Karena harapan tidak akan selalu menjadi kenyataan. Dan kenyataan tidak selalu seperti yang diharapkan.
.
Sebulan berlalu. Waktu berjalan begitu cepat, dan itu menyebabkan banyak perubahan pada kehidupan Aura.
Selama satu bulan ini, Aura habiskan untuk menguntit seseorang yang bernama Seli Aurora, mantan kekasih Dafa Aldiansyah Prasetyo.
Dafa segera menemui Aura setelah mendapatkan pesan tiga puluh menit yang lalu. Aura memintanya datang ke salah satu Caffe dekat Apartemen gadis itu.
"apaan?" tanya Dafa setelah duduk disebelah Aura dan meminum minuman Aura.
"Udah telat, maen minum minuman orang aja lagi"
"Itu nyindir?"
"Menurut lo"
"Lo cuma ngomong doang"
"Whatever dadap, jangan abisin minuman gue juga dong" Aura mengambil kembali minumanya yang berada ditangan Dafa.
"Yaelah pelit amet, asal lo tau gue kesini sampe ngelalui banyak rintangan tau. Segala pake acara ban mobil gue kempes lah, apes kan. Kampret emang ya tuh paku gasopan banget ditengah jalan"
"Curhat gitu"
"Ngeselin banget sih lo Urap, sini deh gue jadi makin ais debat sama lo" Dafa mencoba mengambil kembali minuman ditangan Aura.
"Pesen sendiri sana"
"Gamau, lama. Gue aus nya sekarang, kalo pesen nanti keburu ilang aus gue gara-gara nungguin dulu"
"Ya bagus dong, ga aus berarti gaperlu minum"
"Keliatan banget ya lo susah nya. Pelit gitu ih"
"Sialan lo, Daf, gue ga gitu monyong"
"Yaudah siniin makanya"
Dafa berhasil merebut minuman milik Aura.
"Itung-itung amal deh gue ngasih minuman gue ke orang susah kaya lo, bilang aja lo gamau keluar duit bukanya ga mau ngantri"
"Tuh tau" Aura hanya menatap sinis ke arah Dafa yang sedang meminum minuman miliknya itu.
"Gue heran ya kenapa kita selalu berantem adu mulut terus sih kalo ketemu, ga bosen-bosen apa ya"
"Ya itu gara-gara lo Daf"
"Lo kali"
"Enak aja, yaudah gue pergi"
"Yaudah sono, jangan harap gue ngejar lo ya. Denger nih, O.G.A.H"
"Yaudah, gue gaperlu ngasih tau deh ya" Aura berdiri dari tempat duduknya.
"Eh eh eh, wait wait. Jangan pergi ya, lo kan belom ngasih tau info nya" Dafa menahan tangan Aura.
"Katanya O.G.A.H ngelarang gue buat pergi. Gue ga ngarep ya dilarang lo. Sorry aja, J.I.J.I.K gue Daf"
"Khilaf gue, udah duduk lagi ya manis gue tlaktir lo deh. Pesen apapun yang lo mau, nih" Dafa memaksa Aura duduk kembali, dan mengeluarkan salah satu kartu ATM nya.
"Tenang, gue ga boong. Gue bawa duit ko, lo ga perlu takut gue ngibulin lo" lanjut Dafa.
"Gue udah eneg liat muka lo Daf, jadi gaperlu"
"Benaran nih, padahal Dafa yang ganteng ini lagi baik tau"
"Lain kali aja"
"Idih, katanya ga perlu. Sekarang lo bilang maunya lain kali"
Anjir nih anak, ngeselin abis!!
"Gue tampol juga muka lo Daf"
"Haha udahan ah, cape ih" Aura hanya diam tidak menanggapi perkataan Dafa.
"Yaudah deh, lo tadi sms gue suruh dateng kan. Apaan?"
Aura memarik nafasnya.
"lo kayanya salah paham sama hubungan Ka Seli sama Aldo""maksud lo?"
"gue udah ngikutin cewe itu selama sebulan, dan gue berpendapat gadis itu minta putus bukan karena dia emang suka sama Aldo, Aldo juga kayanya cuma sayang sama Ka seli sebatas temen doang"
"intinya?"
"dia mengidap penyakit Alzheimer udah lama, dan dia minta bantuan ke Aldo untuk membantunya. Dia mau lo itu benci sama dia, karena dia gamau lo khawatir. Dia gamau lo bakal ngerasa kehilangan dia jika dia benar-benar pergi selamanya. Jadi, dia mau lo terbiasa dengan tanpa kehadiran dia. Dia gamau nyakitin lo jika penyakit itu mampu buat dia lupa sama lo. Awalnya aldo gamau, tapi karena Ka seli selalu maksa dia, akhirnya Aldo mau bantu dia"
Dafa benar-benar tidak percaya dengan semua ini, gadis yang sangat ia cintai ternyata mengidap penyakit Alzheimer, penyakit pikun akut yang dapat menghapus sedikit demi sedikit memori dalam otak, bahkan menghapus secara total memori diotaknya. Dafa merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh, bagaimana bisa ia tidak menyadari gadis yang dicintai nya memiliki penyakit Alzheimer.
Padahal, harusnya Dafa menyadarinya saat Gadis itu lupa alamat rumahnya sendiri, lupa jalan kearah rumahnya sendiri, bahkan lupa dengan nama Dafa. Dan gadis itu menyangkal semuanya dengan mengatakan jika ia hanya bercanda, bodohnya Dafa mempercayai kebohongan nya itu.
Dafa langsung keluar dari Caffe tersebut dan melupakan gadis yang sedari tadi bersamanya, Aura.
Bahkan lo lupain gue Daf. Apa gue harus tetep bertahan sama perasaan gue? Apa ga ada kesempatan buat gue? Gue mau ngelupain perasaan gue ke elo Daf, tapi demi apapun ini sulit buat gue. gue gatau kenapa gue selalu ingin berada disisi lo, meski gue tau gue akan tersakiti. Karena setiap gue liat lo, lo keliatan jauh. Raga lo emang ada disisi gue, tapi gue ngerasa kalo jiwa lo jauh dari gue.
.
Setelah sampai dirumah Seli, Dafa langsung mengetuk pintu rumah Seli. Saat pintu itu terbuka, Dafa langsung memeluk Gadis itu seakan ia tidak akan membiarkanya pergi lagi.
"lo kenapa ga bilang sih Sel? Kenapa lo malah milih pergi dari gue sel?" ucap Dafa melepaskan pelukanya. "gue udah tau semuanya Sel, please jangan bikin gue kaya orang bodoh lagi Sel"
"gue minta maaf Daf, gue cuma gamau ngecewain lo. Lo ngerti kan maksud gue Daf?"
Karena gue takut jika gue benar-benar pergi ninggalin lo, dan hanya akan ninggalin luka dihati lo Daf.
Dafa menggenggam erat kedu tangan Seli "gue gapeduli Sel, gue cinta sama lo. Lo ga perlu khawatir kalo lo kehilangan ingatan lo. Gue bakal berusaha ngembaliin ingatan lo lagi, gua bakal jadi ingatan lo. Gue bakal berusaha buat ngembaliin ingatan lo kalo ingatan lo mulai ilang, gue janji itu Sel"
"gue sayang lo sel, dan seterusnya akan seperti itu" ucapnya dan memeluk kembali gadis dihadapanya itu.
Jika ada suatu kesempatan, aku ingin bersamamu dengan waktu yang lebih lama lagi.
Disisi lain,
Gadis itu hanya memandang keduanya dengan tatapan sedih, Aura. Gadis itu benar-benar jatuh cinta pada Dafa. Ia sakit, ia tidak rela melihatnya, tapi ia tidak berhak memiliki perasaan seperti itu. Dafa bagaikan ilusi buat dia. Ilusi yang kapanpun bisa menghilang, ilusi yang mampu membuatnya rapuh.
Cinta yang menyakitkan adalah cinta yang tidak terbalaskan.
.
Rasanya baru kemaren gue bareng lo terus, baru kemaren gue selalu ngerasa bahagia, dan seiring berjalanya waktu, semuanya berubah. Sekarang, orang yang mampu membuat kebahagiaan itu kini telah kembali pada orang yang selama ini ia nanti. Waktu, andai ge bisa berentiin waktu. Gue mau berentiin waktu saat gue masih bersama orang itu.
Tapi kenyataanya, sampai kapanpun gue gabisa ngelakuin itu.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
T I M E
Teen FictionPada dasarnya, semua yang kita harapkan belum tentu terjadi seperti yang kita harapkan. . Tak peduli seberapa jauh aku berusaha menggapaimu, kamu hanyalah sebuah mimpi bagiku. Mimpi yang sulit untukku gapai, karena kamu hanya sebuah ilusi yang hadir...