I love you because I believe 5

3.4K 262 2
                                    

"Keluarga nayla mengajakku makan malam. Merayakan kelulusan Galang, kakak nayla."

"Bolehkah aku ikut?" tanyanya antusias.

"Apa? Tidak. Tentu saja tidak." Aku menggeleng keras.

Ali memasang wajah bersedih. "Jangan memasang wajah seperti itu Ali. Kau tahu kau tidak bisa ikut."

"Jam berapa kau akan pergi?"

"Jam 8 dan tidak usah mengantarku karena aku akan pergi sendiri." Ucapku ketika kulihat ia membuka mulutnya hendak menyela ucapaku.

"Tapi kau harus berganti baju bukan? Ayo ku antar kau pulang."

Aku mengikutinya berjalan memasuki mobilnya.

"Lain kali kau tidak perlu menjemputku." Ucapku ketika kami meninggalkan daerah kampus.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Kau terlalu mencolok, Ali. Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian." Tentu saja tidak. Sewaktu kecil aku pernah menjadi pusat perhatian dan rasanya seperti aku ingin bunuh diri.

"Karena aku mengendarai mobilku?"

"Salah satunya itu tapi bukan itu alasan utama." Aku melirik dan melihat Ali menatapku. Menunggu jawaban. "Karena kau. Kau begitu tampan dan menarik perhatian."

Ali tersenyum. "Jadi kau mengakui bahwa aku tampan?"

Aku menarik aliski. Menatapnya dengan aneh. "Hanya orang bodoh yang menganggapmu jelek."

Dan... Cup....

Ali mengecup bibirku singkat. Membuatku sedikit terkejut. Untung saja saat itu sedang lampu merah.

"Aku senang karena pacarku mengatakan bahwa aku tampan." Seringainya yang terlihat kekanak-kanakan.

"Sejak kapan aku menjadi pacarmu?" ya sejak kapan? Oh apakah sejak ia memberiku kalung indah berwarna silver dengan bintang di tengahnya, atau sejak ia tidur di tempatku beberapa malam terakhir - tidak kami tidak melakukan hal 'itu', bila itu yang kau maksud- , atau sejak ia memberikanku bunga mawar putih setiap harinya?

"Sejak kau bilang aku adalah lelaki yang tampan." Ia kembali tersenyum di sela-sela mengemudinya.

####

"Kau akan pulang jam berapa?"

"Jam 11 mungkin. Acaranya pasti lama. Apalagi aku sudah lama tidak bertemu dengan keluarga nayla." Aku membuka lemari dan mengeluarkan kopi dan creamer.

"Sepertinya kau dekat dengan keluarganya nayla." Ujar Ali seraya menyalakan televise.

"Ya. Aku sudah menganggap keluarga nayla seperti keluargaku sendiri." Aku mengeluarkan dua mug dari lemari yang lain.

Ali dan aku memiliki kesamaan dalam hal meminum kopi. Kami sama-sama menyukai kopi dengan banyak creamer. Ya satu sendok teh kopi dan tiga sendok cremer juga tidak lupa gula.

"Kau sudah lama berteman dengan nayla?" Ali menggeser tempat duduknya ketika melihat aku datang dengan dua cangkir yang mengepul. Aku memberikannya cankir miliknya dan duduk di samping Ali. Aku menyenderkan kepalaku di bahunya dan ia memeluk bahuku. Dengan kedua kaki dilipat dan naik ke atas sofa.

"Sejak kami masih sekolah dasar dulu." Ucapku seraya meniup kopiku lalu menyeruputnya.

Ali mengusap tangannya yang berada di bahuku. Membuatku merasa nyaman. "Apakah kau menceritakan soal kita kepadanya?"

Aku menggeleng. "Tidak. Aku rasa belum saatnya." Aku mendongak dan melihat ke arah matanya yang indah dan bulu matanya yang lentik. "Bukan maksudku aku merasa malu atau apa tapi...."

 I love you because I believeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang