Anak kesayangan saya yang satu tamat. Sediiiih. Tapi mau bagaimana lagi? Saya lanjutkan cerita yang ini. Harapannya sih masih ada yang mau baca cerita dari saya hihi. Saya seneng ketika Dewa banyak yang baca bahkan yang ngevote. Ya harapannya cerita saya yang ini bisa kayak si Dewa hehe. Selamat menikmati ya readers ❤
----
Siang ini, aku bersiap untuk berangkat ke Jakarta bersama Sam dan Radit. Bahkan Sam sudah tidak sabar. Sejak aku menjemputnya di sekolah, wajahnya sudah riang sekali. Tak henti-hentinya dia berceloteh "Sam ke Jakalta nda...hole". Seperti itu terus sampai aku lelah mendengarnya.
Mbak Ning juga turut aku ajak agar nantinya bisa menjaga Sam saat aku harus menyelesaikan urusan pekerjaanku.
"Radit akan menjemputmu dirumah Mara?" Tanya Ayah saat aku baru saja selesai menyiapkan segala keperluan Sam.
"Iya yah. Mara sudah kirim alamatnya ke Radit tadi".
"Ayah nggak sabar pengen ketemu dia. Apa dia masih bisa jadi cs ayah ya?" Tanya ayah menggodaku. Sejenak aku terdiam. Aku teringat lagi akan kedekatan ayah dan Radit dulu. Mereka sangat akrab dan bersekutu untuk selalu menggodaku.
Aku hanya menggelengkan kepala seraya tersenyum. Ah masa-masa itu...
"Apa Radit sudah menikah?"
"Radit masih muda yah. Dan sejauh ini Radit belum cerita tentang itu ke Mara"
"Dan kamu pasti juga tidak cerita tentang kamu ke Radit". Itu sebuah pernyataan dari ayah. Bukan pertanyaan.
"Ayah pasti tau itu. Mara tidak mau menceritakannya".
Ayah menghela nafas panjang. "Yasudah, kamu dan Sam baik-baik disana".
Aku hanya menganggukkan kepala lalu memanggil Ningsih untuk membawa barang-barangku dan Sam turun ke bawah.
Bel rumah berbunyi tepat saat aku dan Ningsih sampai di lantai bawah.
"Ning, taruh sini aja. Kamu gantiin baju Sam. Saya aja yang bukain pintu".
"Iya bu".
Aku membuka pintu dan didepanku sudah berdiri sosok Radit dengan pakaian casualnya. Hanya memakai polo shirt warna hitam dan celana jeans warna senada.
"Jadi mau sampai ngeliatain aku kayak gitu Mara?"
"Hee.."
"Hee? Terpesona dengan Raditya Soebrata?"
"Radiiiit!" Seketika aku menjerit geram saat dia menggodaku. Wajahku pasti sudah merona malu karena tertangkap basah sedang mengamati penampilannya.
"Hahaha. Memang aku tampan Mara. Jadi boleh aku masuk?"
Aku hanya menjawabnya dengan gumaman namun badanku mundur untuk memberikan dia jalan masuk kedalam rumah.
"Ini rumah kamu? Dimana ayah?".
"Ada diatas. Mungkin sedang bersama Sam. Sebentar aku panggilin ya.."
Belum sempat aku memanggil mereka,ayah sudah turun sambil menggedong Sam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
RomansaTentang seorang Samara yang dipermainkan oleh takdir. Let's enjoy my story. Happy reading! Much love, Cacha