Mungkin, aku tak lagi menginginkanmu. Dan mungkin, ini saatnya untuk melupakanmu.
-Dafa A.P-
.
.
."Udahlah, gue lagi males main sama lo" ucap Dafa saat seorang gadis hendak menciumnya jika saja tangan Dafa tidak menghalangi gadis itu.
Dafa segera keluar dari Club tersebut, ia mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Tidak peduli dengan aturan lalu lintas sekalipun, bahkan Dafa hendak menabrak seseorang jika Dafa tidak membatingkan stir nya dan itu membuat mobil Dafa berputar di tengah jalan, untung jalanan sepi karena ini sudah melewati tengah malam, jika tidak, mungkin mobil Dafa akan tertabrak oleh mobil lainya.
Dafa segera keluar dari mobilnya, berniat memarahi orang itu karena menyebrang tidak lihat kanan kiri jalan.
"tolong bantu gue" ucap seseorang.
yaelah dunia bener-bener sempit ya. cewek ini lagi, selalu ada dimana-mana ya nih cewe, kaya hantu aja.
"bantu gue Daf" Aura terlihat ingin
menangis, suaranya bergetar saat meminta tolong pada Dafa
"ogah" Daafa hendak memasuki kembali mobilnya."Daf tolong gue, gue takut" Dafa berbalik dan menatap Aura yang sedang dibawa oleh beberapa pria yang berbadan besar.
Bugh
Dafa segara memukuli preman-preman itu, semua kekesalanya ia lampiaskan pada prema-preman ini. Dafa berhasil membuat preman-preman itu tidak berdaya di hadapanya meskipun Dafa sendiri mendapatkan pukulan diwajahnya.
Setelah pergi sebentar ke apotik, Dafa dan Aura saat ini sedang duduk di halte bis, Aura mengobati luka diwajah Dafa dengan hati-hati.
"tangan lo juga luka" kata Aura saat melihat tangan Dafa berdarah, ia segera meraihnya berniat mengobati luka ditanganya Dafa.
"ini bukan gara-gara tadi" ucap Dafa menarik tanganya kembali.
"tapi gara-gara lo mukul preman-preman tadi, Luka ditangan lo jadi makin parah" Aura menarik kembali tangan Dafa dan mengobatinya setelah itu membungkus tangan Dafa dengan perban.
"makasih ya Daf, lo banyak nolongin gue"
"lupain aja" ucap Dafa "nama lo siapa?" lanjutnya
"gue Aura"
Tanpa berniat memperpanjang obrolan itu, Dafa hanya diam menanggapinya dan Dafa segera beridirI dari duduknya dan berjalan kearah moilnya. Ia menghentikan langkahnya saat didepan mobilnya dan berbalik kearah Aura yang masih duduk di halte itu.
"lo ikut sama gue" kata Dafa membuat Aura kaget "gue bakal anterin lo dan gue juga bakal nginep ditempat lo" beneran deh, Aura lebih kaget lagi sama apa yang ia dengar dari yang ia dengar sebelumnya. Kalau diibaratkan, kepalan tangan juga masuk kemulut Aura karena saking lebarnya mangap.
"What?" Gasalah apa ni anak? Apa otaknya konslet? "lo ngomong apa tadi?"
"gue bakal nginep ditempat lo malem ini doang, lagian lo kan tinggal sendirian, gabakal menuhin apartemen lo ko kalo gue nginep juga"
"gila ya lo, lo kan cowo. Dan bahkan lo itu cowo yang emm.. pikir sendiri deh. Nih ya, pertama ketemu aja gue dikira cewe yang main sama lo semalem, bahkan lo ngira gue sama lo ngelakuin... errgghhh apalah itu. Preman-preman badanya yang kaya sumo pun bisa lo kalahin, gue gatau apa mungkin lo itu ketua genk makanya ........."
"berapa sandi apartemen lo?"
"1245"
Dafa segera masuk kedalam mobilnya. Dan segera pergi meninggalkan tempat itu.
"heh mau kemana lo? Tega ya lo tinggalin gue sendirian disini" teriak Aura kesal.
mobil Dafa berhenti dan berjalan mundur. Dafa menghentikan mobilnya tepat didepan Aura. "gue mau ke apartement lo"
"eh lo ganteng-ganteng katro juga ya. mana bisa lah, apartement gue tuh pake sandi kali, emang lo pikir apartemen gue pake pintu yang nguncinya diselipin disampung itu, lo lahir jaman kapan si, sampe ga....."
"1245" Dafa menjawabnya dengan santai.
Aura cengo dan seperti teringat sesuatu
"ya, sialan lo Daf" Dafa tertawa geli melihat Aura yang kesal denganya. Tidak lama Aura masuk ke dalam mobil Dafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
T I M E
Teen FictionPada dasarnya, semua yang kita harapkan belum tentu terjadi seperti yang kita harapkan. . Tak peduli seberapa jauh aku berusaha menggapaimu, kamu hanyalah sebuah mimpi bagiku. Mimpi yang sulit untukku gapai, karena kamu hanya sebuah ilusi yang hadir...