Penanaman Pohon

683 56 6
                                    

Berada dalam kondisi seperti ini, harus menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak seharusnya terjadi, karena ia sendiri merasa tidak pantas menerimanya. Rahma tidak mau terus-terusan menjalani hubungan ini.
Mungkin sekarang saatnya untuk menjelaskan semuanya.
"Eko, Om, Tante... Maafkan Rahma, saya tidak bisa menerima ajakan Eko. Maafkan saya?"

"kenapa, Rahma?"

"karena, hatiku memilih yang lain, Ko. Bukan kamu, maafin aku ya?
Dan bukankah dari awal aku memang tidak pernah mengiyakan permintaanmu. Semoga kamu bisa mengerti..."

Eko terlihat frustrasi mendengar jawaban Rahma. Ia memang sadar akan perasaannya yang tidak pernah terbalas oleh Rahma. "siapa yang kamu pilih itu? Apa laki-laki kampung itu?"

"untuk masalah itu, kamu tidak perlu tau... Saya permisi, assalamualaikum." Rahma beranjak pergi dari rumah Eko, setelah mendapat jawaban salam dari penduduk rumah itu.
Kini Rahma bisa bernafas lega, tidak ada lagi beban atau hati yang harus ia bohongi. Tidak, Rahma tidak membohongi Eko, hanya saja Rahma sebelumnya tidak pernah mengungkapkan penolakannya secara langsung, hingga terjadilah salah pengartian dari Eko.

Niatnya untuk menyatukan keluarga Eko sudah berhasil, dan Rahma berharap iapun mampu menyatukan kepingan hatinya yang terasa belum lengkap.
_____

Hari ini Rahma mengikuti penyuluhan sebuah gerakan 'penanaman seribu pohon'. Acara ini dihadiri oleh Bapak Bupati bersama jajarannya, dan beberapa artis ibukota termasuk Rahma. Masyarakat sekitar banyak yang hadir, membantu penanaman pohon-pohon itu.
Rahma mencoba pengalaman pertamanya menanam pohon dengan usahanya sendiri, banyak yang tidak tega melihatnya, namun Rahma menolak ketika mereka menawarkan diri untuk mengambil alih kerjaan Rahma. Tugas Rahma disini awalnya hanya untuk menghibur dan meramaikan acara saja, tapi melihat antusiasme masyarakat yang begitu kuat, membuatnya tertarik untuk ikut berbaur bersama mereka. Diselingi canda tawa dari teman-teman artis dan masyarakat sekitar, Rahma membalasnya dengan ulasan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya, menimpali candaan dari mereka yang meragukan kemampuan Rahma, yang memang masih belajar ilmu tanam menanam.

Tibalah waktunya istirahat untuk shalat dan makan siang. Selesai shalat Rahma melihat truk yang baru datang ke lokasi membawa ratusan pohon siap tanam. Petugas acara langsung menghampiri truk itu, untuk saling bekerja sama menurunkan pohon-pohon ke area yang akan ditanami. Rahma berjalan kearah mereka, namun para panitia menyuruhnya untuk pergi makan siang saja, karena itu bukan tugas Rahma.

"Rahma..." Rahma mencari asal suara yang memanggilnya, dari belakang truk itu munculah seseorang yang sangat dikenal olehnya. "kamu ada disini juga? Aku gak nyangka bisa ketemu kamu diacara seperti ini. Aku kira kamu tidak suka mengikuti acara sosial."

"kamu kira aku hanya mau berada ditempat-tempat elit saja, begitu? Jelek amat ya penilaian kamu tentang aku!" Rahma memperlihatkan raut kekesalan dalam wajahnya, membuat lawan bicaranya tidak enak hati.

"gitu saja marah..." Rahma masih cuek mendengarnya. "maafin deh, kan aku gak tau... Habisnya baru kali ini aku bertemu kamu selama aku menghadiri penanaman pohon, aku kira kamu memang tidak suka dengan kegiatan seperti ini."

"jadi kamu sering mengikuti acara seperti ini ya?"

"iya, banyak panitia penanaman pohon yang mempercayakan padaku untuk menyiapkan pohon-pohon yang akan mereka tanam..."

"Nazar, ini mau diturunin semua atau tidak?" seorang panitia menghampiri mereka yang sedang berbincang.

"iya, Pak. Semuanya saja... Sebentar ya Rahma, aku selesaikan pekerjaanku dulu." Rahma menganggukkan kepalanya, mempersilakan Nazar untuk pergi.

Nazar membantu menurunkan pohon-pohon itu dari dalam truk. Dengan hati-hati diletakannya didekat Rahma yang berdiri sambil memperhatikannya. Kagum. Rasa kagum menyelinap dalam hati Rahma, melihat sosok Nazar yang baik, ramah, sopan, dan pekerja keras. Diam-diam Rahma beberapa kali memotret Nazar tanpa sepengetahuannya. Rahma menyimpan hasil potretnya sambil memberi nama pada foto tersebut.

Karena hati, memilihmu {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang