" nayla stop." ucapku dengan nada dingin.
"Kenapa prilly,kalian harus menyelesaikan semua ini,jangan sampai kalian berdua terluka,hanya karena keegoisanmu prilly yang tak mau mendengarkan penjelasan ali, sekarang kau mau menyerah dan menyuruhku berhenti? No! aku tidak akan berhenti menghubungi bocah tengik ini sampai suara operator itu diganti menjadi suaranya!" tegas nayla, aku hanya menghela nafas panjang sambil menundukkan kepalaku. Dan akhirnya usaha nayla tidak sia-sia! sebuah suara serak dan berat menyapa dengan nada yang tidak bersahabat sedikitpun.
"Yoo! how are you ali?"Nayla berpura-pura menyapa dengan nada ceria, tapi tanpa aku dan ali ketahui, nayla sedang memasang ekspresi yang sangat datar,
"What's up? aku sedang tidak ingin diganggu, mengapa kau menelfonku? untung aku tidak menon-aktifkan ponselku karena kasihan padamu!" gerutu ali. Aku menutup mulut dengan kedua tanganku, tanpa bisa dicegah aku menangis tanpa suara saat mendengar suara pria yang sudah aku rindukan, isakan-isakan kecil aku tahan sekuat tenaga agar tidak menimbulkan suara, entah perasaan apa yang merasuki dadaku, aku bingung, adap perasaan lega, senang, sakit, bahkan perih, semuanya bercampur menjadi satu.
"Hahaha, aku hanya ingin menyapa pacar sahabatku, apakah salah? bagaimana hubunganmu dengan prilly?" Nayla berusaha mencari bahan pembicaraan, tidak perduli dengan gumaman dan gerutuan ali yang tidak berhenti.
"Nothing special, hidupku hitam putih, tidak ada warna.. Prilly marah nayla aku sudah berusah membujuknya tapi dia tak mau mendengarkanku" jelas ali diujung sana, nayla menengokku, airmata masih belum kunjung berhenti mengaliri pipiku nayla mengusap airmataku dengan ibu jarinya pelan-pelan.
"Hitam putih itu warna, kau harus mencari warna baru agar hidupmu lengkap, hidup tidak akan berhenti kalau kalian marahan,temuilah prilly saat dia sudah tenang aku yakin prilly masih dalam keadaan emosi saat kalian terakhir bertemu, bicaralah baik-baik jangan biarkan masalahmu berlarut-larut aku yakin prilly bisa menerima semua itu,tapi berilah waktu untuk prilly berfikir,"
"Okay then, you're alright nayla, hidup tidak akan berhenti karena kemauanku,aku sangat menyayanginya bukan karena matanya tapi memang aku mencintai hati dan pribadi prilly!bahkan jika prilly tak memiliki mata sisi,dan tak bisa meliatku aku tetap mencintainya"
"Okay, sampai nanti..aku yaakin kalian akan bersatu kembali" Nayla menutup telfon lalu kembali melihatku.aku sedang menangis, namun bibirku terulas sebuah senyum.
"Terima kasih nayla. kau terlalu banyak membantuku, aku berhutang banyak padamu..." ucapku sambil menautkan jari-jari lentikku.
"Yeah, no problem dear, aku lebih suka kau begini, jangan pernah pendam sesuatu dariku, justru itulah yang membuatku bingung... nah! i'ts time to sleep, aku rasa aku harus tidur karena besok pagi akan berangkat lebih cepat.." Nayla meregangkan kedua tangannya lalu tersenyum melirikku, dia berdiri lalu menegakkan badannya tepat didepan tubuhku yang masih duduk, "cup"sebuah ciuman mendarat dipipiku.
"Jangan dengarkan keegoisanmu terimalah penjelasan ali,kau beruntung bisa mendapatkan pria sebaik ali prilly".
"Makasih nayla aku menyayangimu" kembali aku memeluk tubuh sahabatku.
**********
Bunyi pintu rumah yang sepertinya membuat tobi terkejut,selain sebagai sopir pribadi ali,tobi jg menjadi teman curhat ali,hanya tobi yang ali bisa percaya.Tobi langsung membuka pintu.
“.. Ali mabuk, ada masalah apa sampe ali bisa mabuk kayak gini,tidak biasanya ali seperti ini
Tobi menatap ali yang kini tergeletak diatas ranjangnya dengan sesekali ali berkata yang tidak jelas dari bibirnya. Tobi hanya menggelengkan kepalanya, melihat ali yang tergolong tidak pernah mabuk, hingga seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you because I believe
AléatoireBukan karena mata ini aku mencintaimu tapi karena hati ini.....! (Aliando syarif) Aku mencintaimu karena aku percaya......!!!!! (Prilly latuconsina)