Jejak Masa Lalu

773 56 0
                                    

"kamu kenapa, Rahma?" tanya Eko, saat selesai syuting, dan melihat Rahma menjatuhkan kepalanya diatas meja, dengan bertumpu pada tangannya. Wajahnya terlihat murung dan tanpa semangat.

Rahma enggan untuk menjawab pertanyaan Eko, ada yang mengganjal dihatinya, tentang om Surya dan Ibunya. Apa Rahma harus cerita pada Eko? Bagaimana reaksi Eko jika mengetahui semua itu, apa Eko juga akan menjauhinya, karena tidak suka pada om Surya, apalagi ini ada sangkut pautnya dengan Ibunya sendiri.

"oh iya, aku kan punya hutang sama kamu, ayo mau dibayar pake apa nih?" Eko berusaha membangkitkan semangat Rahma, tapi nyatanya dia gagal total. Rahma tetap diam membisu.

"Rahma, aku cariin kemana-mana, ternyata kamu disini." tiba-tiba Nazar hadir ditengah-tengah mereka. Eko memandangnya tidak suka. "eh kamu kenapa? Kamu disakitin ya sama cowo sok kecakepan ini ya?" tunjuk Nazar pada Eko yang makin risih dengannya. Tapi Nazar mengerlingkan matanya pada Eko, bermaksud mengajaknya berdamai untuk menghibur Rahma. Kemudian mereka saling sikut satu sama lain dan saling dorong.

Keributan mereka berhasil membangunkan Rahma dari lamunannya. Kini Rahma bangkit dan menatap keduanya secara bergantian, Nazar dan Eko masih saling sikut. "kalian apa-apaan sih? Kalo mau berantem jangan disini napa! Ganggu ketenangan orang saja." Rahma memisahkan mereka berdua dan berdiri diantara keduanya. "baikan gak!" tambahnya, membuat Nazar dan Eko berbalik untuk saling membelakangi Rahma.

"ogaahh!!!" sahut mereka serempak.

"ya udah, aku pergi." baru satu langkah Rahma berjalan, keduanya langsung menahan Rahma.

"ikut aku yuk!" ajak Nazar.

"enak saja, dateng-dateng mau ngajak Rahma pergi, aku yang dari tadi udah nungguin dia buat pergi bareng aku!" Eko tidak terima, kalau Rahma memilih pergi bersama Nazar, bukan dengannya.

"mending kalian pergi berdua saja deh, kayaknya kalian terlihat lebih cocok dan sangat serasi kalo jalan bareng...hihi" Rahma sudah bisa tersenyum menggoda mereka, biar bagaimanapun sosoknya yang ceria selalu mampu menampilkan kebahagiaan dari dirinya, untuk membuat orang lain tersenyum.

"jadi kamu pilih siapa? Aku atau dia?" tanya Eko pada akhirnya. Kali ini dia rela kalaupun Rahma memilih pergi dengan Nazar. Buktinya kehadiran Nazar langsung bisa merubah kemurungan yang sebelumnya Rahma tampakan. Eko sadar, Rahma sedang butuh seseorang untuk menemaninya dalam masalah yang sedang hinggap dihidupnya. Jika Rahma memilih Nazar, itu berarti Rahma lebih nyaman untuk berbagi cerita dengan Nazar. Walaupun dia masih berharap Rahma memilih pergi dengannya.

"seharian ini aku udah bosen main sama kamu terus. Gimana dong?. Maaf ya Ko, aku mau pergi sama Nazar saja." jawab Rahma, menampilkan rasa tidak enak hati pada wajahnya, karena menolak ajakan Eko.

"tuh kan, dia milih aku. Kamu mah ngebosenin sih, hahaha." ucap Nazar, mengundang tinjuan kecil pada lengannya, yang berasal dari Eko. Tidak tau kenapa, kali ini mereka kompak untuk mengembalikan keceriaan Rahma.

"kali ini aku mengalah. Tapi ingat bukan karena kamu ya!" tatapan tajam ditunjukan Eko pada Nazar. "hati-hatiya..." secepat kilat sorot matanya langsung berubah teduh, ketika menatap Rahma. Memang jago akting.

Rahma mengangguk, mengiyakan pesan Eko. Kemudian pergi bersama Nazar, seperti biasa dengan sepedanya. Karena Nazar ingin mengulang kebersamaan mereka dulu, walaupun dengan perasaan yang berbeda.
Dulu mereka hanya sepasang anak kecil, yang selalu bermain dengan mimpi-mimpi dimasa dewasa. Sedangkan kini, mereka sudah dewasa dan bisa dikatakan sudah menggapai satu persatu mimpi mereka. Namun ada satu hal yang tidak pernah berubah dalam diri mereka, harapan untuk selalu bersama, dari teman kecil, sekarang teman dewasa, dan teman tua dimasa depan.
Harapan itu hanya tersimpan dalam hati masing-masing, dan dalam doa-doa tersembunyi, dikeheningan malam.

Karena hati, memilihmu {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang