Jin dan Hyun Wook segera memasuki rumah sakit. Nafas mereka tersengal dan keringat mengalir terus menerus membasahi baju yang mereka kenakan. Hyun Wook mengikuti Jin dari belakang tanpa bertanya. Jin berhenti melangkah dan menekan tombol lift. Lagi-lagi Hyun Wook mengikutinya dengan patuh untuk masuk ke dalam lift. Ketika Jin menekan tombol angka 8 baru Hyun Wook menyadari sesuatu.
"Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Yong Yoo?" Tanya Hyun Wook terputus-putus sambil menatap kearah Jin.
Jin menatap Hyun Wook kemudian mengangguk. Hyun Wook dapat melihat dengan jelas kekhawatiran yang berlebihan dari seorang Kim Seok Jin meski Jin mencoba untuk tetap terlihat tenang. Bunyi bel berdenting yang diikuti dengan pintu lift yang terbuka perlahan. Jin segera keluar ketika pintu lift tersebut setengah terbuka. Dengan tergesa ia melangkahkan kakinya kearah ruang rawat Yong Yoo. Langkahnya terhenti ketika kakinya telah membawanya tepat di depan pintu ruang rawat Yong Yoo. Dari luar ia dapat mendengar perdebatan yang terjadi di dalam sana. Hyun Wook berdiri di belakang Jin. Kini bukan hanya raut kekhawatiran saja yang tercetak dengan jelas di wajah Jin. Ada raut ketakutan yang ikut mendominasi mimik wajahnya sekarang.
-----
Jimin terdiam ketika mendengar suara yang sangat ia kenal. Tubuhnya membeku ketika mendengar suara tepuk tangan yang terputus-putus.
"Ternyata kau masih mempunyai nyali untuk bertemu dengan putri ku" Ucap suara itu dengan dinginnya. Tanpa bersusah payah untuk membalikkan badannya untuk mengetahui siapa pemilik suara itu Jimin sudah mengetahui jika pemilik suara itu adalah Tuan Jung Ayahnya Yong Yoo.
"Apa kabar Park Jimin-shi?" Tanya Tuan Jung sambil menatap Jimin dengan pandangan dinginnya.
"Baik abeoji" Jawab Jimin dengan hati-hati
Tuan Jung terkekeh kemudian berjalan mendekati Yong Yoo yang sedang tertidur dengan damainya.
"Abeoji eoh? Sejak kapan aku menerima mu menjadi bagian keluarga ku hah?" Tanya Tuan Jung sarkastik sambil membelai pipi Yong Yoo dengan lembut. Jimin terdiam. Suasana canggung dan penuh kebencian sangat terasa di dalam ruangan Yong Yoo.
"Pergilah"
Jimin membulatkan matanya.
"Mwo?"
"Pergi sekarang sebelum aku melakukan kekerasan untuk mengusir mu dari sini" Ucap Tuan Jung tanpa menoleh kearah Jimin.
"Jeongsonghamnida aboji. Tapi aku tak bisa melakukannya. Aku takkan meninggalkan Yong Yoo" Ucap Jimin penuh keyakinan. Tuan Jung menatap Jimin dengan tatapan tajamnya.
"Wae? Kenapa kau tidak mau meninggalkan Yong Yoo?" Tanya Tuan Jung sambil menekati Jimin dengan perlahan.
"Aku mencintai Yong Yoo. Sangat mencintainya. Apapun yang terjadi aku akan tetap bertahan di sampingnya" Jawab Jimin dengan tenang
"Cih, Mencintainya? Kau bilang kau mencintai Yong Yoo?" Tanya Tuan Jung dengan sinis
"Ne aku mencintainya dengan seluruh hatiku"
Tuan Jung menghentikan langkahnya tepat dihadapan Jimin dan melipat kedua tangannya di dada.
"Omong kosong. Tak ingat kah kau siapa yang menyebabkan Yong Yoo terbaring di sana hah?!" Ucap Tuan Jung yang mulai emosi
"T-tentu saja aku ingat. Aku ingin mempertanggung jawabkan perbuatanku terhadap---" Ucapan Jimin terpotong ketika sebuah tinjuan mendarat dengan sempurna di rahangnya. Jimin diam merasakan sakit di rahangnya.
"Jangan ucapkan omong kosong lagi di hadapan ku Park Jimin-shi. Pergi sekarang!"
"Tidak. Aku tidak akan pernah pergi meninggalkan Yong Yoo" Ucap Jimin tetap pada pendiriannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All of Sudden | K.S.J BTS
Fanfiction" Apa kau sudah gila? Hentikan mobilnya sekarang!" teriak sang gadis disela-sela isak tangisnya. " Tidak, aku tidak akan melakukannya!" Balas sang pria muda itu "Jebal! Tolong hentikan laju mobilnya dan sebaiknya kita bicara dengan baik-baik, kau j...