Holaaa selamat malam! Maafkan saya ya man teman. Lama menghilang. Sejujurnya saya nyari ilham hehe.
Walaupun pendek, tapi dinikmatin aja ya. Semoga bisa nyenengin kalian semua yang masih mau membaca kisah ini. Danke!
--------"Aku melewatkan banyak hal tentang Sam ya?"
"Nggak juga, kalian kan suka face time". Jawab Mara
"Tapi aku nggak bisa liat secara langsung. Padahal dulu kalo bundanya nyidam, aku ini pasti yang kesusahan". Mara tergelak.
"Jadi nggak ikhlas nih?"
"Ikhlas lahir batin kok".
"Gimana Belanda?"
"Nice, so far so good".
"Sudah selesai semuanya?" Tanya Mara
"Sudah, kalo belum nggak mungkin aku ada disini ketemu kamu". Mara hanya tersenyum.
"Masih jauh nggak Ra ini sekolahnya Sam?"
"Itu depan tuh, ada plangnya".
"Masih kecil kenapa udah sekolah ajasihh?"
"Pendidikan sejak dini itu penting tau".
Rega hanya bergumam menanggapi jawaban Mara.
"Nah sampe, mau ikut turun nggak?"
"Iyalah, mau liat kaget nggak aku disini".
Mara hanya tersenyum lalu turun dari mobil. Masuk kedalam halaman sekolah Sam, mencari-cari keberadaannya Mbak Ning. Karena Sam masih akan pulang sekitar 10 menit lagi.
"Kok sepi?" Tanya Rega.
"Iya, masih 10 menitan lagi. Kita cari sitter nya dulu".
Setelah melewati koridor yang tidak terlalu panjang, akhirnya Mara menemukan Ningsih sedang duduk didepan kelas, mengobrol bersama orang tua murid dan sitter lainnya.
"Bu Mara".
"Masih bentar lagi kan ya?"
"Iya bu".
"Oh iya, ini namanya Pak Rega".
"Mas aja mbak, jangan panggil Pak". Mbak ningsih tersenyum sembari menganggukkan kepala.
Tak lama kemudian keadaan menjadi ramai. Anak-anak kecil seusia Sam mulai keluar dari kelasnya. Ada yang berlarian atau berjalan bingung mencari keberadaan orangtuanya.
Mara pun melihat Sam baru saja keluar dari kelas.
"Sam". Panggil Mara. Sam pun langsung menoleh dan berlari menghampiri Mara.
"Bundaaaa". Ucap Sam seraya memeluk Mara. Masih belum sadar aka hadirnya Rega.
"Capek?" Tanya Mara yang hanya dijawab anggukan lucu oleh Sam.
"Coba lihat Bunda sama siapa coba". Sam pun melihat sekitar, dan matanya melebar ketika melihat Rega disamping bundanya.
"Papa?" Rega pun hanya tersenyum lalu mengangguk dan merentangkan kedua tangannya untuk meminta pelukan dari Sam. Sam yang masih kaget hanya berdiam diri. Selain itu juga merasa malu.
"Kok papa nggak dipeluk?" Tanya Mara.
"Beneran papa?"
"Iya jagoan. Kalo bukan papa siapa coba?" Tanya Rega. Sam pun langsung tersenyum malu lalu memeluk Sam.
Rega itu ibarat oasis di tengah padang gurun buat Mara. Dia hadir disaat Mara butuh sosok untuk bersandar. Mara tidak akan pernah bisa untuk berbagi seluruh bebannya kepada ayahnya. Mara tidak akan tega. Mara tidak akan mampu membuat ayah sedih dan ikut berpikir.
Jadi, ketika Rega datang hidup Mara sedikit berwarna. Rega datang sebelum ada Bagas dan Rena. Saat itu, kandungan Mara berusia dua bulan. Mual-mual parah, morning sickness nyaris setiap hari Mara rasakan. Rega datang, niatnya hanya berkunjung karena dia tidak tahu keadaan Mara sebenarnya. Saat sampai dirumah Mara, Rega shocked mendapati sepupunya terbaring lemas. Dan penjelasan dari Om Tirta membuatnya iba, marah dan menyesal secara bersamaan.
