Kejutan Tak Terduga

404 17 8
                                        

Mara memejamkan matanya sejenak. Urusan kantor hari ini terlalu membuatnya pusing. Entah kenapa hari ini Reza tidak begitu dapat diandalkan. Dia menghilang 5 jam tanpa kabar.

Iya! Mara menghitungnya. Karena dalam kurun waktu tersebut wanita itu terus saja menghubungi Reza namun selalu tidak aktif.

Oh God mana mungkin Reza tega melakukan ini padanya. Tadi pagi bahkan Reza masih berada dikantor. Mereka sarapan bersama yang diiringi dengan sorak sorai dari Rena dan Bagas.

Dan dua orang itupun bahkan sekarang lenyap. Kemana semua orang hari ini? Setahu Mara, Rena hari ini ke Cikarang untuk memantau sebuah proyek disana. Dan Bagas? Lelaki itu bahkan pamit pergi ke Jakarta. Kenapa tidak sekalian saja ke Aceh! Yang lebih jauh dari jangkauan Mara.

Mara sedang memijat keningnya saat Sesil masuk kedalam ruangannya.

"Mba, ada yang nyari didepan".

"Siapa? Suruh masuk aja ya. Aku ke toilet sebentar".

"Oke mba. Pak Radit yang nyariin mba".

Gerakan Mara yang akan berdiri dari kursinya mendadak berhenti. Tubuhnya menegang hanya karena mendengar nama Radit disebut. Otaknya berpikir-pikir kenapa Radit kesini.

"Oh. Oke".

"Ya terus gimana mba?". Tanya Sesil yang terlihat bingung dengan respon Mara.

"Astaga, suruh kesini aja Sesil. Kan tadi saya udah bilang suruh masuk aja. Dan saya nggak jadi ke toilet".

"Oh. Oke".

Mara memutar bola matanya. Tanda wanita itu kesal dengan Sesil.

"Hai". Ya Tuhan, suara itu bagaikan oasis ditengah gurun. Kesegaran tersendiri untuk Mara ditengah-tengah harinya yang kusut.

"Oh. Hai Dit".

Radit mengangguk dan tersenyum. Lalu menghampiri Mara. Lelaki itu hanya tersenyum. Mara memperhatikan dengan seksama dan menyadari jika kedua tangan lelaki itu masing-masing membawa bungkusan.

"Ehm kenapa?". Tanya Mara dengan kikuknya.

Radit hanya tersenyum lagi. Kemudian dengan anggukan kepalanya, Radit mengarahkan Mara untuk duduk di sofa.

Mara bingung tapi tetap saja menuruti apa yang Radit inginkan. Setelah keduanya sama-sama duduk, Radit membuka salah satu bungkusan tersebut. Dan mata Mara membelalak kaget. Kue!

Radit terkekeh melihat respon Mara. Seperti dugannya, wanita ini lupa akan hari ulang tahunnya.

"Make a wish. Kemudian tiup lilinnya".

Mara yang begitu shock tidak menyadari jika sudah ada lilin yang tertancap diatas kue itu dengan api kecil yang menyala. Dia salah tingkah. Namun tak urung bibirnya sedikit terangkat nyaris membentuk senyuman.

"Kamu ingat?". Tanya Mara begitu dia dapat menetralkan sedikit debaran jantungnya.

Radit hanya mengangguk. Kemudian tangannya membelai pelan rambut Mara. Membuat debaran yang tadinya sedikit menghilang kini kembali menghantam.

"Selalu Mara. Dan kamu selalu lupa hari ulang tahunmu sendiri".

"Aku sibuk hari ini. Tidak sampai terpikirkan".

"Berdoalah dan tiup lilinya". Mara hanya mengangguk kemudian dia menutup matanya. Mengucapkan doa didalam hati. Dan ketika matanya terbuka, dia sempatkan dulu untuk menatap Radit sebelum meniup lilinnya. Radit tersenyum. Senyum yang selalu membayanginya bertahun-tahun ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang