"Eh entar jam 2 ke rumah gue ya, biasa ngerjain ini." Kata Via menyerahkan daftar pr yang Ify pun malas melihatnya.
"Siip...Eh Shil, entar jemput gue ya" Teriak Ify saat melihat Shilla masuk ke dalam kelas.
"Jemput apaan?"
"Noh, tanya sama si Via." Via pun berlalu meninggalkan Ify dan menyampaikan apa yang dimaksud Ify tadi. Dari depan Ify melihat Shilla mengancungkan jempol ke arah nya. Setelah mendapat kepastian, Ify pun hanya tersenyum dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat terganggu oleh Sivia tadi -melamun- .
Seperti biasa, inilah hidup seorang Allysa Saufika Umari, atau yang akrab di telinga semua orang dengan sebutan Ify. Tak ada yang bisa dibanggakan tentang dirinya. Kaya? Bahkan temannya bayak yang lebih kaya dari Ify. Lagi pula itu harta orang tuanya bukan punya Ify. Cantik? Dia memang cantik tapi, teman temannya jauh lebih cantik dari pada dirinya. Mungkin hanya sedikit kepintaran ini yang dapat menolongnya -Begitulah pendapatnya akan dirinya sendiri-. Biarpun begitu entah mengapa dan bagaimana mereka sedikit menyegani Ify di kelas. Ify adalah tipe cewek yang paling gak suka dengan cewek yang gampang banget baperan, nangis cuma karena cowok bego -dan lagi lagi itu menurutnya- dan sebagainya. Kalau ada penghargaan untuk orang anti baper di dunia, bisa dipastikan Ify akan mendapatkannya. Bisa dihitung lagu galau yang ada di ipodnya, dan kalian tak akan menemukannya lebih dari 5.
Walaupun begitu, orang di sekeliling Ify adalah orang orang yang termasuk kategori "baperan" kecuali seseorang yang diragukan jenisnya cewek/cowok, Agni. Ya, Ify mempunyai 4 orang sahabat dekat, Agni, Sivia, Shilla dan Zahra. Agni si tomboy, Sivia si garang, Shilla si baper dan Zahra si modis. 4 manusia, 4 hati, dan 2 pemikiran. 4 hati? Jelas mereka mempunyai hati masing masing, 2 pemikiran?? Setiap pemikiran atau pendapat mereka pasti berpecah menjadi 2 kubu, pro dan kontra. So you know what i mean.
Bel sudah berbunyi 5 menit yang lalu, namun Ify masih betah bertahan di tempat duduk ini. Ada perasaan yang tak senang dalam hatinya saat melihat 2 manusia itu mengatakan hal yang membuat hati seperti terguncang. Ada parasaan marah, kecewa, dan tak percaya. Namun tak ada yang dapat ia perbuat selain menstabilkan perasaan nya seorang diri.
" Hei!! Gak mau pulang apa?? Entar gue di tinggal Zahra"
"Eh Vi, hehehe lo belum balik? Gue kirain udah tadi bareng yang lain." Bahkan karena kepanasan hatinya, membuat ia lupa kalau Sivia masih berada di dalam kelas menunggu dia membereskan buku.
"Yaelah Fy...gue pikir dengan gue ngelanjutin latihan gue tadi buat lo kesannya gak ngaret, lah yang ada penyakit lo tambah parah!!" Via tampak gemas melihat Ify, harus bagaimana lagi caranya agar penyakit yang menurutnya awalnya hanya dibuat-buat namun kini menjadi kebiasaan itu?? Ingin sekali ia mencubit Ify, namun apalah daya, tak ada enaknya mencubit pipi kurus milik Ify itu.
"Hehehe sorry iya ini juga udah siap kok, yuk" Ify hanya menampilkan cengiran khas nya dan meninggalkan Sivia di belakangnya.
"Perasaan tadi gue deh nungguin dia, dan aturannya gue yang jalan duluan. Kenapa sekarang malah dia??" Batin Sivia. Tak lama kemudian dia melihat Ify sudah jauh di depannya.
