Hai semuanya!
Demi kalian semua yang masih mengikuti cerita ini, saya update lagi ya ini hehe.
Happy reading ❤️Samara POV
Ini bukan tentang siapa Radit, siapa Rega, dan apa yang dipikirkan oleh Radit. Ini adalah bagaimana detak yang aku miliki masih tetap dengan kurang ajarnya bergoyang dengan seenak jidatnya.
Oke. Mungkin aku keterlaluan dalam pengungkapan. Tapi demi Tuhan, bahkan aku hampir tidak tahu apa yang sedang kepala cantikku ini pikirkan. Oh mungkin hatiku, bukan lagi kepala.
Kenapa setelah bertahun-tahun detak ini ada untuknya? Kenapa setelah aku merasa aku baik-baik saja tapi perlahan pikiran bahwa sebenarnya aku tidak baik-baik saja kemudian muncul.
Setelah acara sarapan pagi tak terduga itu, aku langsung berlari kekamar ayah. Bagiku, kamar ayah adalah tempat teraman. Sam maupun Rega tak akan berani menginjakkan kakinya disini.
Aku bahkan sudah tidak memperdulikan lagi apa yang Sam, Rega dan Radit lakukan diluar sana. Aku hanya ingin tenang. Sebentar saja. Sampai aku bisa menghadapinya dengan detak yang biasa saja.
"Kenapa didalam?" Tanya ayah mendadak yang membuatku kaget.
"Hanya ingin tenang". Jawabku pendek. Mungkin jika dijabarkan, penjelasannya sama seperti sebelumnya.
"Mereka berdua hampir saling membunuh".
"Apa?" Aku menatap ayah horor. Benarkah seperti itu.
Ayah terkekeh, membuatku menghembuskan nafas lega. Seharusnya aku tahu hal itu tidak mungkin terjadi. Dan seharusnya aku tahu jika ayah hanya mencoba bercanda.
"Ayah serius Mara". Kembali aku menatap ayah dengan tatapan horor yang sebenar-benarnya.
"Mereka tidak tertolong". Kata ayah lagi.
Aku hanya berdecak. Karena sepertinya memang ayah berniat untuk menggodaku saja. Melebih-lebihkan apa yang terjadi diluar sana.
"Kasihan Rega".
"Ayah". Rengekku seperti anak kecil. Bermaksud meminta ayah untuk menghentikan kalimat-kalimat hiperbola selanjutnya.
"Rega yang tidak tahu apa-apa, kasihannya".
"Oke, Mara keluar sekarang. Ayah puas?".
Ayah kembali tertawa. Lalu menganggukkan kepala, menyetujui jika aku seharusnya memang keluar dari kamar ini.
Setelah aku sampai dimana mereka bertiga berada, yang kulihat adalah dimana Sam dengan manjanya tidak lepas dari Radit dan Rega yang duduk seperti mandor mengawasi bawahannya. Duduk diatas kursi, mengawasi Sam dan Radit yang sedang bermain diatas karpet.
Dan yang tedengar hanyalah celotehan Sam. Yang sesekali ditanggapi oleh Radit.
"Anak bunda nggak capek?".
Ketiga orang tersebut langsung menoleh kearahku. Sam hanya menggeleng kemudian sibuk kembali dengan hot wheels nya.
Sam, bunda membutuhkanmu. Ayolah bantu bunda ya nak. Cairkan suasana ini.
"Darimana kamu?". Itu suara Rega. Untuk sesaat Radit mengalihkan perhatiannya dari Sam kemudian menatap Rega dengan pandangan yang entah apa itu.
"Kamar mandi, panggilan alam". Jawabku seasalnya.
"Aku akan pergi, kemungkinan pulang malam. Kalo ada apa-apa kamu bisa langsung kabarin aku, baby".
Rega mati saja kau! Kurang ajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
RomanceTentang seorang Samara yang dipermainkan oleh takdir. Let's enjoy my story. Happy reading! Much love, Cacha