Iba karena Mara yang dia kenal adalah wanita yang keras, lalu kenapa nasibnya sekarang seperti ini. Marah pasti, karena sekarang Mara harus menanggunggnya seorang diri. Menyeseal? Sungguh Rega menyesal karena tidak mampu menjaga dan melindungi Mara.
Setelah Mara mau membuka diri dan mau berbagi cerita semuanya kepada Rega, akhirnya Rega memutuskan untuk tinggal dirumah Mara. Menemani Om Tirta dan menjaga Mara, memastikan kondisinya baik-baik saja.
Barang-barang yang tidak seberapa banyak dikos, sudah berpindah kerumah Mara. Sampai sekarangpun, kamar itu masih ada. Namun sekarang menjadi kamar milik Sam.
Saat Rega melanjutkan pendidikan S2 nya di Belanda, Sam masih sangat kecil. Baru hitungan minggu mungkin. Rega sebenarnya tidak tega meninggalkan mereka, tapi beasiswa ini juga yang nantinya akan memberinya masa depan yang lebih baik.
Mara meyakinkan Rega untuk mengambil kesempatan. Dan meyakinkan Rega jika dirinya baik-baik saja.
Dan sekarang Rega kembali. Betapa Mara amat merindukan Rega yang selalu siap sedia pada saat itu. Yang selalu menjadi tempat bersandar oleh Mara.
"Papa kangen nak". Ucap Rega yang masih memeluk Sam. Sam menggeliat dalam pelukan Rega. Berusaha untuk melepaskan diri karena masih merasa malu.
Wajar. Karena mereka berdua tidak pernah bertemu langsung. Hanya sebatas face time, itupun jika hanya ada waktu yang luang.
"Nda..." Ucap Sam dalam pelukan Rega.
"Gak papa sayang, papa kan kangen jadi meluk Sam" Jawab Mara meyakinkan Sam.
Setelah itu mereka berempat menuju ke sebuah rumah makan untuk makan siang. Dan Sam sudah sangat lengket pada Rega. Bahkan tak jarang mereka bertiga bercanda seperti yang biasa mereka lakukan saat face time.
Jika dilihat oleh mata orang lain, mereka adalah contoh keluarga yang bahagia. Tapi Rega bukanlah lelaki itu, Rega hanyalah Rega, yang mempunyai darah yang sama dengan Mara dan Samudera sebagai keponakannya.
Mama Rega adalah adik kandung dari Om Tirta. Hubungan dengan kedua orang tuanya tidak terlalu bagus. Orang tuanya bercerai ketika Rega berada dikelas 2 SMA. Sebagai remaja lelaki, Rega berusaha kuat mengahadapi itu. Namun dia rapuh. Dan itu Rega menjauh dari keluarga, dari para tante om dan sepupunya.
3 tahun berlalu dia mulai menjalin hubungan kembali dengan para saudaranya. Mendekatkan diri pada Rena dan Samara dan para sepupunya yang lain.
Dan hingga saat ini Regalah orang terdekat bagi Samara. Seperti selayaknya kakak yang akan menjaga dan melindunginya.
"Papa" Panggil Sam pada Rega.
"Iya nak, udah kenyang? Mau apalagi?"
Sam mengangguk kemudian menggeleng. Menjawab kedua pertanyaan Rega dengan gerakan kepala yang menggemaskan.
"Itu dia ngantuk Rega" Ucap Mara.
"Oh, Sam ngantuk?"
Samudera hanya mengangguk.
"Mau papa gendong?". Dan Sam pun kembali mengangguk.
Rega merengkuh Sam kemudian menggendongnya. Mara hanya tersenyum melihat pemandangan itu.
"Kamu udah pantes lho gendong anak".
"Maksud kamu apa?". Tanya Rega pura-pura tidak tahu arti ucapan Mara.
"Ya segerakan lah, bawa calonnya kesini".
"Bawel". Ucap Rega jengkel sembari menepuk-nepuk pelan punggung Samudera. Memberikan Sam kenyamanan agar tertidur.
Samara hendak tertawa tapi diurungkan ketika Rega memberinya sebuah plototan.
"Ayo pulang". Ucap Samara kemudian.
----
![](https://img.wattpad.com/cover/40356044-288-k867689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
RomanceTentang seorang Samara yang dipermainkan oleh takdir. Let's enjoy my story. Happy reading! Much love, Cacha