" IIFFYYY"
*****
Jemari gadis ini hanya tinggal memencet tombol send yang terletak di sebelah kanan bawah monitornya itu. Namun, tiba tiba pergerakannya berhentikan ingin memencet tombol itu. Haruskah dia yang memulai lagi?? Kenapa dia tidak pernah peka akan hal ini. Aku ini cewek, punya harga diri dan gengsi, tapi dia?? Tak pernah peduli hal itu.
Sebagai wanita, sudah kodratnya untuk memperhitungkan harga diri dan gengsi. Namun tidak untuk gadis ini, selama ini ia melupakan kodratnya tersebut hanya karena seseorang yang tidak pernah mengharapkannya. Memulai duluan, serta bertingkah agresif adalah pekerjaannya sehari hari.
Ia selalu berharap perasaan yang di simpannya dua tahun ini tidak terbuang sia-sia. Segala macam cara telah Ia lakukan hanya untuk orang itu. Bolos les biola hanya untuk melihatnya main basket, membayar orang untuk memata matai orang itu, menyamar di jalan hanya karena ingin tahu kemana orang itu pergi dan banyak tingkah konyol yang di lakukannya.
Namun kali ini, dia telah sampai di titik dimana saatnya untuk mengevaluasi semuanya, mempertanyakan dimana harga dirinya selama ini. Berjuang bertahun tahun tanpa ada hasil dan kepastian membuatnya lelah untuk melanjutkannya. Sahabat sahabatnya banyak yang menyarankan agar dirinya berhenti, namun apa yang harus ia perbuat?? Bertahan tanpa ada kepastian atau berhenti dengan segala perasaan yang membunuhnya selama ini??
"Kirim, enggak, kirim, enggak, kirim" Ia menghitung kancing bajunya yang selalu Ia lakukan kala perasaan dilema merasukinnya, "Kirim" kalimatnya berhenti saat kancing bajunya telah habis.
"Yahh..kok kirim sih? Masak harus gue lagi..capek tahu begini terus, tapi lo nya gak pernah peka. Gue juga manusia kali.." gerutunya tak karuan .
" Enggak usah deh biar dia kangen gue." Ia pun beranjak dari tempat duduknya sekarang namun belum sampai 3 langkah kakinya kembali ke depan laptopnya dan dengan sekali hentakan tangannya memencet tombol enter yang membuat pesan tersebut terkirim ke penggunanya
.
.
.
.
-Dayat*******************************************
"Ifyyyy" teriak Shilla dari ruang tengah membuat seisi rumah yang hanya berisikan Ify, Oik, beberapa pembantu kaget mendengarnya.
"Kak Shillaaaa, berisik tahu gak!!" Teriak Oik dari lantai atas. Membuat Shilla hanya menunjukkan cengirannya menampilkan gigi putih milik gadis itu. Dari bawah Shilla dapat melihat Oik masih menggunakan seragam sekolahnya dengan rambut yang acak acakan. Sepertinya dia tertidur tanpa mengganti baju dahulu, pikir Shilla.
"Yuk Shil, entar telat lagi. Dek lo jaga rumah ya, jangan kelayapan, awas lo kalau kelayapan." Ancam Ify kepada Oik yang hanya di balas cibiran olehnya.Mereka pun berjalan ke mobil Shilla yang Ia letak di luar gerbang.
"Shil, bantuin gue kek, berat nih..."
"Yee.. dasar lo nya aja yang pemalas" Shilla pun mengambil sebagian dari yang dipegang Ify.
"Biarin" katanya sambil menjulur kan lidah dan berlari meninggalkan Shilla di belakangnya.
"Dasar bocah." Desis Shilla dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai dalam Diam
Fiksi Remaja"Cinta tidak harus memiliki". Apa yang kalian lakukan kalau kalian terjebak dalam cinta yang tak kan mungkin kalian dapatkan? Takdir yang menyebutkan kalau kalian hanya bisa mengagumi tanpa dicintai. Terjebak dalam perasaan yang sebenarnya kalian s...