Tunangan.Tunangan.
Argh sialan!
Umpatan itu keluar begitu saja dari bibir mungil milik gadis yang kini tengah duduk menekuni buku sejarah sembari memainkan bolpoinnya.
Tak ayal, hatinya tengah kalut sekarang. Entah kenapa, setelah mendengar ucapan gadis yang mengaku sebagai tunangan Bagas itu, perasaannya menjadi tak karuan dan sulit untuk dihentikan.
Gadis itu mendengus keras karena pemikirannya yang bisa dibilang konyol. Tunangan? Hah! Di jaman yang serba modern seperti ini, ternyata masih ada juga orang tua yang mengizinkan anaknya untuk berstatus ke jenjang yang lebih tinggi seperti tunangan. Chelsea tidak habis pikir mengenai itu.
Dan untuk ukuran cinta, gadis itu masih mengelak mati-matian mengenai perasaan aneh yang akhir-akhir ini kerap muncul dalam benaknya. Ia tak mungkin jatuh hati pada laki-laki annoying macam Bagas. Tidak mungkin secepat ini.
Chelsea mencoba mengembalikan fokusnya pada buku yang tergeletak naas di meja belajar. Demi apapun, Chelsea merasa bodoh sekarang. Haish entahlah...
"Kak, pinjam jangka sama busur, dong!"
Astaga! Suara berat itu tiba-tiba saja muncul dari balik punggung Chelsea. Membuatnya menoleh dan menemukan adik semata wayangnya, Alexander.
Melihat raut muka Kakaknya yang terlihat tak bersahabat, Alex dengan gemasnya malah mencubit pipi kanan Chelsea. Membuat suara rintihan keluar begitu saja dari bibir gadis itu.
"Santai aja dong mukanya," timpal Alex cengengesan.
"Apa?!"
"Weits, ada yang bertamu-kah?"
"I'm not PMS, okay?!"
"Yeah. I know you so well, sis."
"So, mau apa lo kesini?"
"Pinjam Jangka sama busur. Ada nggak?" pinta Alex dengan puppy eyes-nya
Chelsea lalu mengulurkan apa yang diminta Alex barusan. Lalu berkata. "You know me so well, bro. So, you must know if who am I?"
"Yap, thanks. By the way, kenapa muka lo absurd nggak jelas kayak gitu?" Alex kemudian bersandar pada pintu sembari menyilangkan kedua tangannya di depan perut.
Sialan, adik durhaka emang!
"Anak kecil nggak boleh tahu!" sembur gadis itu dengan diakhiri juluran lidahnya mengejek.
"Gue bukan anak kecil, Kakak. Nggak lihat apa, gue udah tumbuh dan berkembang segede ini. Lo aja kalah sama gue. So, mirror, sis," balas Alex dengan sok-nya.
Dih, kamvret memang dia.
Tapi dalam sisi lain hatinya pun, Chelsea diam-diam membenarkan perkataan adiknya barusan. Bocah berumur 15 tahun yang kini masih duduk di bangku tiga SMP itu memang memiliki fisik yang bisa di bilang baguslah. Tubuhnya tegap, dadanya bidang, wajahnya tegas, dan agak kurus tapi. Tinggi badannya saja melebihi Chelsea yang notabenya duduk di bangku dua SMA.
Maklumlah, bukannya laki-laki memang tumbuh dan berkembang begitu pesat?
Chelsea berpikir, pasti di sekolah, Alex termasuk most wanted guy yang memiliki segudang penggemar yang memujanya setiap hari. Dan itu membuat adiknya berpotensi sebagai laki-laki playboy yang setiap waktu dapat memainkan hati para gadis dengan seenaknya. Duh, itu tidak boleh terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side
FanfictionKatakanlah dia kaku, atau bahkan beku. Binar mata yang dulu terang benderang, kini redup seiring waktu berjalan. Senyum yang dulu pernah merekah, kini tak pernah lagi singgah. Hanya karena masa lalu, dia jadi begitu. Seolah takdir tak pernah berh...