea yang menjawab tanda tanya besar di benak kedua orang tuanya.
"Benar, Lex?"
"I-iya pa."
Pria paruh baya itu mendesah lega. "Oke kalau gitu. Alasan papa terima. Dan satu lagi, jangan pernah berantem buat hal yang nggak berguna, Lex."
Alex tersenyum semringah, "Pasti, pa."
"Tapi kamu nggak apa-apa 'kan, Kak?" Gantian wanita paruh baya itu bertanya pada Chelsea.
Chelsea mengangguk, lalu tersenyum singkat, "Chelsea baik-baik aja kok, ma. Mama nggak perlu khawatir."
"Syukurlah."
Dan setelahnya, Chelsea dan Alex berpandangan penuh kelegaan. Mereka tak henti-hentinya mengucap syukur dalam hati lantaran kedua orang tua mereka sama sekali tak mencurigai alasan yang dilontarkan Chelsea tadi.
Dan acara sarapan yang sempat tertunda sejenak, kini dilanjutkan kembali.
°°°
"Chelsea, lo utang cerita sama gue." Tuntut Marsha yang dari tadi membututi Chelsea sejak mereka berdua berpapasan di gerbang sekolah.
"Cerita apa sih, Sha?"
"Jangan pura-pura nggak tahu deh."
"Gue emang nggak tahu." Tukas Chelsea sembari mendudukkan tubuhnya di bangkunya. Dan Marsha tentu saja ikut duduk di sampingnya.
"Kemarin, gue denger dari anak-anak, Adik lo ribut sama Danar. Terus di sana juga ada Bagas. Serius deh, ada apa sih sebenernya?" jeda sejenak sebelum Marsha kembali melanjutkan ucapannya. "Dan kata anak-anak, lo ditonjok Bagas? Oh My God, itu beneran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side
FanfictionKatakanlah dia kaku, atau bahkan beku. Binar mata yang dulu terang benderang, kini redup seiring waktu berjalan. Senyum yang dulu pernah merekah, kini tak pernah lagi singgah. Hanya karena masa lalu, dia jadi begitu. Seolah takdir tak pernah berh...