"Mara"
Mataku megerjap berkali-kali untuk memastikan jika benar Radit yang ada dihadapanku.
"Uhm, hai Dit". Jawabku gugup.
"Kebetulan kita ketemu disini". Ucap Radit.
Saat melihat sosok Reza, Radit sempat terdiam sebentar lalu tersenyum kecil."Radit". Ucapnya sambil mengulurkan tangan ke Reza.
"Reza". Mereka berdua berjabat tangan.
"Kalau gitu, silahkan lanjutkan acaranya. Bye Mara, Reza". Reza hanya mengangguk, sedangkan aku terdiam.
Kenapa Radit disini? Ada urusan apa dia disini? Kenapa Radit aneh? Berbagai macam pertanyaan muncul dikepalaku. Belum sempat aku bertanya kepadanya, Radit sudah pergi.
Aku tersadar ketika Reza menjentikkan jarinya didepan wajahku. Mungkin tidak hanya sekali dia melakukannya hingga aku sadar dari lamunanku.
"Teman kamu?" Tanya Reza begitu aku menatap wajahnya.
"Ya".
"Bukan teman akrab ya kayaknya?"
Kita teman akrab. Dulu. Dan entah kenapa hari ini Radit aneh.
"Tidak terlalu". Jawabku pada akhirnya.
Memang seperti itu bukan kenyataannya? Aku sudah tidak terlalu dekat dengan Radit. Lebih tepatnya aku yang memberi jarak aman terhadap hubungan ini.
"Ayo dimakan dulu Mara". Ucap Reza.
Bahkan aku tidak sadar dimeja kami sudah terhidang berbagai menu yang kami pesan tadi. Kenapa aku akhir-akhir ini jadi sering nelamun sih...
Dan itu semua karena Radit.
"Enak?" Tanya Reza begitu kami sudah selesai makan siang.
"Enak. Kenyang nih". Jawabku sambil mengaduk-ngaduk jus tomat yang aku pesan tadi.
"Mara".
"Iya Za?"
"Aku mau ngomong sesuatu".
"Ngomong aja Za".
"Kamu mau kasih aku kesempatan?"
Aku kembali terdiam. Aku tau kemana arah pembicaraannya. Aku pun juga tahu jika Reza menyukaiku. Apalagi Rena dan Bagas selalu menyodorkan Reza seakan-akan mereka itu team sukses partai Reza.
Aku menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Reza.
"Za, kamu tahu aku bukan wanita biasa. Aku punya anak. Kamu nggak malu?"
"Kenapa harus malu? Aku suka sama kamu Mara".
"Aku juga suka sama kamu Reza. Tapi hanya sebagai teman".
"Aku cinta Ra sama kamu".
"Za..." Hanya itu yang mampu kukatakan. Lidahku kelu untuk menjawab pernyataan dari Reza.
"Kasih aku kesempatan, buat kamu. Buat Sam juga. Kita udah kenal lama Mara". Ucapnya sambil mengelus punggung tanganku.
Aku buru-buru menarik tanganku. Sebab Radit berada disini juga, dan aku takut dia melihat adegan ini. Tapi apa pedulinya? Dia juga bukan siapa-siapaku.
"Za, aku nggak tahu. Mungkin biarin aku mikir dulu. Kita balik kantor ya".
Reza menghela nafasnya dengan berat lalu mengangguk. Membuatku menjadi tidak enak. Karena jawabanku artinya adalah secara tidak langsung aku menolaknya.
----
Samara Tunggadewi : Dmn?
Rena Sartikasari : Kantor
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
RomanceTentang seorang Samara yang dipermainkan oleh takdir. Let's enjoy my story. Happy reading! Much love, Cacha