Assalamualaikum, selamat malam... Sebelum tidur, baca tentang Rahma & Nazar dulu, siapa tau bisa tidur dengan nyenyak, hihi... Jangan lupa berdoa dulu sebelum tidur ya :)
***___***Perjumpaan selalu melukiskan cerita baru dalam hidup, dan perpisahan selalu menghadirkan kenangan tersendiri di kemudian hari... Mengingatkan tentang kisah dan rindu pada dia yang terkenang dalam hati...
Setelah pertemuannya dengan Rahma beberapa hari yang lalu, Nazar merasakan sesuatu yang tak biasa dalam dirinya. Ada rasa ingin kembali melihat sosok sahabatnya lagi, semakin hari semakin rindu. Ini tidak wajar baginya. Sebelumnya ia tidak pernah seperti ini.
Memandangi foto-fotonya bersama Rahma saat makan bersama, membuat pikirannya semakin tak menentu. Nazar teringat sesuatu! Kenapa ia tidak menghubungi Rahma lewat pesan singkat atau telpon saja? Setelah teringat ide itu, Nazar langsung mengambil ponselnya dan mengetik beberapa kata untuk dikirim pada Rahma.Nazar:
"assalamualaikum, Rahma, apa kabar?"Lama Nazar menunggu balasan dari Rahma, namun tidak ada tanda-tanda akan adanya balasan dari Rahma. Apa yang sedang terjadi pada Rahma? Nazar semakin khawatir, dan mencoba mencari informasi dari akun sosial media Rahma, dilihatnya satu persatu. Hingga ia menemukan sebuah unggahan terbaru oleh Rahma, sekitar dua jam yang lalu. Rahma mengunggah fotonya yang sedang terbaring lemah diranjang rumah sakit, serta menyertakan alamat dalam unggahannya.
Tanpa pikir panjang, Nazar segera bersiap-siap untuk mendatangi rumah sakit tempat Rahma berada. Setelah mendapat ijin dari orangtuanya, Nazar bergegas berangkat dengan mengendarai sepeda motor, supaya cepat sampai tujuan.
_____Diamatinya seluruh seluk rumah sakit, dari parkiran Nazar berlari menuju suster jaga yang berada dibagian depan rumah sakit ini. Nazar bertanya tentang dikamar mana Rahma dirawat, sebelum suster itu menjawab Nazar sudah berhasil menemukan seseorang yang dicarinya. Ia melihat Rahma bersama beberapa orang sedang duduk dikursi tunggu rumah sakit sambil membaca lembaran tebal ditangannya. Nazar berjalan menghampiri Rahma dengan perasaan aneh yang kini semakin mengusai hatinya. Ia bahagia melihat Rahma sudah tidak terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit seperti yang ia lihat sebelumnya, tapi... Jangan, jangan...
"Assalamualaikum. Rahma kamu baik-baik saja?" Nazar sudah berada dihadapan Rahma, sedangkan Rahma yang masih sibuk membaca lembaran tebal itu langsung menatapnya dengan heran.
"wa'alaikumsalam, aku baik-baik saja. Kamu kenapa panik gitu?"
"tadi kamu mengunggah foto dirumah sakit, aku kira kamu sakit, makanya aku buru-buru kesini."
"ya ampun, Nazar. Apa kamu gak baca tulisan dibawah foto itu?" Nazar menggelengkan kepalanya, dan Rahma malah tertawa melihat raut wajah Nazar yang penuh dengan kekhawatiran. "aku sedang syuting disini, difoto itu juga ada keterangannya kok." Rahma menggeser sedikit duduknya, memberi ruang untuk Nazar duduk juga, kasihan melihatnya kelelahan dengan keringat disekitar wajahnya. Rahma mengeluarkan tisu dari dalam tasnya, dan memberikannya pada Nazar.
"terimakasih... Terus kenapa kamu tidak membalas pesanku?"
"pesan? Maaf aku gak tau, tadi baterai hpnya ngedrop, jadi aku nonaktifkan."
"Rahma, sudah waktunya mulai, cepat masuk ruangan lagi!" seorang kru datang menghampiri mereka dan mengajak Rahma pergi untuk melanjutkan syutingnya.
"Nazar, aku tinggal dulu ya... Kamu jangan kemana-mana, tungguin aku."
"iya, aku disini, nungguin kamu. Ya udah sana, jangan lupa berdoa dulu sebelum memulai sesuatu." Rahma mengangguk diiringi dengan senyuman, kemudian melangkah menjauh dari Nazar.
Setelah kepergian Rahma, Nazar kembali membuka akun sosial media Rahma, melihat foto yang tadi membuatnya panik pada keadaan Rahma. Diperhatikan dengan teliti foto itu dan dibacanya tulisan dibawah foto 'syukuri waktu sehatmu, sebelum datang waktu sakitmu...#edisi syuting'.
Nazar tertawa kecil membacanya sambil merenungi kekhawatirannya yang ternyata berlebihan, rindu membuatnya kehilangan fokus dalam hidupnya. Nazar yang biasanya selalu teliti dan cermat dalam menilai dan menentukan sesuatu, kini menjadi sosok yang cenderung kurang hati-hati dalam beberapa hari terakhir, entah mengapa pikirannya sudah mulai tidak pada tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena hati, memilihmu {ending}
General Fictionteman kecil itu, kini telah tumbuh dewasa. takkan lagi kau dengar tangisnya ketika meminta permen, takkan lagi kau dengar teriaknya ketika mencarimu. karena hatinya tidak seperti dulu, kini dia memilih menyimpan semuanya seorang diri. sejak perpisah...