Aku membeku sepersekian detik, hingga akhirnya aku tersadar. Sosok didepanku bukanlah mimpi. Dia tersenyum dengan khasnya. Karismanya yang sedaridulu ada tidak berubah.
"Come to me baby". Ucapnya sambil merentangkan tangan.
Aku tersenyun sambil mengusap pipiku yang ternyata telah basah oleh airmata.
"Rega". Ucapku sambil berlari kearahnya. Berlari walaupun jarak kami hanya beberapa jengkal. Tapi aku amat sangat merindukannya hingga tubuhku tanpa sadar ingin segera didekapnya.
"Kangen tau!" Ucapku lagi setelah berada dalam pelukannya. Dia terkekeh sambil membelai rambutku.
"Sejak kapan jadi manja hm?"
"Nyebelin". Tanganku memukul pelan punggung lebarnya.
"Aduh sakit Mara".
"Sejak kapan jadi manja hm?" Aku balik bertanya. "Itu hanya pukulan kecil". Lanjutku.
"Miss you too Mara".
Aku melepaskan pelukanku dan menatap Rega.
"Kenapa kesini? Nggak kerumah? Kamu harus liat Sam, Rega".
"Nanti. Setelah ini, aku rindu sama bundanya makanya aku kesini. Kamu pulang jam berapa?"
"Ya nanti dong. Ini aja aku baru dateng".
"Aku tungguin. Nanti aku pulang bareng kamu".
Aku mengangguk kemudian mencari-cari kaca didalam tasku. Setelah adegan mellow ini pasti mukaku kusut. Dan benar saja.
"Masih tetep cantik kok"
"Gombal! Udah pinter gombal ya kamu?"
Rega terkekeh.
"Kamu nggak tanya kabar aku?" Tanyanya.
"Kamu ada disini dengan kondisi baik-baik saja dan bisa gombal berarti nggak ada hal buruk kan?" Lagi-lagi Rega tertawa. Tawa yang mampu menulariku sedari dulu.
"Cerdas. Dari dulu nggak berubah".
Kami mengobrol banyak hal. Dari mulai Sam, ayah hingga pekerjaan masing-masing. Rega beberapa tahun yang lalu sudah berbeda dengan yang sekarang. Makin terlihat matang dan dewasa. Kulitnya sedikit menggelap. Bagaimana bisa diiklim yang dingin tapi kulitnya bisa menggelap?
"Kenapa iteman?" Tanyaku. Rega hanya tersenyum penuh misteri. Aku melotot. Dari dulu aku sangat benci jika Rega mengeluarkan senyum seperti ini.
"Jawab nggak!" Ucapku sambil mencubit pinggangnya.
"Aduh aduh aduh...ampun Mara. Iya aku jawab. Lepas dulu".
"Kenapa?"
"Jadi kemarin..."
"Mas Rega? Ya Allah sayang...ada Mas Rega ini". Teriak Rena sekeras halilintar. Aku memutar bola mataku kesal.
Rena langsung memeluk Rega dan Bagas bersalaman ala-ala bro zaman sekarang.
"Apa kabar?"
"Baik. Seperti yang kamu lihat".
"Kapan nyampe mas?" Tanya Bagas.
"Tadi pagi Gas".
"Aduh sayang, kita kudu cepet-cepet ini ditungguin orang". Ucap Rena. "Mas Rega nanti kita lanjutin ngobrol dirumah ya, aku sekalian nanti mau ketemu Sam".
"Iya. Oke, aku tunggu. Bawa makanan yang enak-enak dong".
"Ye makan mulu. Suruh mbak Mara masakin,sekarang dia jago masak". Rega menoleh kearahku. Menatapku dengan alis terangkat seakan-akan berkata "really?"
Aku mendengus kesal. Jangan pernah meremehkan Mara!
"Untung ada Mas Rega sekarang. Gantian Mas, capek aku berantem ama Mara mulu". Ucap Bagas.
"Bagas kurang ajaaar".
"Ih emang gitu, lo curhat sama marah-marah itu beda tipis". Rena dan Rega tertawa. Aku semakin melotot.
"Yaudah, aku cabut deh. Yuk bab".
"Bagas ih, masa bab!" Protes Rena.
"Ih kan tulisannya gitu, bab". Rena semakin kesal. Dia berjalan mendahului Bagas dengan menghentak-hentakkan kakinya. Dan sekarang giliranku dan Rega yang tertawa.
Aku menghela nafas kemudian berjalan ke arah Rega yang sudah duduk sambil membolak-balik majalah.
"Sudah sarapan?" Tanyaku.
"Sudah tadi dia airport".
"Barang-barangmu dimana?"
"Hm tadi sama mbak yang didepan suruh taruh didepan aja". Oh mungkin Sesil maksudnya.
"Yaudah, tungguin aku. Nanti siang kita jemput Sam ya".
"Ok".
-----
Selamat malam, happy valentine day!
Ini kayaknya part terpendek yang pernah saya buat. Sumpah pendek banget hehe. Maaf ya, tapi kan judulnya update. Biar gak penasaran kan yaa...
Jadi besok saya update. Besoknya itu kalau udah ada ilham buat nulis apa ya hahaha. Sekarang dinikmatin dulu yang ada hehe.
Happy reading guys ❤ ditunggu vote dan commentnya. Thank you!

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
RomanceTentang seorang Samara yang dipermainkan oleh takdir. Let's enjoy my story. Happy reading! Much love, Cacha