I love you because I believe 3

4.3K 314 1
                                    


Aku bersiap pergi ke kampus. Bertekad hari ini tidak akan terlambat. Setelah mengingat-ingat apa saja yang harus aku bawa dan mengeceknya kembali, aku siap berangkat. Tak lupa aku mengenakan earphone dan menyalakan musik kesukaanku. Ketika aku keluar dari depan rumah udara dingin langsung menerpaku,hujan sudah berhenti tapi udaranya masih dingin membuatku harus mengetatkan jaketku.

Ketika aku baru berjalan beberapa langkah. Suara klakson mobil menghentikan langkahku. Aku lepaskan earphone ku dan melihat sebuah sedan mewah berhenti tepat di sampingku. Kaca mobil bagian belakang mobil itu di turunkan.

"Hai, prilly. Mau pergi ke kampus?" tanya ali dengan senyumnya yang bersahabat.

"Ya. Aku ingin mengejar bus sebelum terlambat."

"Mengapa tidak naik mobilku saja? Lebih cepat dan tentu lebih murah."

Aku menggeleng. "Tidak terima kasih pak ali tapi aku bisa sendiri." Aku mulai berjalan lagi. Dan lagi-lagi mobil itu mengikutiku.

"Aku memaksa, pril. Dan tolong panggil aku ali, tanpa pak,memangnya wajahku setua itu ya."

"Apakah kalau aku masuk ke dalam mobilmu kamu akan berhenti menggangguku?" ujarku sambil menaikkan alis mata.

Ali terkekeh. "Bisa saja."

Aku pun mendengus. Dan memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya. Setelah menutup pintu, mobil pun pergi melaju. Aku kembali mengenakan earphone-ku dan mencoba menikmati lagu yang sedang di putar.

"Prilly... prilly."

Aku yang merasa namaku di panggil langsung menoleh ke samping dan menemukan ali sedang mengamatiku. Aku melepaskan earphoneku kembali.

"Kamu memanggilku?"

"Aku sudah memanggilmu berkali-kali. Kamu sedang mendengarkan apa?"

"Bukan apa-apa. Kamu bicara apa tadi?"

"Aku bertanya sudah berapa lama kamu bekerja di butik itu?"

Aku terdiam. Sudah berapa lama? Aku tidak menghitungnya. "Aku tidak tahu. Aku bekerja disitu sejak pertama kali aku kuliah."

"Kau menikmati pekerjaanmu?"

"Tentu saja. Orang-orang disana sudah seperti keluargaku. Aku mencintai mereka."

"Kalau kau bekerja di tempatku saja bagaimana?"

Mataku melebar. Bekerja di perusahannya? Orang ini punya perusahaan? Wow... "Kau... punya perusahaan?" tanyaku dengan suara mencicit.

Dia mengangguk dan sepertinya ia tidak menghiraukan perubahan pada raut wajahku karena ia kembali menatapku dengan intens.

"Bagaimana?" tanyanya kemudian.

Aku menggeleng. "Terima kasih sebelumnya tapi tidak. Aku tidak akan kemana-mana. Walaupun tawaranmu sangat menggiurkan tapi aku lebih memilih keluargaku." Aku menatap keluar jendela. Ternyata kami sudah sampai di depan kampusku.

"Well, terima kasih atas tumpangannya ali." Aku langsung turun dari mobil dan menutup pintu. Berusaha tidak menoleh ke belakang dan terus berjalan lurus, setelah merasa mobil itu pergi aku mulai bernafas lega. Entah mengapa pria itu terasa sangat mendominasi.

***********

"Kemana kita sekarang pak?" tanya supirku setelah kami keluar dari kampus prilly.

"Langsung ke kantor saja, tob." Tobi lalu mengangguk dan melajukan mobil

Entah mengapa aku semakin tertarik pada gadis itu. Well dia adalah wanita pertama yang berani menolak pekerjaan yang aku berikan. Bahkan dia tidak bertanya akan di tempatkan dimana tapi langsung menolaknya. Sepertinya dia tidak tahu siapa aku. Ini semakin menarik. Aku tidak pernah merasa bergairah seperti ini dengan seorang wanita, bukan gadis. Aku harus mendapatkan gadis ini. Harus.

 I love you because I believeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang