Zahra kini tengah menunggu teman temannya yang lain. Ia sebenarnya sudah tahu kalau ini pasti terjadi, bahkan sang tuan rumah saja baru bersiap-siap ketika dirinya datang . Terkadang dirinya sendiri bingung apakah dia yang terlalu kecepatan atau memang mereka yang gak on time. Jujur, sebenarnya menunggu bukan lah hal yang sangat di sukai oleh Zahra. Ia masih memaklumi sahabat sahabatnya, setidaknya ia menunggu hal yang pasti akan terjadi. Menunggu hal yang tidak pasti? Bahkan lebih sering ia rasakan ketimbang hal yang pasti.
Menunggu hal yang tidak pasti?? Huft..berharap menunggu orang tersebut peka?? Mungkin ia harus menunggu singa memakan rumput dulu saking impossible nya. Sejumlah kode telah ia kerahkan, dari yang tersirat hingga kode yang sangat jelas. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Memulai duluan untuk menyatakan perasaannya secara resmi? Bagaimana pun dia adalah perempuan. Perempuan mana yang tidak gengsi untuk menyatakan perasaannya duluan?
"Kenapa sih gue mau sama orang yang jelas jelas gak mau sama gue?! Arrghhs..gue bodoh banget." Batin Zahra sambil memasukkan cepat cemilan yang ada di dalam toples milik Sivia.
"Uhuk uhuk huk.." batuk Zahra sambil mengambil air yang ada di depannya. Kenapa rasa kue ini berubah menjadi pedas?? Ia melihat Sivia tengah menertawakan dirinya. Kesal, Zahra menyumbat mulut Sivia dengan banyaj cemilan pedas yang di tukar olehnya tadi sehingga mulut Sivia tertutup sempurna. Sivia memberontak dan menyemburkan keluar semua cemilan tersebut. Kini giliran Zahra yang menertawakan Sivia hingga suara Ify menghentikan tawanya.
"Ya Allah Zahra..Itu ketawa gak bisa nyantai aja gitu?? Lo itu cewek bro..ketawa itu yang elegant."
"Iya tuh, Sivia juga nih..lo udah tahu orang mau datang, bukannya barang barang dibereskan ini malah cemilan ada dimana mana lagi." Shilla menggelengkan kepalanya, Sifat Childish (?) Sivia tidak pernah berubah. Selama 4 tahun kenal dengan Sivia, ia tak pernah melihat ada hal yang lebih dewasa yang bisa Sivia perbuatnya.
"Biarin" Jawab Zahra singkat sambil menjulurkan lidahnya ke arah sahabatnya tersebut.
"Tahu ni si Zahra, mulut gue di sumbatin (?) Cemilan sama dia mana pedas lagi yang gue sembur." Ucap Sivia sambil memunguti cemilan cemilan yang ia sembur tadi. Zahra yang dikatain hanya menjulurkan lidahnya kembali membuat Sivia hanya mencibir dan berlalu ke belakang.
"Habisnya lo, tukar tukar cemilan gue, udah gitu ketawanya minta gue bayar lagi."
"Siapa suruh lo ngelamun terus? Mikirin Dayat mulu sih" Kata kata Sivia membuat sang pemilik suara mendapatkan tatapan tajam dari Zahra.
"Apa mau ngeles lagi?" Terlihat nada mengejek di ujungnya. Tapi toh dia harus apa? Marah? Apa yang dikatakan oleh Sivia 100 persen benar, so??
"Udah udah, ribut aja dari tadi, berisik tahu. Gue datang ke sini mau ngerjain tugas bukan nonton aksi stand up kalian." Lerai Ify kesal. 2 bocah ini tak pernah ia lihat akur selalu ada saja yang membuat mereka ejek ejekan.
"Em, Fy, gak ada yang stand up deh dari tadi." Shilla yang diam akhirnya membuka suara saat mendengar pernyataan Ify.
"Bodo amat." Ia melengos (?) dan membuka semua bukunya.
"Agni mana?" Tanya Zahra kepada mereka semua yang tengah sibuk dengan aktifitas masing masing. Ify sibuk dengan bukunya, Shilla sibuk dengan handphonenya dan Sivia? Tengah sibuk dengan semua cemilannya.
"Pertanyaan macam apa itu?" Jawab Shilla tanpa melepas pandangannya dari handphone.
"Azzz...kayaknya kapan kapan kita kerja di rumah dia aja deh..biar gue cepetin semua jam di rumahnya termasuk jam bb nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai dalam Diam
Fiksi Remaja"Cinta tidak harus memiliki". Apa yang kalian lakukan kalau kalian terjebak dalam cinta yang tak kan mungkin kalian dapatkan? Takdir yang menyebutkan kalau kalian hanya bisa mengagumi tanpa dicintai. Terjebak dalam perasaan yang sebenarnya kalian s...