02

4.1K 331 35
                                    

Kepingan 02

AKU MEMBALAS SENYUMNYA. Pria yang berambut hitam itu menuangkan susu yang telah direbus kedalam dua buah cangkir. Aku duduk di meja makan kecil yang ada di dapur. Lalu pamanku memberikan segelas susu hangat untukku dan dia duduk bersebrangan denganku.

"Terimakasih, paman," ucapku. Lalu aku mengambil gelas berisi susu itu, lalu meneguknya. Aku merasakan rasa manis dan kesegaran susu itu. Kehangatannya membuat tenggorokanku berhenti berteriak-teriak minta air setelah semalaman aku belum minum setetes airpun.

Paman beranjak dari tempat duduknya, lalu mengambil sesuatu dari kulkas. Dia mengambil sebuah kue cokelat mini berbentuk seperti tabung. Di atas kue itu ada sebuah lilin yang berdiri dengan api yang baru dinyalakan. Astaga, paman sangat perhatian sekali padaku.

"Apa itu untukku?" aku tertawa kecil.

"Bukan. Untuk keponakan paman yang paling lucu. Sekarang dia berusia enam belas tahun!" katanya dengan semangat. Lalu meletakkan kue itu di depanku.

"Ayo buat permohonan! Katanya dengan semangat.

"Apa kita tidak memanggil Helen?" tanyaku yang tidak merespon paman.

Aku melihat kue kecil ini. Jarang paman memberiku kue ulang tahun karena masalah uang yang menimpa keluarga kami. Paman harus bekerja lebih keras agar kami bisa bersekolah.

Tanpa dipanggil, Helen menuruni tangga, dengan matanya yang masih menunjukkan dia masih mengantuk. Dan ketika dia melihat kue ulang tahunku, dia langsung berseru, "Alice! Selamat ulang tahun!"

Gadis berambut hitam dan dikepang dua itu berlari menuruni tangga, dia selalu bersemangat tentang ulang tahun, entah mengapa. Dia berlari menuruni tangga sehingga aku melihat tangganya seperti bergerak-gerak setiap dia melangkah.

"Helen! Hati-hati tangganya," paman memperingatkan. Tetapi Helen tidak mendengarkan. "Helen!!!" paman agak berteriak.

"Maaf paman!" Helen melompat-lompat dan akhirnya duduk di sebelahku. "Aku terlalu bersemangat!"

Aku tersenyum melihat tingkahnya. Dia itu orangnya sangat bersemangat, pada setiap peristiwa apapun. Contohnya ulang tahun. Adikku yang berusia dua belas tahun itu selalu bersemangat ketika membantu pamanku. Ah, aku sayang sekali padanya.

Aku ingat sekali saat dia berada di kebun paman. Ada di belakang rumahku. Ketika dia sangat senang untuk menanam bunga mawar biru. Bunga yang sangat langka di Tangus—kerajaan dimana aku tinggal—itu bisa memiliki harga yang sangat mahal. Tetapi orang tuaku menanamnya sejak kecil di rumah ini. Jadi kami hanya perlu merawat bunga mawar itu. Jika kami jual, uangnya bisa untuk uang sekolahku selama dua bulan.

Aku memandangi kue cokelat itu. Ada krim yang menjadi topping-nya . Kue yang berwarna coklat itu kelihatannya sedap dari aromanya yang sangat nikmat. Di atasnya ada juga hiasan berupa ukiran-ukiran yang indah. Untuk membeli kue ini cukup mahal. Aku tak yakin bagaimana paman bisa membelinya.

"Paman, bagaimana paman bisa membeli kue ini?" tanyaku.

"Aku menabung dari musim panas, Alice," kata paman. Dia bangkit berdiri dan menyiapkan jus limun untuk kami. Lalu meletakkannya pada meja makan. Aku suka jus limun. Rasa asamnya sangat membuatku ketagihan untuk meminumnya.

"Ayo Alice! Buat permohonan! Ayo ...! Ayo ...!" katanya sambil menggoyang-goyangkan badanku.

"Baik, baik," lalu aku membuat sebuah permohonan.

Aku sering melihat banyak orang-orang—khususnya pahlawan—melakukan hal yang hebat dalam hidupnya. Seperti menemukan lampu, ataupun listrik. Aku mau seperti mereka.

Aku ingin menjadi mengalami sesuatu yang hebat, dan menjadi orang yang hebat.

The Hidden CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang